Benua ini telah dijelajahi oleh Han Sen dan rombongannya entah berapa kali. Selain jamur-jamur ini, tidak ada hal istimewa lainnya.
Kapal perang lapuk itu juga telah dicari berkali-kali, namun tidak ada penemuan penting lain.
"Harimau putih ingin membawa kita ke mana? Mungkinkah dia ingin membawa kita pergi dari sini?" Pikir Han Sen, jantungnya berdebar kencang.
Sayangnya, Han Sen segera kecewa. Harimau putih tidak berniat meninggalkan benua ini. Alih-alih, dia mendatangi sebuah jamur raksasa dan menampar jamur setinggi tiga lantai itu hingga tercabut akarnya. Han Sen dan rombongannya langsung melihat ada lubang di bawah jamur tersebut.
"Di sini ternyata ada lubang?" Han Sen terkejut dalam hati. Benua ini entah terbuat dari zat apa, kerasnya sulit dibayangkan. Bahkan kekuatan setara dewa pun sulit menghancurkan batuan di benua ini.
Jika ingin menggali lubang di sini, itu bukanlah hal yang mudah.
Harimau Putih sudah menyusup masuk ke dalam lubang. Setelah beberapa saat, kepalanya menyembul kembali sambil mengaum ke arah Han Sen, seolah mendesaknya untuk ikut masuk.
Han Sen melihat kawanan ular di belakang sudah mendekat. Jika mereka masuk sekarang, area ini pasti sudah tenggelam oleh ular saat keluar nanti. Pertempuran tak terhindarkan.
Tapi setelah dipikir ulang, benua ini mungkin tak bisa dipertahankan. Jika ingin tetap bertahan, mau tak mau harus berkonfrontasi dengan kawanan ular. Tak ada pilihan lain.
Han Sen memanggil semua orang keluar dari Paus Putih Besar, menyimpan kapal itu, lalu langsung menyelusup ke lubang tanah. Tanpa alternatif, yang lain pun mengikuti.
Baru tiga puluh detik mereka masuk, area tersebut sudah dipenuhi ular-ular mutan. Beberapa monster ular terjatuh ke dalam.
Tapi karena tak ada jamur di sini, ular-ular tak tertarik menjelajah. Setelah jatuh, mereka segera merayap keluar kembali.
Han Sen dan rombongannya mengikuti harimau putih ke bawah. Han Sen menemukan ini adalah celah retakan alami, bukan hasil tenaga manusia. Dia menghela nafas lega.
Jika dibuat dengan tenaga manusia, mungkin ada bahaya di bawah. Kalau alami, mungkin hanya gua biasa untuk mengungsi.
"Kenapa harimau putih ini baik hati? Ternyata membawa kita mengungsi ke gua ini? Apakah ada konspirasi?" tanya seorang bajak laut.
"Ada konspirasi atau tidak kita harus tetap masuk! Kecuali kau mau bertarung mati-matian dengan monster di luar," jawab bajak laut lain.
"Ngapain banyak bicara! Turun dulu lihat situasi. Mungkin ini tempat harta karun harimau putih. Kita bisa cari keuntungan sementara."
Para bajak laut berkecamuk berdiskusi. Tiba-tiba mereka merasakan sesuatu bergegas keluar dari kedalaman gua.
Tapi sebenarnya mereka tidak melihat apapun, hanya merasakan aliran sesuatu yang keluar.
Detik berikutnya, semua orang merasakan tubuh mereka dingin, pakaian beterbangan, ternyata ada angin sejuk yang berhembus dari bawah gua ke atas.
Angin sejuk itu tidak terlalu kuat, kira-kira hanya mampu menggoyangkan ranting pohon, bagi Han Sen dan rombongannya tentu tidak membahayakan.
Tapi hembusan angin ini membuat semua orang merasa aneh, seorang bajak laut berkata: "Aneh, di bawah lubang tanah ini ternyata ada angin? Mungkinkah di bawah ada jalan keluar?"
Fang Qingyu mendengar itu matanya berbinar: "Bukankah sebelumnya kita menilai ini adalah lambung laba-laba lubang hitam? Jika memang lambung, sangat mungkin terhubung dengan usus atau saluran pernapasan, mungkin di bawah ada jalan keluar..."
"Gila, kalau begitu, angin tadi mungkin cuma kentut?" Seorang bajak laut muntah.
Meski penjelasan Fang Qingyu membuat tidak nyaman, tapi lebih banyak kejutan, jika benar begitu, berarti mereka punya jalur bertahan hidup.
