Han Sen berlari menyerbu formasi awan, namun gumpalan awan itu malah mundur menjauh, membuatnya tak bisa menyentuhnya secara langsung.
Han Sen gemas bukan main. Ia mempercepat langkah untuk mengejar, tapi formasi awan itu terus menjauh. Ketika Han Sen berbalik hendak pergi, awan itu kembali mendekat. Sungguh membuatnya tak berdaya.
"Aku salah, benar-benar salah! Tolong jangan ikuti aku lagi, boleh tidak?" Han Sen merengek dengan wajah masam pada gumpalan awan itu.
Entah si jangkrik hitam di dalamnya tak paham Bahasa Umum Semesta, atau memang tak berniat melepas Han Sen. Setiap kali ia mencoba pergi, makhluk itu segera menyusul lagi.
Situasi Han Sen saat ini agak canggung, pergi bukan pilihan, tidak pergi juga bukan solusi. Benar kata pepatah, mengundang dewa mudah, mengusirnya sulit.
"Kamu pikir aku mudah diganggu?" Han Sen yang melihat formasi awan itu tetap tak mau pergi dan malah bermain perang gerilya, langsung membentak marah.
Memanggil Dua Pistol Mantra, krek krek krek! Semburan peluru super cepat diarahkan ke gumpalan awan itu.
Anehnya formasi awan itu tidak menghindar. Peluru menghantam hingga permukaannya cekung, tapi segera kembali mengembang seperti semula. Penetrasi sama sekali tidak mempan.
Hasil ini sudah diprediksi Han Sen sejak awal. Tujuan utamanya bukanlah menembus awan dengan peluru biasa.
"Lawan Kakak dari Keluarga Han? Masih hijau kamu." Dalam hati Han Sen tersenyum sinis, dua pistolnya kembali menyemburkan hujan peluru ganas ke arah formasi awan.
Peluru-peluru kembali menghantam tabir awan, hanya saja kali ini tabir awan sepertinya kehilangan kelenturannya. Setelah ditabrak peluru, mengeluarkan suara Dor! Dor! seperti menghantam lempengan batu.
Pada putaran tembakan sebelumnya, Han Sen menggunakan kemampuan stabilisasi abadi mantra untuk memadatkan tabir awan, menghilangkan karakteristik aslinya.
Meski tabir awan masih keras dan peluru tak mampu melukainya, di area yang tertembak muncul cahaya teknik kura-kura - tak lain adalah Teknik Kura-kura milik Han Sen.
Setelah menembak acak, Han Sen memenuhi permukaan tabir awan yang terstabilisasi dengan tanda cahaya kura-kura, lalu melepaskan sinar es yang langsung membekukan awan menjadi balok es.
“Aku tidak percaya, kamu masih bisa mengikutiku.” Han Sen berbalik dan kembali terbang menjauh dengan kecepatan penuh, sambil terus menoleh melihat kelompok awan berwarna yang terbeku. Meskipun telah dibekukan, ternyata masih bisa melayang-layang, meski kecepatannya sudah melambat seperti siput, sepertinya sulit mengejar Han Sen.
Han Sen berseri-seri tak bisa menyembunyikan kegembiraannya, pergi dengan cepat tanpa menoleh ke belakang. Benar saja, tidak terlihat lagi bayangannya yang mengejar.
"Akhirnya bisa melepaskan diri darinya." Han Sen beberapa kali mengubah arah penerbangan, baru benar-benar melepas kejaran makhluk itu. Ia pun menghela napas lega panjang.
Saat hendak melanjutkan penerbangan, tiba-tiba ia merasakan gelombang ruang di depan. Seperti ada makhluk hidup yang sedang bertempur hebat di sana.
Karena jarak medan pertempuran terlalu jauh, getarannya sangat halus. Setelah ragu sebentar, Han Sen mendekati sedikit ke arah medan perang. Gelombang itu semakin jelas terasa.
"Kekuatan elemen suara ini terlihat familiar... Itu Bao Qin... Satu lagi kekuatan elemen api... Bukankah ini kekuatan burung merah kecil?" Hati Han Sen dipenuhi rasa takjub dan girang, segera melesat ke arah gelombang ruang.
Semakin dekat dengan medan tempur, getaran itu semakin kuat. Bahkan sebelum Han Sen melihat burung merah kecil dan Bao Qin, seekor Paus Putih Besar telah mengejar dua Ksatria Raja dari Klan Huangji di antara tabir awan.
Han Sen berseri-seri, langsung menerjang ke arah Paus Putih dan dua Ksatria Huangji itu.
Kedua Ksatria Huangji yang sedang panik kabur tiba-tiba melihat Han Sen muncul di depan. Mereka tertegun sejenak, dan dalam sekejap tubuh mereka tersedot masuk ke dalam lubang hitam yang terbentuk di mulut paus putih.
