Kucing itu hanya sebesar telapak tangan, terlihat sangat menggemaskan. Bahkan kukunya berwarna merah muda, dengan sikap polos yang manis.
Wanita itu mengangkat kucing dari lantai dan menelungkupkannya di telapak tangan. Han Sen bisa melihat kedua tangan wanita dalam rekaman itu - bersih, jenjang, bulat, cantik, tanpa kuku panjang atau perhiasan cincin.
Kucing putih kecil dimasukkan ke dalam wadah transparan oleh wanita itu, kemudian dia mengenakan sepasang sarung tangan eksperimen sekali pakai. Han Sen melihat wanita tersebut mengeluarkan alat suntik dan menyuntikkan sejenis cairan tak dikenal ke dalam tubuh kucing itu.
Setelah disuntik, kucing kecil itu langsung tertidur. Sudut pengambilan gambar alat komunikasi membeku di sini, seolah-olah wanita itu berdiri tak bergerak sama sekali sambil merekam kucing tersebut.
Tapi Han Sen segera menyadari bahwa waktu yang terlalu lama membuat mustahil wanita itu terus berdiri di sana. Kemungkinan dia telah meletakkan alat komunikasi di posisi tertentu yang terus merekam.
Karena kucing itu terus tertidur panjang, Han Sen mempercepat kecepatan casting gambar. Saat itulah keajaiban terjadi: Hanya dalam semalam, postur tubuh kucing yang sedang tidur itu membesar dua kali lipat. Gambar pun berakhir tepat di momen ini.
Han Sen membuka gambar kedua. Pemandangan sepertinya masih sama, mengarah ke anak kucing putih di dalam wadah transparan. Setelah beberapa saat, anak kucing itu akhirnya bangun. Wanita dengan sarung tangan itu muncul kembali dan menyuntikkan cairan lagi ke tubuh anak kucing.
Anak kucing yang baru bangun tidur itu kembali terlelap. Wanita itu membelai kepala anak kucing sambil berkata dengan suara yang sama: "Anakku yang baik, kamu harus bertahan. Ibu percaya padamu."
Disuntikkan cairan... tertidur panjang... disuntikkan lagi... tertidur lagi...
Proses ini seolah berputar dalam siklus tak berujung. Hanya dalam tujuh hari, postur tubuh anak kucing putih itu telah membesar seukuran harimau dewasa.
Bahkan bisa dikatakan anak kucing putih itu sekarang terlihat persis seperti harimau putih. Dan yang lebih mengejutkan, harimau putih ini terlihat sangat familiar.
“Memang 'itu' yang di luar?” Han Sen telah menebak sebagian, jadi tidak terlalu terkejut.
Proses siklus itu masih berlanjut. Kucing putih kecil hanya bisa tetap waras dalam waktu yang sangat singkat, sementara di waktu lain terus tertidur dalam pengaruh injeksi cairan.
Postur tubuhnya terus melonjak, bahkan lebih besar dari harimau putih yang pernah dilihat Han Sen sebelumnya.
Pada hari kedua puluh tiga, sang wanita menemukan jamur kecil berwarna hijau tumbuh di atas kepala kucing itu. Meski baru sebesar biji kacang, ini membuatnya pertama kali berseru dengan nada bicara penuh kejutan: "Anakku, akhirnya kau berhasil!"
Sejak hari itu, kucing putih kecil bersama jamur di kepalanya perlahan membesar. Percobaan sang wanita masih terus berlanjut.
Pada hari ketiga puluh tujuh, kucing putih kecil itu sudah lebih besar dari mamut raksasa. Wadahnya takkan cukup menampungnya. Saat makhluk itu tertidur panjang, sang wanita membuka wadah tersebut lalu berdiri di samping kepala kucing putih raksasa itu. Seperti sedang swafoto, dia menggunakan alat komunikasi untuk memotret dirinya bersama kucing putih itu.
Ini pertama kalinya Han Sen benar-benar melihat wajah wanita tersebut. Sebelumnya dia hanya bisa mendengar suaranya, paling banter melihat sepasang telapak tangan dan lengan wanita itu. Bagian tubuh lainnya tak pernah terlihat.
Ketika akhirnya menyaksikan wajah asli wanita ini, Han Sen tak tahan menjerit: "Benarkah ini dia?"
