Para petarung kuat Istana Surgawi mengerutkan kening diam-diam. Meski di Jalan Surgawi tak dilarang menggunakan tenaga, tapi provokasi terhadap Sulur Suci ini bisa memancing kemarahan dan menimbulkan masalah.
Panglima Istana Surgawi semakin pusing: "Kenapa semua anggota Keluarga Han subuat onar? Apa tidak ada satu pun yang penurut di rumah mereka? Nanti Elder Kesepuluh pasti akan dibuat pusing."
Yun Changkong saat ini juga terlihat bingung. Sebelum hari ini, siapa sangka calon murid terakhir yang akan dia terima ternyata adalah orang seperti ini. Entah harus menangis atau tertawa.
Elder Keenam tertawa terpingkal-pingkal: "Haha... Han Yan ini... Sungguh menghibur... Elder Kesepuluh... Kau pasti akan sibuk nanti..."
Tiba-tiba, tawa Elder Keenam membeku. Senyum masih tersungging di wajahnya, tapi matanya membelalak menampakkan wajah berubah pucat.
Transisi perasaan yang terlalu cepat membuat senyum dan keterkejutan yang sama sekali berbeda muncul di wajah yang sama, membuat raut Elder Keenam terlihat sangat aneh.
Yun Changkong yang awalnya ingin berbicara dengan Elder Keenam lalu menoleh ke arahnya. Melihat ekspresi Elder Keenam, dia tertegun sejenak sebelum tersadar dan segera menoleh ke arah Sulur Suci.
Hanya melirik sekali, Yun Changkong juga membeku di tempat, matanya membelalak, menampakkan ekspresi ketidakpercayaan.
Bukan hanya mereka, seluruh Istana Surgawi saat ini diliputi senyap mencekam.
Tuan Istana Surgawi masih menggenggam teko kecil di tangannya, hendak menyruputnya, tapi kini membeku dengan wajah masam seolah melihat hantu.
Tampak di atas Sulur Suci, Han Yan meraih sebuah labu dengan kedua tangan. Di bagian yang menyambung labu dengan sulur itu, benih suci itu TELAH TERLEPAS! Labu itu benar-benar berhasil dipetiknya.
Para bangsawan Istana Surgawi terpana, tak percaya pada pemandangan di depan mata. Labu Suci bisa dipetik? Hal seperti ini bahkan tak pernah terlintas dalam mimpi sekalipun.
Dalam sejarah Istana Surgawi, memang pernah ada yang berniat memetik Labu Suci. Tapi itu bukan murid biasa, melainkan petarung level mitos.
Para petarung kuat tingkat mitos yang ingin memetik labu ajaib, tujuannya bukan seperti Han Yan yang hanya untuk mendapatkan sedikit napas dewa. Para dewa mitos itu ingin memetik sebuah labu ajaib untuk membuat harta mitos.
Memetik dengan paksa mustahil dilakukan. Bahkan Tuan Istana Surgawi yang menginginkan labu ajaib pun harus melakukan ritual khusus, menyerahkan harta-harta yang dibutuhkan Sulur Suci untuk tumbuh. Jika kondisi hati Sulur Suci sedang baik, mungkin dia akan setuju mengirimkan sebuah labu ajaib.
Hingga detik ini, Istana Surgawi memiliki total 17 harta yang dibuat dari labu ajaib, semuanya adalah senjata mitos. Di antaranya, harta labu ajaib dengan level tertinggi mencapai level Transformasi Kupu-Kupu yang mengerikan.
Tentu saja, ada banyak juga labu ajaib yang gagal dibuat menjadi harta, namun jumlahnya tidak tercatat dalam sejarah.
Dari sini bisa diketahui betapa mengerikannya eksistensi Sulur Suci itu sendiri. Bahkan para petarung mitos di Istana Surgawi pun tak berani bertindak semena-mena. Dalam sejarah Istana Surgawi, hanya dua orang yang pernah nekat memetik labu ajaib secara paksa.
Tapi sekarang Han Yan yang hanya seorang adipati kecil, tanpa persembahan ritual apa pun, ternyata bisa memetik labu ajaib dengan tangan kosong. Ini benar-benar tak bisa dipercaya, mereka semua terpaku memandangi Han Yan seperti orang bodoh.
Han Yan justru merasa senang saat ini, dalam hati berpikir: "Ternyata labu ajaib di sini benar-benar bisa dipetik! Karena di dalamnya ada napas dewa, aku akan membawa pulang dan mempelajarinya perlahan-lahan. Meski untuk sementara belum ada cara, tapi seiring waktu, saat tubuhku semakin tinggi, pasti akan ada cara untuk memecahkan labu dan mengambil napas dewa di dalamnya."
"Oh iya, konon seseorang hanya punya satu kesempatan menapak Jalan Surgawi. Aku harus membantu Kakak dan Bao'er memetik satu juga," pikir Han Yan sambil menyodokkan labu di tangannya ke dalam tas. Lalu matanya berkilat cepat, tertuju pada labu-labu kecil di sebelahnya.
