Yang lebih membuat Meng Lie merinding adalah, varietas langka tingkat mitos biasanya meski tidak terlalu cerdas, tetap tahu kapan harus maju atau mundur, tidak mungkin bertarung mati-matian dengannya.
Tapi Qilin ini malah bertarung habis-habisan sampai akhir, sama sekali tidak takut mati, membuatnya menghadapi masalah besar.
Bukan ini alasan utama yang membuat Meng Lie merinding. Yang dikhawatirkannya adalah, sosok di belakang layar ternyata bisa mengendalikan varietas langka mitos. Entah tingkat apa sebenarnya kekuatan mitos yang dimilikinya sendiri.
"Harus secepatnya membawa Han Sen kembali ke Klan Huangji!" Meng Lie nekat, rantai keteraturan keemasan di tubuhnya meletus bagai dewa emas. Pukulannya menghancurkan kehampaan, awan tipis dan darah dewa terus berhamburan jatuh.
Karena gelombang energinya terlalu mengerikan, Han Sen sama sekali tidak mendapat kesempatan mendekat. Setelah 12 jam berlalu, baru terdengar rintihan dari kehampaan. Han Sen menyaksikan mayat tak berkepala Qilin jatuh dari ruang kosong.
Kemudian terlihat Meng Lie membawa kepala Qilin membelah angkasa. Namun di tubuhnya juga muncul banyak luka, darah dewa keemasan masih mengalir. Luka terdalam bahkan memperlihatkan tulang di dalamnya, jelas dia mengalami cedera yang cukup parah.
Meski Han Sen merasa menyesal tidak mendapat kesempatan merebut pukulan terakhir, ia berhasil membunuh banyak Varietas Penguasa secara mendadak, perlahan mengisi ulang gen tingkat Raja miliknya.
Han Sen terus mengikuti perjalanan Meng Lie, benar-benar membunuh sepanjang jalan. Di mana-mana dipenuhi makhluk awan yang tanpa takut mati. Bahkan petarung tangguh seperti Meng Lie yang sudah menumpahkan darah tak terhitung, mulai merasa tidak segan-segan.
"Jangan sampai Bapak tahu siapa dalang di balik ini! Kalau ketahuan, kulitnya bakal Bapak kelupas habis!" Meng Lie yang frustasi sampai melontarkan umpatan kasar.
Dulu, begitu Meng Lie muncul, varietas biasa langsung kabur jauh-jauh, tak berani menampakkan diri. Sekarang, makhluk level apa pun—bahkan Baron dan Viscount—berani menyerangnya. Meski akhirnya mati juga, tetap saja rasa tidak senang itu mengakar dalam hati.
Sepanjang perjalanan pembunuhan ini, Laut Awan Tianxia telah terendam darah. Meng Lie menarik Han Sen dan memaksakan kecepatan untuk melepaskan diri dari varietas langka itu. Bahkan dia sendiri sudah hampir muntah karena terlalu banyak membunuh, tak ingin melanjutkan lagi.
Tapi baru berlari puluhan ribu li, seekor varietas langka mitos tiba-tiba melangkah di udara menghadang jalan Meng Lie.
Han Sen menyaksikan burung raksasa berwarna pelangi bagaikan merak terbang dari balik awan. Hanya aura yang dipancarkannya saja sudah membuat orang merasakan kengerian yang luar biasa.
"Raja Merak Tianxia! Siapa sebenarnya yang bisa mengendalikan Raja Merak Tianxia?!" Wajah Meng Lie berubah pucat.
"Apa dia sangat kuat?" tanya Han Sen.
"Dia menempati peringkat keempat di antara Tujuh Benih Suci Tianxia. Unicorn Tianxia hanya ada di urutan terbawah. Menurutmu ini kuat atau tidak?" Ekspresi Meng Lie semakin masam, jelas dia tak yakin bisa melawan Raja Merak Tianxia.
Han Sen tercengang memandang Raja Merak Tianxia. Burung itu telah terbang di atas mereka, bulu ekor meraknya yang indah terkembang membentuk kipas setengah lingkaran.
Pada kipas merak tersebut terdapat pola mirip mata-mata yang memancarkan cahaya berkilauan. Cahaya ilahi berwarna pelangi itu menyapu seluruh Lautan Awan Tianxia dalam sekejap.
Saat cahaya ilahi menyentuh tubuh Han Sen, bagian-bagian yang terkena - baju zirah, kulit, rambut, dan sebagainya - mulai berubah menjadi debu. Ia pun panik.
Kulit Es dan Tulang Giok Han Sen ternyata tak mampu menahan kekuatan peleburan cahaya ilahi ini. Di sampingnya, tubuh Meng Lie juga sedang berubah menjadi debu seperti dirinya.