Tampak dalam gambar, wanita itu mengenakan jas lab putih berkuncir kuda dengan kacamata hitam di wajah masamnya. Ternyata dia adalah wanita yang terperangkap di Gunung Dua Dunia! Hanya saja auranya berbeda dari saat di Gunung Dua Dunia - terlihat lebih lembut walau tetap lebih dingin dibanding orang biasa.
"Ini kapal perangnya? Dia juga pernah ke sini? Lalu bagaimana caranya dia keluar?" Hati Han Sen tersenyum puas.
Mengingat wanita itu bisa datang dan pergi dari sini, maka seharusnya dia juga bisa keluar. Hanya saja Han Sen tidak tahu bagaimana sebenarnya cara wanita itu keluar.
Selain itu, Han Sen masih punya sedikit kebingungan: Kenapa wanita itu sudah pergi, tapi produk eksperimennya si kucing putih kecil malah mendapatkan tetap bertahan di sini?
Tiba-tiba sulit dipahami, Han Sen ingin mencari jawaban dari gambar tersebut. Tapi rekaman visualnya sudah berakhir di sini. Tak ada gambar lain lagi. Adegan terakhir membekukan pada foto bersama wanita dan kucing putih raksasa.
"Sialan, tidak bisakah kau merekam lebih banyak?" Hati Han Sen mulai frustasi. Tapi penemuan ini sudah menjadi kabar baik baginya, membuktikan bahwa tempat ini memang bisa ditembus.
Han Sen memutar ulang gambar beberapa kali, tetap tidak menemukan petunjuk lain. Rekaman itu terus fokus pada kucing putih dari sudut pandang yang sama, kecuali bagian awal dan foto terakhir yang menampilkan sudut berbeda.
"Kapten... Buruk kapten... Ada sesuatu yang merayap naik..." Seorang bajak laut mengetuk pintu sambil berteriak ketakutan.
Han Sen mematikan video dan meninggalkan kamarnya. Sesampainya di ruang kontrol, ia menyaksikan makhluk mirip ular merayap keluar dari lautan hitam. Tubuh mereka sebesar tong, kepala menyerupai ular namun dengan mulut persegi yang menganga, empat taring tajam di setiap sudutnya membuat penampilan mereka mengerikan.
"Masih ada makhluk hidup di Laut Hitam?" Han Sen tertegun. Korosi laut itu bahkan mampu mengikis Paus Putih Besar tingkat mitos. Sulit dibayangkan makhluk apa yang bisa bertahan di perairan semacam itu.
Monster ular laut yang merangkak ke darat mulai menelan jamur di benua.
Meski jumlah jamur banyak, tapi monster ular hitam itu juga jumlahnya tidak sedikit. Hanya sekejap, mereka sudah melahap beberapa mu tanah jamur.
"Meong!" Teriakan melengking terdengar. Harimau putih itu turun dari langit, cakarnya menyambar dan langsung mencabik-cabik tubuh monster ular menjadi beberapa bagian.
Cairan hitam mengalir dari potongan tubuh ular yang terbelah. Potongan tubuh itu masih bergerak-gerak mencoba menggigit harimau putih.
Harimau putih langsung menghantam dengan cakarnya, memipihkan kepala monster ular menjadi bubur.
Sepertinya harimau putih tidak punya kemampuan serangan area luas, tapi tenaga dan kecepatannya benar-benar mengerikan, pasti level mitos.
Tiba-tiba tubuh harimau putih berubah menjadi sekawanan harimau, serentak menerjang kawanan ular hitam.
Han Sen tahu ini bukanlah Sihir Perpanjangan Diri, melainkan karena kecepatan harimau putih yang luar biasa cepat sehingga menciptakan banyak ilusi. Ini terjadi karena kemampuan visual mereka tak mampu mengikuti kecepatan harimau putih.
Satu per satu naga monster hitam remuk kepalanya oleh cakarnya. Dalam sekejap, ratusan mayat naga monster hitam berserakan di tanah, sementara sisanya bergegas mundur ke Laut Hitam.
Tubuh naga monster hitam yang mati dengan cepat membusuk, berubah menjadi cairan hitam. Sebagian besar mengalir kembali ke Laut Hitam, sedangkan sebagian kecil mengering di benua.
Baru setelah semua naga monster hitam mundur ke Laut Hitam, harimau putih mengaum dua kali ke arah laut itu lalu berbalik dan berlari cepat kembali ke hutan jamur.
