Wanita itu mengawasi pantulan dirinya di kolam, sorot matanya membeku pada posisi mata di bayangan tersebut.
"Terekspos!" Han Sen tahu situasi membahayakan. Sebenarnya dia pernah mempertimbangkan sebelumnya, bila tidak ada mata makhluk hidup lain yang bisa digunakan untuk kabur, ekspos dirinya pasti hanya soal waktu. Karena itu dia tidak terlalu panik.
Setelah melihat jelas kelainan di mata itu, wanita itu tak menunjukkan kepanikan. Sudut bibirnya sedikit menyungging: "Menarik, berani menggunakan Druid di hadapanku. Sungguh nekat."
Sambil berkata, pupil matanya memancarkan cahaya keemasan aneh yang menyebar dari bagian tengah ke luar, seolah ingin mengecat mata merah darah itu menjadi keemasan.
Hati Han Sen menegang, tidak tahu kemampuan apa yang digunakan wanita itu. Tapi setelah cahaya keemasan menutupi pupil, tenaga wanita itu ditarik kembali. Warna keemasan di pupil langsung menghilang secara perlahan, memperlihatkan kembali warna darah di dalamnya.
"Lho, teknik mata emas ternyata percuma? Benar-benar ada detail internal." Wanita itu tidak panik malah senang. Pupil matanya kembali berubah, kali ini terwarnai hitam. Seluruh mata termasuk bagian putihnya berubah menjadi hitam, terus-menerus melebur dengan warna darah di pupil.
Dengan cepat seluruh mata berubah menjadi hitam pekat. Tapi ketika tenaga wanita itu ditarik, mata tersebut perlahan kembali berubah menjadi merah darah, kembali ke bentuk aslinya.
"Mata Malam juga tidak berguna? Ini mulai menarik." Wanita itu terus mencoba berbagai teknik mata lain, membuat Han Sen kewalahan. Namun sama sekali tidak berhasil menggoyahkan kekuatan roh binatang Yao Shen Mata Darah.
Han Sen tersenyum kecil: "Pantas disebut roh binatang mitos tingkat mutasi, bahkan wanita ini tidak bisa berbuat apa-apa terhadap Dewa Iblis Mata Darah."
"Menarik!" Sudut bibir wanita itu sedikit terangkat, wajahnya menunjukkan ekspresi bersemangat yang sama sekali tidak menunjukkan kekecewaan meski gagal.
Kali ini wanita itu tidak menggunakan teknik mata lagi. Han Sen melihat cahaya spiritual terkumpul di ujung jarinya, lalu cahaya itu perlahan naik membentuk cermin seperti perak yang melayang di hadapannya.
Cermin itu menyinari mata wanita tersebut, namun tidak memantulkan bayangan. Pada permukaan perak yang berkilau, cahaya aneh mulai mengalir dan berubah menjadi aliran warna darah yang berdistorsi. Setelah beberapa lama, warna darah itu akhirnya membentuk sosok Dewa Iblis Mata Darah.
“Ternyata Dewa Iblis Mata Darah, pantas saja teknik mataku percuma.” Setelah melihat jelas wujud Dewa Iblis Mata Darah, wanita itu mencibirkan bibir, lalu tiba-tiba menekan jarinya ke mata. Seketika semburan aura menyusup ke dalam bola matanya.
Mata wanita itu retak bagai kaca, ruang bayangan pupil langsung runtuh. Han Sen terpaksa muncul bergegas, jatuh ke tanah dalam lapisan, lalu melompat bangkit hendak kabur keluar pondok kayu.
"Lho, ternyata bukan Dewa Iblis Mata Darah?" Wanita itu terkejut, meski matanya telah pulih. Tangan halusnya tak tinggal diam - dengan gerakan anggun, kubah kristal jatuh menutupi Han Sen.
Han Sen mengubah-ubah teknik geraknya, berhasil menghindar dari serangan kristal pelindung. Namun wanita itu menggerakkan tangan gioknya, beberapa pancaran cahaya menghantam tubuh Han Sen. Langsung Han Sen rasakan raganya semakin berat, gerakan melambat, sakit pinggang dan punggung, impotensi, ejakulasi dini, menstruasi tidak teratur, penglihatan samar—seolah seluruh tubuhnya tidak beres. Entah berapa banyak teknik gen berdampak buruk yang wanita itu tanamkan padanya.
Bidang Tulang Giok dan Kulit Es diaktifkan. Tubuh Han Sen berubah menjadi es giok yang tanpa retak sedikit pun. Segala efek gen negatif itu langsung kehilangan pengaruhnya. Dengan lincah Han Sen kembali menghindar dari serangan kedua kristal pelindung, lalu melesat keluar dari jendela menuju luar bangunan kayu.