Han Yan khawatir tak bisa membawa labu yang terlalu besar. Jadi dia berniat memetik beberapa yang kecil saja.
“Apa yang ingin dia lakukan?” Tuan Istana Surgawi melihat pandangan Han Yan, hatinya berdebar-debar merasakan sesuatu yang sangat tidak beres, hampir melonjak turun dari kursinya.
Benar saja, detik berikutnya terlihat Han Yan mengulurkan tangan lagi untuk memetik labu ajaib di sebelahnya, sambil memetik dia bergumam lirih: "Satu untuk Kakak... satu untuk Bao'er... satu untuk Meng'er... sisakan satu untuk putri kecilku Ling Er... oh iya masih ada bunga kecil..."
Labu ajaib yang sulit dilukai pedang dan bahkan petarung kuat pun sulit menjatuhkannya itu, ternyata bisa dicabut beberapa kali oleh Han Yan dari sulur duri, tak lama sudah tiga empat labu terpetik, membuat mata Tuan Istana Surgawi bersinar hijau.
Para Elder, sekretaris, dekan, hingga murid biasa Istana Surgawi lainnya membeku tak bisa bicara, hanya membeku memandangi Han Yan yang telah mengaktifkan tubuh super dewa itu terus memetik labu ajaib.
"Ini... ini... Bagaimana mungkin... Sulur Suci sama sekali tidak bereaksi... Membiarkan seorang adipati memetik Labu Ajaib..." Elder Keenam mengusap-usap matanya dengan kuat, hampir mengira dirinya sudah rabun dan mengalami halusinasi.
Yun Changkong baru saja sadar, hatinya dipenuhi sukacita yang sulit ditahan. Meski berusaha terlihat tenang, sudut bibirnya tak kuasa sedikit terangkat. Siapa pun bisa melihat dia sedang memaksakan diri menahan tawa.
"Shixiong Keenam, lihatlah muridku ini benar-benar bodoh. Menempuh Jalan Surgawi bahkan tak bisa mendapat satu aura suci pun, sampai harus memetik Labu Ajaib sendiri. Sungguh keterlaluan kebodohannya, benar-benar tak layak dididik... Haha..." Begitu berbicara, Yun Changkong sendiri akhirnya tak tahan lagi tertawa terbahak-bahak.
“Setiap labu ajaib adalah bakalan senjata mitos. Meski tidak bisa 100% berhasil ditempa menjadi senjata mitos, dan masih membutuhkan banyak bahan pendukung berharga lainnya. Tapi nilai satu labu ajaib hampir setara dengan gen ilahi varietas langka level dasar dengan volume yang sama.”
Menyaksikan Han Yan sudah memetik labu keempat dan memaksakannya ke dalam tas, Tuan Istana Surgawi tak lagi bisa duduk diam. Tubuhnya langsung tegak, suara yang khidmat menggema ke segala penjuru.
“Han Yan... Segera datang ke Istana Surgawi untuk ritual masuk... Jangan buang waktu lagi...” Suara Kosong itu bergema di dalam Istana Surgawi, langsung masuk ke telinga Han Yan tanpa terdengar sedikit pun oleh yang lain.
Han Yan yang cerdas langsung paham bahwa dirinya tak boleh melanjutkan panen. Dalam hati ia bergumam kecewa: “Belum sempat kudapatkan bagian milik Bunga Kecil.”
"Tapi Han Yan tidak merasa sesal, membawa empat Labu Suci dalam tasnya, bergegas keluar dari Jalan Surgawi menuju istana utama Istana Surgawi."
"Baru saja... bukan mata saya yang bermasalah kan... Han Yan sepertinya memetik empat Labu Suci..." Seorang murid seperti tersadar dari mimpi, wajah masam penuh kebingungan intelektual bertanya.
"Saya juga sepertinya melihatnya!"
"Ini pasti adik perempuan kandung Senior Han... saya hanya ingin tahu... apakah Senior Han membutuhkan calon ipar..."
"Wanita keluarga Han, sepertinya lebih mengerikan dari Senior Han! Putrinya waktu itu membuat Ribuan Labu Berguncang Serentak, kali ini adiknya langsung memetik Labu Suci."
"Keluarga ini... tidak ada satu pun yang seperti lampu hemat minyak..."
"Sangat aneh, mengapa Labu Suci begitu ramah pada keluarga Han? Ternyata membiarkan Han Yan memetik dengan selamat tanpa reaksi sedikit pun dari Sulur Suci?"
"Bego lu, kalau Sulur Suci nggak mau, mana mungkin seorang adipati bisa melepaskan Labu Suci itu?"
"Yang lain gue nggak tau, yang pasti Adik Seperguruan Han kali ini cuan gila, empat Labu Suci bisa jadi empat senjata mitos tuh!"
"Kak Ipar Han... tolong terima gue jadi menantumu..."