“Roar!” Meng Lie berubah menjadi Raksasa Emas, sambil menggenggam Han Sen. Sebuah warna emas mulai menular ke tubuh Han Sen, dalam sekejap mengubah seluruh raga Han Sen beserta baju zirahnya menjadi berwarna emas.
Jika diamati lebih saksama, akan ditemukan bahwa lapisan warna emas tersebut terbentuk dari rantai keteraturan yang mengerikan. Namun lapisan emas itu perlahan memudar di bawah terkikisnya cahaya ilahi berwarna pelangi, jelas tak mampu menahan kekuatan Raja Merak Tianxia.
“Kamu pergi dulu!” Meng Lie langsung melemparkan Han Sen hingga terlempar jauh, sementara dirinya sendiri melesat menuju Raja Merak Tianxia.
Memanfaatkan tenaga lemparan Meng Lie, Han Sen berhasil keluar dari bidang cahaya pelangi yang menyelimuti Laut Awan Tianxia. Sementara Raja Merak Tianxia yang sedang sibuk melawan Meng Lie, tak punya cadangan tenaga untuk mengejarnya.
“Jawaban apaan itu, bahkan Raja Merak Tianxia yang mengerikan ini sampai berani kau tantang. Benda itu tidak boleh dibiarkan.” Han Sen tanpa basa-basi langsung memanggil gumpalan awan dari dalam Menara Takdir Langit, meletakkannya di samping, lalu berbalik dan langsung kabur.
Benda itu bahkan bisa memanggil Raja Merak Tianxia. Jika terus dibawa, mungkin Tujuh Benih Suci Tianxia pun akan ikut terpanggil.
Unicorn Tianxia peringkat terbawah saja sudah begitu garang, apalagi Raja Merak Tianxia peringkat keempat yang jauh lebih mengerikan. Bahkan Meng Lie tidak berani meremehkannya. Jika yang peringkat depan datang, benar-benar mati sudah.
Setelah membuang gumpalan awan itu, Han Sen segera menjauh. Kebetulan ini kesempatan untuk melepaskan diri dari Meng Lie.
Setelah terbang beberapa jarak, Han Sen merasa ada yang tidak beres. Saat menoleh ke belakang, dilihatnya gumpalan awan putih susu yang sudah dibuangnya ternyata mengejar dari belakang.
“Sial! Kenapa kamu mengikuti aku?” Han Sen membelalakkan matanya berteriak, benda ini ternyata mengikutinya.
Tabir awan itu tentu saja tidak akan menjawab Han Sen, hanya melayang di sisi Han Sen, mengapung di sana tanpa ada gerakan yang melukainya.
“Aku takut padamu.” Han Sen sekarang hanya ingin menjauhi awan putih mengerikan ini secepat mungkin, mempercepat langkah dengan Jurus rahasia Phoenix Terbang.
Tapi tabir awan putih susu itu terlihat melayang lambat, tapi ternyata bisa mengikuti kecepatan Han Sen. Bagaimanapun Han Sen mengubah arah, tak bisa melepaskannya.
Han Sen juga pernah mencoba memukulnya hingga terlempar, tapi sama sekali nggak mempan. Semakin kuat tenaganya, semakin cepat kecepatannya, saat menghantam tabir awan itu justru terasa semakin elastis, fondasi utama tak tergoyahkan.
"Baru lari sebentar, sudah ketemu sekelompok makhluk awan lagi. Jelas-jelas ini ulah kelompok awan tadi yang memanggil mereka."
Untungnya kelompok makhluk awan ini levelnya tidak tinggi, kebanyakan cuma Viscount dan level Pangeran rendahan. Han Sen dengan mudah mengeliminasi mereka.
"Kalau sampai memanggil yang mitos, aku benar-benar jadi mayat kaku kali!" Hati Han Sen rasanya ingin menangis, tapi dia memang tak bisa berbuat apa-apa terhadap kelompok awan itu.
Tapi Han Sen berpikir lagi, fungsi kelompok awan ini cuma berlaku di area tertentu. Kalau dia tidak kabur, di wilayah ini kan tidak ada makhluk awan kuat, otomatis aman.
Mikir sampai sini, Han Sen berhenti kabur. Dia berhenti di tempat sambil menatap kelompok awan itu: "Aku peringatkan, jangan ikutin aku lagi! Kalau tidak, aku masuk ke dalammu dan bikin kamu mati!"
Han Sen berusaha mengintimidasi jangkrik hitam atau rumput orkid itu - pokoknya pasti salah satu dari mereka yang jadi dalang.
"Kau pikir aku tidak berani membunuhmu?" Han Sen melihat gumpalan awan berwarna itu masih diam melayang di sampingnya. Dengan tekad bulat, ia langsung berjalan mendekati formasi awan itu.