Meski terdengar tidak enak keluar dari 'tempat itu', tapi lebih baik hidup dengan memalukan daripada mati mulia. Ungkapan manis tidak bisa mengenyangkan perut, bertahan hidup tetaplah yang utama.
Hati semua orang dipenuhi harapan, bahkan tenaga mereka seolah bertambah. Dengan gesit mereka mengikuti harimau putih turun ke bawah.
Retakan ini sangat berliku-liku, namun secara keseluruhan terus menurun. Ada bagian yang cukup lebar untuk dilewati pesawat terbang, sementara bagian sempit hanya bisa dilalui dengan menyamping oleh satu orang.
Sepanjang perjalanan, angin sejuk terus berhembus dari bawah. Awalnya hanya angin sepoi-sepoi, tapi semakin ke bawah, hembusannya semakin kuat. Dinding batu di kedua sisi menjadi sehalus permukaan yang telah terkikis aliran air selama ratus juta tahun.
Belakangan, setiap kali angin berhembus keras, gemuruh guntur bergema dari bawah bagai badai petir yang tiada henti. Gema di ruang retakan yang sempit membuat gendang telinga para bajak laut hampir pecah.
"Untungnya suara-suara itu meski agak menakutkan, tapi angin sejuknya belum sampai tingkat yang bisa melukai."
"Ini agak tidak beres ya? Sekalipun ini benar jalan menuju usus, mana mungkin terus-terusan kentut?"
"Mungkin lambung laba-laba lubang hitam ini bermasalah?"
"Tolong gunakan otakmu dong! Meski lambungnya bermasalah, harus ada sesuatu yang dicerna dulu baru perutnya terganggu. Sepanjang jalan kita cuma lihat dinding batu kering, dari mana datangnya barang untuk dicerna?"
"Kalau begitu menurutmu ini tempat apa?"
"Kalau aku tahu, takkan aku buang-buang waktu ngobrol nggak jelas sama kamu di sini."
Para bajak laut itu mulai bertengkar lagi. Bukan karena mereka suka bertengkar, ini cara mereka menghadapi rasa takut yang menggerogoti hati.
Han Sen sudah lama menyadari, ini mustahil berupa saluran pencernaan. Adanya angin yang keluar dari bawah membuatnya juga merasa sangat heran.
Jika di bawah tak ada pintu keluar, maka asal-usul angin ini benar-benar misterius.
Berminat ingin bertanya pada harimau putih itu, tapi sang harimau hanya sibuk memimpin jalan di depan tanpa menghiraukan mereka, kemungkinan besar tidak akan mendapatkan jawaban apa-apa.
Boom!
Angin dari bawah kembali bertiup ke atas, kecepatannya kini sudah sangat mengerikan. Tiupannya membuat wajah para bajak laut berubah bentuk, daging dan darah bergoyang di atas tulang mengikuti irama gelombang angin.
Fang Qingyu yang berlevel Marquis hampir terlempar keluar, tubuhnya melayang terbawa angin sebelum akhirnya dicengkeram kembali oleh Han Sen.
"Angin di bawah semakin kencang, apakah kita harus terus turun?" Semua orang terpaksa berhenti, sorot mata tertuju pada Han Sen yang tak diragukan lagi menjadi pemimpin di situasi ini.
Han Sen pun ragu. Harimau putih itu tidak memiliki hubungan khusus dengan mereka. Membawa mereka ke sini belum tentu bermaksud baik. Jika bukan karena terpaksa, Han Sen tidak akan mengajak semua orang mengikutinya turun.
Saat Han Sen masih merenung, harimau putih itu melihat mereka tidak bergerak, lalu berbalik dan mengaum dua kali ke arah Han Sen, seolah mendesak mereka untuk mengikuti.
"Begini saja, mengingat kawanan ular juga belum mengejar, tempat ini sementara masih aman. Kalian bisa mendirikan kemah dan beristirahat di sini. Aku akan turun dulu untuk memeriksa," kata Han Sen kepada Fang Qingyu.
Nyawa Ksatria Huangji dan bajak laut boleh saja dia abaikan, tapi Fang Qingyu, Ning Yue, dan Gu Qingcheng tidak bisa diacuhkan.
"Kami ikut denganmu," Gu Qingcheng dan Ming Yue malah mendekat, tidak berniat tinggal di tempat ini.
"Jangan tinggalkan aku!" Ning Yue terbang menyongsong dan mendekap erat kaki Han Sen. Dia jelas paham, berada di sisi Han Sen lebih aman daripada tetap di sini.
