Han Sen akhirnya pahap mengapa Lan Du tak mengikatnya. Rupanya Lan Du tahu perjalanan ke markas Klan Huangji tak akan aman. Merepotkan jika harus menangkap Han Sen sambil menghadapi musuh.
Lebih baik biarkan Han Sen kabur sendiri, sekaligus membantunya berbagi sedikit tekanan.
“Kamu benar-benar pandai ber-kalkulasi, tapi jangan pernah meremehikan aku Han Sen! Pikir cetak cap saja sudah bisa mengeruk habis-habisan diriku?” Dalam hati Han Sen diam-diam menyeringai dingin, sementara kakinya berlari ke arah berlawanan.
Namun belum jauh melangkah, dari balik tabir awan di sisi lain muncul kawanan unicorn keemasan yang menyelimuti langit dan bumi, jumlahnya tak kalah dengan kawanan unicorn putih sebelumnya.
Ekspresi Han Sen berubah drastis. Saat hendak mengubah arah lagi, dilihatnya kawanan unicorn dari berbagai penjuru memenuhi langit dengan warna-warni ornamen mereka, jumlahnya entah berapa banyak.
“Gila, kenapa tiba-tiba ada begitu banyak varietas langka?” Han Sen menghunus pedang dan meningkatkan ke arah kawanan unicorn. Di mana cahaya pedangnya berkelebat, darah pun disiram. Beberapa ekor unicorn langsung dipenggalnya.
“Pemburuan Level Adipati unicorn keemasan, gen varietas langka ditemukan.”
“Benar-benar varietas langka semua!” Han Sen bertarung di tengah kawanan unicorn, Pisau Gigi Hantu melintas, kawanan unicorn berjatuhan seperti jerami dipanen kehidupannya.
Namun unicorn-unicorn itu terus menyerbu tanpa takut mati, setiap tebasan Han Sen pasti mengeluarkan darah. Hanya dalam sekejap, tak terhitung lagi berapa unicorn yang berhasil dibunuhnya.
Tiba-tiba terdengar jeritan melengking, seekor unicorn emas dua kali lebih besar dari unicorn emas biasa maju ke medan tempur dari barisan. Tanduk spiral keemasannya membawa suara mendesing tajam menghantam Han Sen.
Han Sen menghujamkan pisaunya ke tanduk unicorn itu. Gesekan antara bilah pisau dan tanduk emas menimbulkan dentuman logam, mengguncang Han Sen hingga terlempar ke udara. Tubuhnya meluncur ratusan meter di udara sebelum akhirnya berhasil menstabilkan posturnya.
Belum sempat Han Sen kembali sadar, seekor unicorn hitam raksasa lainnya sudah menyerbu menghampiri. Tenaga mengerikannya sama sekali tidak kalah dari unicorn emas sebelumnya.
Han Sen menghantam unicorn hitam yang sedang menyerbu itu dengan pukulan. Cahaya es menimpa tubuh unicorn hitam, namun tiba-tiba muncul kubah cahaya hitam berkilauan. Kubah itu berbentuk peluru dengan tanduknya sebagai ujung runcing.
Cahaya es yang jatuh di atasnya langsung terbiaskan, ternyata tidak bisa menembus bidang berbentuk peluru miliknya.
Dor!
Tubuh Han Sen yang ditabrak unicorn hitam langsung tercerna menjadi ilusi, sementara postur aslinya sudah muncul di sisi lain medan pertempuran.
"Gila, kenapa bahkan Raja Unicorn Putih juga kabur ke sini? Bukannya Lan Du ada di sana?" Han Sen melihat seekor unicorn raksasa berwarna putih juga menyerbu ke arahnya, hatinya langsung berdesir, mengira Lan Du sengaja membuat lubang plot untuknya.
Tapi sekejap mata, dia menemukan Lan Du sedang bertarung dengan unicorn berwarna pelangi. Pupil unicorn itu memancarkan cahaya ilahi berwarna pelangi, dalam sekali pandang mampu menghancurkan matahari, bulan, dan bintang-bintang - ternyata itu adalah unicorn tingkat mitos.
"Seberapa bernasib sialnya aku ini, sampai bisa bertemu varietas langka tingkat mitos?" Han Sen merasa frustasi. Bahkan Lan Du yang menghadapi varietas langka mitos ini pun berhasil diredam, terlihat pengalamannya tidak begitu baik.