Ekspresi sinis seperti permainan kucing-tikus terpancar di wajah wanita itu, seakan-akan ia baru saja menemukan sesuatu yang menarik. Ia pun segera menyusul keluar dari bangunan kayu.
Han Sen awalnya ingin terbang tinggi, langsung berpindah keluar pulau, tapi baru saja bergerak, sudah melihat kubah kristal kembali menyelimuti dari atas.
Han Sen menghindar, namun kubah kristal itu tiba-tiba menghasilkan ledakan dahsyat, berubah menjadi jaring kristal raksasa yang menyelimuti seluruh cakupan pulau, membuat Han Sen bahkan tak punya tempat jauh untuk kabur.
Sepuluh jarinya berkibar-kibar liar, memancarkan benang-benang pedang yang dengan gemilang menahan jaring kristal besar itu, mencegahnya terjatuh sepenuhnya. Di hati Han Sen bergolak pertanyaan: Bagaimana cara cepat kabur dari sini?
Dari beberapa kali pertempuran terlihat, kekuatan wanita ini sepertinya tak sekuar bayangan Han Sen - mungkin cuma level Raja. Tapi teknik gen-nya yang terlalu variatif, seolah semua jenis teknik gen bisa dia gunakan sembarangan, benar-benar membuat orang mustahil mengantisipasinya.
Melihat jaring kristal tidak sepenuhnya menjebak Han Sen, wanita itu mengubah tekniknya. Sepuluh jarinya bagai pedang dan pisau tajam, berbagai teknik gen diserangkannya sekaligus. Berbagai teknik gen yang tak ada habisnya membuat Han Sen menanganinya dengan sangat susah payah.
Banyak lawan kuat pernah dihadapi Han Sen, termasuk yang ahli dalam ratusan teknik. Tapi orang yang langsung mengumpulkan teknik dari sana-sini seperti wanita ini, bahkan mampu mengubah belasan teknik dalam sekali gerakan, benar-benar belum pernah ia lihat atau dengar sebelumnya.
Kekuatan yang terlihat jelas bercorak api, tiba-tiba berubah menjadi logam atau bahkan air saat menghampiri. Tenaga amuk yang dasyat, seketika berubah lembut bak air mengalir hanya dengan berbalik badan.
Perubahan jari, telapak tangan, pisau, dan pedang semakin memesona. Daripada disebut bertarung, lebih tepat wanita ini sedang memainkan trik sulap dan akrobat.
Han Sen bertarung habis-habisan dengannya, ternyata hanya bisa imbang. Dengan jaring kristal besar yang menutupi itu, kesempatan untuk kabur pun tak ia dapatkan.
Wanita itu juga menunjukkan wajah penuh keheranan. Dari teknik yang digunakan Han Sen, ia melihat banyak bayangan yang familiar, namun terasa ambigu.
"Kitab Tak Bertulisan dari Istana Surgawi, tapi tidak sepenuhnya... Hanya sedikit... Ditambah gaya pemisahan mutlak, tapi juga tidak utuh... Menarik..." Wanita itu seolah sangat tertarik dengan jurus-jurus Han Sen.
Teknik gen sang wanita benar-benar terlalu luas. Bagaimanapun Han Sen mengubah jurusnya, berkali-kali ketika ia mengira bisa menguasai posisi atau meredam wanita itu, tiba-tiba muncul teknik gen tak terduga yang tidak hanya mengatasi krisis, malah membuat Han Sen terpojok dalam bahaya.
"Sungguh tidak ada niat menyinggung, hanya tersesat masuk ke sini. Sama sekali tidak berniat jahat, mohon Yang Mulia berbesar hati." Han Sen berbicara sambil terus bertarung.
"Coba gunakan beberapa teknik gen lagi. Yang ini sudah kukenal." Wanita itu berkata dengan datar, namun tidak menjawab pertanyaan Han Sen.
Meskipun Han Sen menguasai banyak teknik gen, ia sudah mencapai tingkat di mana semuanya bisa dilakukan dengan mudah. Tidak perlu sengaja menggunakan teknik tertentu, cukup menyesuaikan dengan situasi dan mengikuti alurnya.
Sang wanita mulai tidak sabar melihat Han Sen yang hanya menggunakan beberapa gerakan itu, namun justru dengan beberapa jurus sederhana itu semua teknik gennya berhasil dihancurkan.
"Jatuh!" Dengan gerakan tangan santai, jaring kristal besar itu tiba-tiba menembus benang pedang Han Sen. Rantai keteraturan mengalir di dalam jaring kristal tersebut.
"Tingkat mitos!" Han Sen langsung menyadari bahwa sebelumnya wanita ini hanya bermain-main dengannya, sama sekali belum menggunakan kemampuan sesungguhnya.
