"Siapa yang tahu," Ishara menggelengkan kepala sambil berkata, "Senjata klan adalah senjata mitos yang tercipta dari asimilasi gen suatu ras, lebih spiritual dan kuat dibanding senjata mitos biasa. Jika digunakan oleh anggota ras tersebut, akan terjadi sinergi sempurna tanpa efek samping. Tapi jika ras lain memaksakan aktivasi, tenaga senjata klan akan menginfeksi tubuh pengguna dengan gen ras pemiliknya, menyebabkan mutasi khusus. Kecuali kekuatanmu melebihi senjata klan itu, pengaruhnya akan terus membayangimu."
"Benarkah tidak ada solusi lain?" Han Sen bertanya dengan frustasi.
"Tidak sepenuhnya mustahil. Jika ada petarung kuat yang bisa menekan senjata klan dengan kekuatan absolut, menghapus gen ras aslinya lalu menyuntikkan genmu ke dalamnya, efek samping itu akan terselesaikan. Seperti Cermin Takdir Sembilan Putaran Klan Rubah Pesona - seorang petarung mengerikan telah menghapus gen ras aslinya dan menggantinya dengan gen rubah, mengubahnya menjadi senjata klan baru bagi ras rubah."
Ishara terdiam sejenak lalu melanjutkan, "Tapi gen Klan Rubah Pesona tergolong sangat unggul. Konon saat mereka menyalakan Lampu Gen dulu, Peringkat mereka cukup tinggi. Kekuatan cambuk tembaga ungu ini kemungkinan setara Tingkat Dewa. Kecuali kamu bisa menemukan petarung Tingkat Dewa yang mau mengorbankan tenaganya untuk membantumu, tak ada cara lain."
"Berarti aku sudah tamat?" Han Sen memasang wajah masam. Ke mana lagi dia harus mencari petarung Tingkat Dewa yang mau menolong? Fondasi utama, dia bahkan tak mengenal satu pun!
Sekalipun mengenal, tidak ada alasan semua orang harus membayar harga yang berat membantu menghapus gen ras rubah dalam cambuk tembaga ungu.
"Kamu seperti ini juga cukup baik." Siapa yang tahu Ishara ternyata mengatakan hal seperti ini, lalu melanjutkan terbang ke depan.
Han Sen butuh beberapa saat baru menyadari maknanya, di hatinya semakin frustasi.
Han Sen memasang kacamatanya, pertama-tama menutupi wajahnya dulu, sekaligus menggunakan kacamata untuk memeriksa kondisi gen Ishara.
Data di kaca kecil terus berubah, cukup lama baru memberikan informasi detail. Suku Rebeite tidak bisa disebut keluarga elit sejati, tapi potensi gen Ishara sudah mencapai delapan bintang.
"Potensi delapan bintang paling banter cuma bisa naik ke Transformasi Kupu-Kupu. Kalau tidak ada perubahan gen besar-besaran, hampir mustahil mencapai Tingkat Dewa. Sayangnya Sutra Saraf Darah dan Nyawa milikku masih Level Raja, kemampuan simulasi gen-nya kurang berguna untuk makhluk mitos. Kalau tidak, mungkin bisa membantu Ishara menyempurnakan gennya, menambah harapan naik ke Tingkat Dewa." Han Sen bergumam dalam hati.
Sebelumnya Han Sen mencoba tenaga Sutra Saraf Darah dan Nyawa pada burung merah kecil, hasilnya sama sekali tidak berpengaruh. Sutra Level Raja memang tak sanggup menggerakkan gir kehidupan utama Tingkat Mitos.
Sekalian menengok harimau putih itu, ternyata potensinya sama mengejutkannya dengan Buaya Dewa Kecil, sama-sama sembilan bintang yang mencengangkan.
Han Sen kembali meminta Ishara melihat pedang kecil hijau milik Ning Yue. Ishara pun tidak bisa mengenali apakah itu senjata klan atau bukan, namun jika dilihat dari gejalanya, kemungkinan besar memang senjata klan. Hanya saja tidak diketahui dari klan mana senjata tersebut berasal.
Paus Putih Besar hampir selesai diperbaiki. Han Sen mengajak Ishara naik bersama Paus Putih Besar. Ishara tidak menolak, dan rombongan pun melanjutkan perjalanan ke arah Istana Surgawi dengan mengendarai Paus Putih Besar.
Kini mereka telah memasuki Bidang Bintang Kacau yang lebih dalam. Hampir tidak terlihat lagi pejuang dari berbagai ras, yang sering muncul justru berbagai spesies asing kehampaan. Berkat bantuan Ishara, ditambah Han Sen dan burung merah kecil yang memiliki kekuatan dewa, mereka belum menghadapi bahaya yang terlalu besar.