Sementara kawanan unicorn yang tak terhitung jumlahnya, karena tidak bisa terlibat dalam pertempuran mengerikan itu, semua menyerbu ke arah Han Sen. Hanya unicorn setingkat hampir mitos saja, yang sudah terlihat oleh Han Sen ada empat ekor. Ditambah dengan lautan unicorn yang bagaikan awan, jika Han Sen benar-benar bertarung habis-habisan di sini, sekalipun kedua tangannya hancur berdarah, mustahil baginya membunuh semua makhluk ini.
Melihat seekor Raja Unicorn merah kembali menyerbu, Han Sen dengan konsentrasi penuh mengaktifkan kilau merah darah di mata kirinya. Tubuhnya berubah menjadi bayangan merah menyala yang dalam sekejap meresap ke dalam bola mata unicorn merah itu.
Tiba-tiba kehilangan target, seluruh kawanan unicorn membeku. Sorot mata mereka menyapu sekeliling area, berusaha mencari jejak Han Sen. Tapi tak satu pun dari mereka yang melihat ke mana pria itu menghilang.
Han Sen tidak berlama-lama di pupil unicorn merah menyala itu. Dengan cepat, bayangannya memantul ke mata unicorn lain. Dengan kecepatan luar biasa, dia terus berpindah-pindah di tengah kawanan unicorn.
Meski para unicorn itu memiliki kekuatan hampir mencapai tahap mitos, Han Sen sebenarnya tidak begitu takut. Tapi kedatangan kawanan unicorn ini terasa aneh, membuatnya terus waspada.
Dengan lincah, bayangannya berpindah dari mata ke mata unicorn yang berbeda. Perlahan tapi pasti, dia bergerak menuju ambang medan pertempuran. Setelah beberapa saat berputar-putar, tetap tak ditemukan kelainan apapun.
"Jangan-jangan aku berprasangka berlebihan? Bagus juga, kebetulan bisa melepaskan diri dari Lan Du. Dia sedang dilawan unicorn mitos itu, mungkin sangat berisiko. Sekalipun bisa selamat, pasti tidak sempat mengurusku lagi." Saat pikiran Han Sen berputar, dia sudah mencapai tepian kawanan unicorn. Dari mata seekor unicorn paling pinggir, tubuhnya melesat keluar dan berubah menjadi aliran sinar yang menyelam ke kejauhan.
Dor!
Han Sen merasa seperti menghantam lempengan baja. Wajahnya hampir gepeng, darah hidung langsung menyembur keluar.
"Apa sih?" Han Sen menatap ke depan, tapi tak melihat apapun. Saat meraba, dia menemukan penghalang tak kasat mata menghalangi di sana.
"Benar ada yang tidak beres!" Dengan satu tangan menekan penghalang tak kasat mata itu, postur Han Sen tiba-tiba melesat naik ratusan li. Tapi telapak tangannya masih merasakan penghalang yang terus ada, seolah tak berujung.
Han Sen，，。
“？？”，，，。
Han Sen mengaktifkan bidang Dongxuan sementara Lensa Mata Kupu-Kupu Ungu juga menyala di mata kanannya, memandang ke penghalang tak kasat mata itu.
Seketika terlihat rantai keteraturan transparan yang membentuk tembok menghalangi jalannya. Sorot matanya menyapu area sekitarnya - seluruh langit biru tertutup rapat oleh dinding rantai keteraturan transparan yang nyaris tak terlihat ujungnya.
"Ternyata ada petarung tingkat mitos yang jadi dalang!" Han Sen menarik napas dalam-dalam, entah kenapa petarung mitos itu tidak bertindak langsung, hanya memblokir seluruh medan pertempuran. Tapi satu hal yang Han Sen pahami betul: sekarang dia tidak bisa keluar.
Tiba-tiba, Han Sen merakan ujung kelingking tangan kirinya panas, seberkas cahaya bayangan kelabu menyembur dari kelingkingnya. Itu tak lain adalah cetak cap di tulang jarinya.
Cetak cap itu melepaskan diri dari tulang kelingkingnya, dalam sekejap berubah menjadi bayangan samar Landau di hadapannya.
"Jangan lari lagi. Tempat ini sudah diblokir petarung tingkat mitos. Kecuali kita membunuh semua varietas langka di sini, atau terpaksa tewas di sini," bayangan samar Landau yang berasal dari cetak cap itu berkata dengan datar.
"Kenapa?" Han Sen mengerutkan kening bertanya.
"Tidak ada alasannya, satu-satunya alasan adalah karena kita tidak cukup kuat. Meski ada ribuan rasa tidak rela, kita tetap hanya bisa menjadi buah catur yang dipermainkan di atas telapak tangan." Bayangan samar Lan Du perlahan menghilang, jelas tenaganya sudah habis total.
