Han Sen menggerutu dalam hati. Saat kabur sebelumnya, dia sudah beberapa kali mengubah arah, tak disangka Meng Lie ternyata masih bisa melacak posisi tepatnya.
"Seandainya aku tahu, lebih baik tidak kembali. Seberapa mengerikan pun laut awan itu, masih lebih baik daripada menghadapi Meng Lie." Han Shen langsung berbalik ingin kabur kembali ke laut awan putih susu.
Tapi baru saja tubuhnya bergerak, Meng Lie sudah seperti teleportasi langsung menghalangi jalan-nya.
"Han Sen, kalau kau ikuti aku dengan patuh, Pangeran Huang ini tidak akan mempersulitmu. Nanti mungkin masih ada secercah harapan." Meng Lie tidak langsung menyerang, sambil mengawasi Han Sen berkata.
"Kalau aku ikutmu kembali ke Klan Huangji, mana mungkin masih ada harapan?" Han Sen mencibirkan bibir berkata.
Meng Lie tersenyum: "Paman Kaisar tidak menyembunyikan ini darimu. Awalnya kau memang sudah mati sudah, tapi kemampuanmu membantu Lando mencapai level mitos memberimu modal bertahan. Jika kau mau berbakti sepenuh hati untuk Klan Huangji, dosa memenggal sang Pangeran mungkin bisa diampuni."
Han Sen tertegun sejenak, tak menyangka Meng Lie bisa mengucapkan kata-kata seperti itu.
"Yang kubunuh adalah putra kandung Kaisar Putih. Apa mungkin Dia mengizinkanku hidup?" tanya Han Sen dengan rasa tak percaya.
Meng Lie tertawa: "Kau juga tahu, sang Kaisar memiliki lebih dari 100 anak, cucu-cucunya bahkan tak terhitung jumlahnya. Seorang pangeran yang memang tidak diistimewakan - jika dibunuh orang lain, pelakunya pasti mati sampai ke ujung dunia. Tapi kau Han Sen memang berbeda. Asal mau membantu Klan Huangji, Paman Kaisar bisa menjamin secercah harapan bagimu."
Han Sen matanya berbinar, jika Dia bertarung habis-habisan dengan Meng Lie, bertarung jelas tidak bisa mengalahkan, kabur pun belum tentu bisa lolos, lebih baik pura-pura patuh dulu, baru mencari celah nanti juga belum terlambat.
Melihat Han Sen merenung tanpa bicara, Meng Lie melanjutkan: "Pupus harapanmu kabur ke Istana Surgawi, sekalipun kau sampai di sana, jangan kira urusan ini akan diurungkan! Pejuang Klan Huangji mutlak tidak akan mati sia-sia."
"Paman Empat, seperti katamu, pejuang Klan Huangji takkan mati sia-sia. Lalu jika aku ikutmu kembali, benarkah nyawaku masih utuh?" Han Sen mengerutkan kening.
Meng Lie tersenyum tipis: "Han Sen harus mati, tapi belum tentu Kamu adalah Han Sen."
Han Sen langsung paham maksudnya, detak jantungnya sedikit bergetar.
Melihat Han Sen mulai tergugah, Meng Lie melanjutkan: "Dosa besar seperti membunuh pangeran Klan Huangji kami, ras kami sama sekali tidak mungkin mau melewatkannya. Kalau bukan karena dirimu, ras kami juga tidak mungkin mau membuat konsesi seperti ini. Jika kamu bersikeras kabur ke Istana Surgawi, baik karena dosamu maupun karena dirimu sendiri sebagai individu, Klan Huangji tidak akan membiarkanmu bertahan hidup di dunia ini."
Ucapan Meng Lie sudah sangat jelas: Jika Han Sen bisa dimanfaatkan oleh mereka, dia bisa bertahan hidup. Jika tidak bisa dimanfaatkan, sekalipun kabur ke Istana Surgawi, mereka akan menggunakan segala cara untuk membunuh Han Sen.
Han Sen hendak membantah, tiba-tiba melihat sekawanan makhluk awan berwarna biru menyerbu ke arah mereka.
Meng Lie mengerutkan kening halus, seluruh tubuhnya menyebarkan aura petarung kuat yang termitosis. Para makhluk awan itu hanyalah level Marquis, tapi berani melanggar dan mendekat ke arahnya, membuatnya merasa aneh.
Tangan digerakkan sembarangan, para makhluk awan itu langsung musnah. Di bawah kekuatan dewa, bahkan serpihan tulang pun tak tersisa.
"Han Sen, bagaimana keputusanmu?" tanya Meng Lie sambil mengawasi Han Sen.
Han Sen merenung tanpa sepatah kata, sementara Meng Lie tak mendesaknya, hanya berdiri menunggu dengan sabar.
Tapi yang dipikirkan Han Sen bukanlah hal itu, melainkan gerombolan makhluk awan yang baru saja menyerbu.