Adapun harimau putih itu, selalu berbaring tidur di dalam kapal tanpa berniat membantu. Sama sekali tidak bisa dianggap sebagai kemampuan tempur.
Pada hari itu, Paus Putih Besar berlayar di langit berbintang seperti biasa, namun tiba-tiba melihat armada muncul di depan, membuat Han Sen dan rombongannya merinding.
"Chunyu!" Han Sen mengenali tanda di kapal-kapal perang itu, persis seperti yang dikendalikan Nyonya Jing.
Benar saja, setelah kapal-kapal itu mengepung Paus Putih Besar, terlihat sepasang pria-wanita terbang keluar dari kapal induk. Wanita itu adalah Nyonya Jing, sementara prianya adalah Paman Empat Meng Lie.
"Kami baru saja keluar dari perut laba-laba lubang hitam. Kenapa mereka bisa menemukan kami secepat ini?" Han Sen diam-diam terkejut.
"Han Sen, mau menyerahkan diri atau kami yang menangkapmu?" Meng Lie tersenyum bahagia.
Han Sen merenung diam-diam. Meski di pihak mereka ada tiga dewa berbasis ilahi, sayangnya semuanya masih berada di level terendah mitos.
Nyonya Jing juga termasuk dewa berbasis ilahi, tapi mengingat dia sudah lama mencapai level mitos, kemampuan misteriusnya pun sangat mengerikan dan sulit untuk dilawan.
Meng Lie kemungkinan sudah mencapai tingkatan metamorfosis. Dulu bahkan Lando yang sudah naik level ke mitos pun bukan lawannya, lebih sulit ditangani dibanding Nyonya Jing.
Tapi sekarang Han Sen tak punya pilihan lain. Langsung mengenakan Jubah Roh Merak Raja, memegang busur ular enam inti, bersama burung merah kecil terbang keluar dari Paus Putih Besar.
Ishara juga ikut terbang keluar, berdiri dengan tenang di sisi Han Sen.
Nyonya Jing menatap Ishara: "Sang Ratu Pisau Tajam, Suku Rebeite dan Klan Huangji selalu berbagi kejayaan dan kegagalan. Kamu tidak akan memecah belah hubungan kita hanya demi Han Sen, kan?"
Ishara berkata dengan datar: "Suku Rebeite telah resmi bersekutu dengan Istana Surgawi, aku juga bersedia menjaga hubungan persahabatan asli dengan Klan Huangji. Tapi kalau bangsawan tetap mempersulitku, aku pun tidak bisa tidak mempertahankan diri."
Alasan Ishara baru datang sekarang adalah karena sedang membereskan urusan Suku Rebeite. Dia tidak bisa menimbun seluruh suku hanya demi menyelamatkan satu Han Sen.
Kini Suku Rebeite telah bersekutu dengan Istana Surgawi dan mendapat perlindungan mereka. Klan Huangji pun sulit bergerak melawan mereka.
"Sang Ratu Pisau Tajam, pertimbangkan baik-baik. Layakkah berkhianat pada Klan Huangji demi seorang murid? Kau pasti tahu akhir tragis pengkhianat Huangji," Meng Lie mengerutkan kening.
"Jika aku bahkan tak bisa mempertahankan muridku sendiri, apa gunanya Suku Rebeite masih ada?" Ishara berkata selewat.
“Akan kulihat, keuntungan apa yang diberikan Istana Surgawi padamu, sampai berani berkhianat pada Klan Huangji kami.” Raut wajah Nyonya Jing mendadak dingin. Tangannya terangkat sambil langsung menyerang Ishara.
Wajah Ishara tetap tenang. Dua bilah Gigi Pedang - satu panjang satu pendek - dicabutnya dari pinggang, menghadang serangan Nyonya Jing.
Meng Lie menghela nafas pelan. Seluruh raganya berubah menjadi logam emas. Tangan kanannya menekan ubun-ubun singa tunggangannya, menyebarkan warna keemasan yang seketika mengubah sang singa menjadi patung emas.
Detik berikutnya, dengan gerakan mencabut, Meng Lie mengangkat patung singa emas itu. Benda itu berubah wujud menjadi pedang emas bergagang kepala singa yang berkilauan.
"Awalnya aku tak berniat mencabut nyawamu, tapi ternyata kau tetap keras kepala." Meng Lie memegang pisau emas singa, melangkah demi langkah mendekati Han Sen dengan tekanan dahsyat. Setiap langkahnya seolah membuat langit-bumi bergerak maju ratusan meter, membuat seluruh langit berbintang terasa menyusut di bawah kakinya.
Menyaksikan Meng Lie yang mendekat bagaikan dewa emas, burung merah kecil mengeluarkan suara phoenix. Seluruh tubuhnya terbakar Api Phoenix, berubah menjadi bunga api indah yang melayang di sisi Han Sen, menyemburkan lautan api mengerikan dari paruhnya.
