Han Sen mengikuti arah yang ditunjuk Bao'er. Di antara rumpun jamur itu tumbuh sebatang rumput kecil yang sama sekali tidak mencolok.
Tumbuhan kecil itu hanya setinggi tiga empat sentimeter, dengan tiga empat helai daun yang sangat tipis. Terlihat kering dan menguning, seolah sudah mati. Kalau bukan karena Bao'er yang menunjukkannya, Han Sen sama sekali tidak menyadari kehadirannya.
"Kamu mau makan rumput itu?" Han Sen memandang Bao'er dengan heran, dalam hati berpikir: "Kapan Bao'er ganti selera? Dulu kan suka makanan manis?"
"Bukan rumputnya, tapi yang di bawah." Bao'er berbisik.
"Di bawah?" Han Sen menatap rumput kering itu, mulai memahami maksud Bao'er. Tumbuhan ini mungkin seperti lobak - bagian atasnya hanya daun, sementara di bawah tanah tersimpan harta berharga.
Tanpa ragu lagi, Han Sen langsung mencabut Pisau Gigi Hantu. Dengan sekali ayunan pedang, semua jamur beracun ungu itu terpenggal.
Tumbuhan mutan level Raja bukanlah hal istimewa bagi Han Sen. Satu tebasan satu jamur, bahkan akar-akarnya ikut terbasmi.
Kabut racun yang disemburkan jamur racun semuanya dihalangi Han Sen dengan cahaya es. Sehebat apa pun kabut racun level Raja, tetap tidak bisa melukai Han Sen.
"Pemburuan mutan jamur payung racun level Raja, gen varietas langka ditemukan."
Han Sen sedikit terkejut, tidak menyangka jamur-jamur ini ternyata benar-benar tergolong varietas langka, dan bahkan berlevel Raja.
"Jika makhluk bernomor dalam buku harian Raja Sungai Malam benar-benar adalah jamur payung racun ini, berarti pasti ada sesuatu yang mempengaruhi mereka hingga bisa naik ke level Raja. Artinya sebelumnya mereka bukan level Raja. Lalu apa sebenarnya yang mempengaruhi mereka? Mungkinkah rerumputan layu itu?" Berbagai pikiran bergolak dalam benak Han Sen.
"Pemburuan mutan jamur payung racun level Raja, roh binatang jamur payung racun diperoleh, gen varietas langka ditemukan."
Setelah membabat lebih dari tiga puluh jamur payung racun, Han Sen malah mendapatkan roh binatang level Raja. Benar-benar kejutan yang menyenangkan.
Meskipun jamur payung beracun ini level Raja, mereka tidak bisa bergerak. Satu-satunya taktik serangan hanyalah menyemprotkan kabut racun, yang sama sekali tidak berpengaruh pada Han Sen. Dengan cepat, semua jamur itu dibersihkan olehnya, dan akhirnya dia mendapatkan dua roh binatang jamur payung beracun.
Di luar dugaan Han Sen, jamur payung beracun ternyata adalah roh binatang tipe senjata. Tapi Han Sen saat ini tidak berminat untuk membikinkannya demi melihat bentuk senjata apa itu.
Selanjutnya, Han Sen mulai menggunakan pisau untuk menggali rumput kering itu, ingin melihat apa yang ada di bawahnya.
"Siapa di antara kalian yang mengenali tumbuhan itu?" Kaisar Putih menatap para petarung kuat Klan Huangji dan bertanya.
Sekarang semua orang bisa melihat bahwa tujuan Han Sen adalah menggali rumput kering itu. Tapi mereka saling pandang, tak seorang pun tahu sebenarnya barang apa gerangan rumput itu.
Bahkan jamur beracun varietas langka yang sebelumnya dipotong oleh Han Sen, merekapun tidak mengenali jenis apa itu.
Di Alam Semesta Raya, tumbuhan memang memiliki berbagai keanehan. Tidak mengenal semuanya itu wajar, bahkan petarung kuat yang termitosis pun belum tentu mengenal semua jenis tumbuhan.
Hanya saja mereka agak bingung, bagaimana Han Sen tahu ada tumbuhan mutan di sana?
Saat Han Sen terus menggali dengan pisau, akhirnya terlihat benda ungu di bawah rumput kering itu. Awalnya tidak jelas bentuknya, tapi setelah digali beberapa saat, mulai terlihat seperti sesuatu.
Benda itu benar-benar mirip lobak besar berwarna ungu. Ukurannya sebesar lengan dengan panjang sekitar dua kaki, ditumbuhi banyak akar-akar ungu.
Han Sen mengangkat "lobak" itu dari tanah dan memperlihatkannya pada Bao'er sambil bertanya heran: "Bao'er, sejak kapan kamu suka makan lobak?"