Dengan petarung mitos di sini, seharusnya para makhluk awan itu takkan berani mendekat. Dari kejauhan saja seharusnya mereka kabur, tapi malah nekat menyerbu.
Sikap ganas para makhluk awan itu mirip dengan yang pernah Han Sen lihat di laut awan putih susu. Tapi kini lokasinya sudah berbeda, mengapa makhluk awan di sini terasa agak aneh? Sesuatu berkelebat di kepala Han Sen, tapi tak bisa diungkapkan dengan jelas.
Sebelum Han Sen sempat menjawab, ternyata sekelompok lagi makhluk awan menyerbu ke arah mereka. Kawanan makhluk awan ini jelas berbeda jenis, bukan hanya satu spesies saja.
Di antaranya terdapat beberapa makhluk awan level Raja, yang merupakan pemimpin dari berbagai ras makhluk awan.
Jika makhluk awan level rendah memang memiliki kecerdasan yang terbatas, mungkin wajar jika mereka tidak bisa merasakan aura mitos dari Meng Lie.
Tapi makhluk awan level Raja seharusnya tidak sebodoh ini. Mereka malah memimpin kawanannya untuk menyerang, ini jelas tidak wajar.
Wajah Meng Lie memancarkan kemarahan. Dengan mengayunkan tangannya, rantai keteraturan emas seketika berubah menjadi bidang yang menghancurkan gerombolan makhluk awan itu sepenuhnya.
Beberapa makhluk awan level Raja itu juga langsung terbunuh dalam sekejap, sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk melawan.
"Kalau punya kemampuan, keluarlah dan hadapi aku Meng Lie dalam pertarungan. Sok misterius di belakang layar, cuma mengirimkan makhluk awan untuk bunuh diri, apa sih nilainya? Benar-benar pengecut!" Meng Lie tidak melihat mayat-mayat makhluk awan itu, berbicara ke arah kehampaan.
Jelas terlihat Meng Lie juga menyadari ketidaknormalan kawanan makhluk awan ini. Kecurigaan muncul bahwa ada yang diam-diam merekayasa situasi, sengaja memerintahkan kawanan makhluk awan untuk menargetkannya.
Tapi Han Sen tahu, sebelum kedatangan Meng Lie pun dia sudah mengalami pengalaman seperti ini. Mustahil lawan sedang menarget Meng Lie.
"Aneh, kalau lawan punya kemampuan sehebat itu untuk mengendalikan kawanan makhluk awan, pasti sosok yang luar biasa kuat. Kenapa tidak langsung menyerangku?" Han Sen bergolak berbagai pemikiran: "Selain itu, kawanan makhluk awan ini... Terlihat tidak seperti ada yang mengomandoi, lebih mirip sedang mengawasi ketat sesuatu..."
Tiba-tiba, hati Han Sen berdebar. Sepertinya dia menyadari sesuatu. Langsung melirik ke dalam Menara Takdir Langit.
Meski sebelumnya Han Sen pernah menemui kawanan makhluk awan, jumlahnya jauh tidak sebanyak ini. Kawanan makhluk awan itu juga tidak akan menyerangnya dengan nekad tanpa takut mati.
Segala kejadian tidak wajar ini sepertinya mulai terjadi setelah dia menangkap jangkrik hitam dan mengambil rumput anggrek.
Awalnya Han Sen mengira ada masalah dengan laut awan putih susu itu. Tapi setelah keluar dari laut awan putih susu, ternyata kejadian seperti ini masih terjadi. Berarti masalahnya bukan pada laut awan tersebut.
"Mungkinkah semua makhluk awan itu ditujukan untuk ini?" Han Sen mengamati lapisan pertama Menara Takdir Langit. Dia meletakkan gumpalan awan, jangkrik hitam, dan rumput anggrek di sana.
Saat ini gumpalan awan telah membungkus kembali rumput anggrek. Jangkrik hitam juga menghilang tanpa jejak, jelas telah masuk ke dalam gumpalan awan tersebut.
"Jika kawanan makhluk awan benar-benar tertarik oleh mereka, maka asal-usul mereka pasti benar-benar bermasalah besar," gumam Han Sen dalam hati.
Tapi sekarang dia masih belum tahu apakah kawanan makhluk awan tertarik oleh tanaman anggrek atau jangkrik hitam. Dengan adanya Meng Lie di samping, dia tak bisa mengeluarkannya untuk menilai.
"Han Sen, sudahkah kamu mempertimbangkan?" Meng Lie yang tidak melihat petarung kuat lain muncul, kembali bertanya pada Han Sen.
"Baik, aku setuju ikutmu kembali ke Klan Huangji. Tapi kamu harus memastikan keamananku." Han Sen tampak ragu sejenak sebelum berkata pada Meng Lie.
"Tenang saja, Paman Kaisar enggan membiarkanmu mati. Asal kamu patuh ikut pulang dan setia berbakti untuk Klan Huangji, Paman jamin tidak akan ada sehelai rambutmu yang rusak." Meng Lie berkata dengan datar.