"Ayah!" Setelah Han Sen masuk ke dalam paus putih, Bao'er melompat ke pelukannya dengan wajah bersemangat: "Ayah, aku berhasil menangkap banyak awak kapal lagi!"
Han Sen mengikuti arah yang ditunjuk Bao'er, melihat sel penjara Paus Putih Besar mengurung belasan ksatria level Raja dan makhluk hampir mencapai tahap mitos dari Klan Huangji.
"Kerja bagus." Sorot mata Han Sen mengamati semua orang di dalam kapal. Para bajak laut dan Fang Qingyu tidak ada masalah, hanya Ning Yue yang duduk di sudut ruangan dengan pakaian tidak rapi, terlihat ketakutan.
Bao'er menceritakan kejadian sebelumnya dengan kecepatan kilat, membuat Han Sen tertegun seperti patung.
"Pedang kecil hijau itu ternyata bisa langsung membunuh makhluk hampir mencapai tahap mitos? Sungguh bukan senjata biasa. Asal-usulnya masih misteri. Barang yang digali dari luar Kota Du Shen, jangan-jangan ini senjata peninggalan perang para dewa? Jika benar ini senjata Tuhan, Ning Yue dapat cuan gila." Han Sen memandang penampakan Ning Yue sekarang, merasa lebih baik tidak mengambil keuntungan dari situasi ini.
Tapi berdasarkan kejadian sebelumnya, sifat asli Ning Yue sebenarnya diredam oleh Pedang kecil hijau. Namun sifat itu tidak benar-benar hilang. Dalam situasi khusus tertentu, seharusnya bisa memicu sifat aslinya yang sesungguhnya.
Hanya saja karena Pedang kecil hijau terlalu kuat, dengan kekuatan kehendak Ning Yue, dia hanya bisa pulih sejenak saat terstimulasi. Benar-benar ingin melepaskan diri dari pengaruh Pedang kecil hijau sama sekali bukan hal yang mudah.
"Si burung merah kecil tidak apa-apa kan?" Han Sen menatap ke arah kehampaan yang memijar di kejauhan, bergumam lirih penuh kekhawatiran.
Menurut penuturan Bao'er, burung merah kecil dan Bao Qin sudah bertempur selama beberapa hari, namun masih belum ada yang menang atau kalah.
Bao'er mencibirkan bibir berkata: "Ayah tidak perlu khawatir, Si Merah baik-baik saja. Kalau saja Si Merah bukan masih kecil, udah dari dulu mengalahkan 'itu'."
Han Sen mengangguk, ingin mengatakan sesuatu lagi, tiba-tiba wajahnya berubah pucat.
Sorot matanya tanpa sengaja menyapu ke depan, melihat sekumpulan awan berwarna putih susu yang sama sekali berbeda dengan warna tabir awan di sekitarnya melayang perlahan mendekat, telah sampai di samping Paus Putih Besar. Itulah gumpalan awan yang terus menghantui.
"Melihat hantu! Bagaimana dia bisa mengejar kita?" Han Sen menyadari efek beku dan tanda cahaya kura-kura di tubuhnya sudah hilang, tak tahu bagaimana cara menetralkannya.
"Bao'er, panggil Si Merah kembali. Kita harus cepat pergi!" Ekspresi Han Sen berubah masam.
Kehadiran makhluk ini di sini mungkin telah memancing datangnya banyak varietas langka makhluk awan. Bagaimana jika varietas langka mitos benar-benar tertarik mendekat? Ini akan menjadi masalah besar bagi mereka.
Bao'er tak paham situasi, tapi tetap melakukan sesuai perintah Han Sen. Menggunakan perangkat di atas Paus Putih Besar, dia meluncurkan sinar kristal ke arah pertempuran.
Tak lama kemudian, burung merah kecil yang menyerupai Phoenix Api terlihat terbang mendekat. Saat mendarat di Paus Putih Besar, ia telah berubah kembali ke wujud burung merah kecil.
"Mau kabur ke mana!" Bao Qin membelah angkasa dengan tubuhnya yang berwarna merah dan hitam di beberapa bagian. Harpa di tangannya menghitam akibat terbakar, bahkan beberapa tali harpanya putus. Tampaknya dia tidak berhasil mengambil keuntungan dari burung merah kecil itu.
Han Sen menyuruh Bao'er menggerakkan Paus Putih Besar sepenuh tenaga untuk melarikan diri. Setelah bertempur begitu lama, pengeluarannya pasti sangat besar. Akan sulit baginya mengejar Paus Putih Besar.
Paus Putih Besar melesat di depan dengan kecepatan tinggi, diikuti awan berwarna susu, dan di belakangnya Bao Qin. Mereka berpindah dengan cepat di antara tabir awan.
Dor!
Baru saja kabur tidak jauh, ternyata cahaya pelangi dan sinar jingga menyelimuti seluruh laut awan di sekitarnya.
“Raja Merak Tianxia...” Han Sen melihat seekor burung merak berwarna muncul di cakrawala, ekspresinya langsung berubah drastis.