"Ayah, di kampung halaman kita pun, ini seharusnya disebut ginseng kan?" kata Bao'er memeluk benda itu sambil berkedip-kedip.
"Ginseng?" Han Sen terkejut, karena benda itu jelas-jelas terlihat seperti Lobak. Bagaimana mungkin ginseng memiliki postur tubuh sebesar itu? Lagipula Han Sen ingat ginseng seharusnya berwarna kuning tanah. Benda ungu sebesar ini, jelas-jelas Lobak.
"Anggap saja ini Lobak." Bao'er dengan kedua tangan memeluk ginseng besar itu, terlihat sangat gembira. Ia menambahkan, "Ayah, coba gali lagi, di bawah ini masih ada barang."
"Masih ada?" Han Sen cepat melanjutkan penggalian.
Yang terekam di monitor pantauan hanyalah gambar visual. Ksatria Raja Biru Es dan orang-orang Klan Huangji tidak bisa mendengar percakapan Han Sen dan Bao'er. Mereka hanya menyaksikan Han Sen menggali Lobak besar yang kemudian dipeluk erat oleh Bao'er.
Kaisar Putih mengerutkan kening halus, karena tetap tidak ada yang bisa mengenali benda besar seperti Lobak itu sebenarnya apa.
"Di alam semesta terlalu banyak hal serupa. Jika tidak terlalu terkenal, tak mungkin semua orang mengingatnya. Lobak ungu besar itu sama seperti jamur-jamur tadi, keduanya bukan benda terkenal di kosmos. Sebelumnya tak pernah ada yang melihatnya."
"Sekarang mereka semua penasaran, apa lagi yang bisa digali Han Sen dari bawah sana."
"Han Sen sendiri juga tidak tahu apa yang akan ditemukan. Dengan Pisau Gigi Hantu ia terus menggali ke bawah, tapi sepertinya tidak ada apa-apa. Sudah lebih dari satu meter kedalamannya, masih belum terlihat sesuatu di bawah."
"Bao'er, kamu yakin di bawah benar-benar ada sesuatu?" Han Sen bertanya dengan sedikit keraguan.
"Seharusnya ada." Bao'er memeluk ginseng besar sambil duduk di tepi lubang.
Han Sen terpaksa terus menggali. Dengan cepat kedalaman mencapai dua tiga meter. Akhirnya ujung pisaunya menyentuh sesuatu.
Karena lubangnya terlalu dalam dan posisi monitor pantauan tidak tepat, Ksatria Raja Biru Es dan anggota Klan Huangji tidak bisa melihat ke bawah. Mereka hanya menyaksikan Bao'er duduk di tepi lubang sambil memeluk lobak besar, sementara reruntuhan batu dan tanah terus dilempar keluar dari dalam lubang. Adapun kondisi sebenarnya di dalam lubang, tak satu pun dari mereka yang bisa melihatnya.
Andai berada di TKP, mereka punya banyak metode untuk mengamati kondisi dalam lubang. Tapi yang mereka lihat sekarang hanyalah gambar rekaman. Sekalipun memiliki kemampuan supernatural, mustahil bagi mereka untuk langsung melihat keadaan di dalam lubang dari gambar tersebut.
Han Sen merasakan ada sesuatu di bawahnya. Hatinya langsung berdebar kegirangan. Tangannya semakin gesit menggali, dan tak lama kemudian benda itu mulai menampakkan diri.
Han Sen menemukan sebuah perisai yang tampaknya didesain menara. Benda itu terbuat dari logam ungu yang proses pembuatannya mirip dengan teknik pencetakan tembaga ungu, tapi dengan beberapa perbedaan karakteristik yang sulit dijelaskan secara spesifik.
Perisai bagian dalam menghadap ke atas, terlihat sebuah pegangan dengan desain yang cukup kuno tanpa pola hias. Han Sen menggenggam pegangan di sisi dalam perisai tersebut dan langsung mengangkatnya.
"Kenapa berat sekali? Dari bobotnya saja, ini pasti barang bagus." Perisai itu sangat berat, bahkan dengan tenaga Han Sen, mengangkatnya ternyata cukup melelahkan. Meski demikian, dia berhasil mengeluarkannya.
Boom!
Begitu perisai terangkat, Han Sen belum sempat melihat kondisi bagian depannya ketika tiba-tiba cahaya ungu menyala terang dari depan perisai, bagai letusan gunung berapi yang dalam sekejap berubah menjadi pilar cahaya ungu menyembur ke langit.
Han Sen tertegun memandang ke langit. Di dalam pilar cahaya ungu itu, ternyata muncul siluet cantik seorang wanita berbadan manusia berekor ular.
