"Kenapa waktu pergi dulu gue nggak kepikiran memetik beberapa labu ya?" Han Sen merasa menyesal, saat itu ternyata nggak kepikiran hal ini.
Satu labu pasti menyimpan lebih dari satu napas dewa, asal petik beberapa saja sudah sukses besar.
Sementara Han Sen masih menyesal, Han Yan sudah tiba di depan tangga batu Jalan Surgawi Istana Surgawi. Tulisan 'Istana Surgawi' berkilauan memancarkan tekanan mengerikan.
Jangankan adipati, petarung level Raja sekalipun yang melangkah di tangga batu ini pasti akan tertekan sampai nggak bisa menegakkan kepala melihat tulisan itu.
Banyak bangsawan Istana Surgawi sedang menanti-nanti bagaimana Han Yan akan menapaki Tangga Batu Jalan Surgawi. Performa Han Yan saat memetik labu ajaib tadi telah membuat seluruh Istana Surgawi terkejut, menambah harapan mereka terhadap penampilannya di Tangga Batu Jalan Surgawi.
"Memang adik kandung Guru Han, sungguh luar biasa."
"Jangan lupa, dulu Senior Han saat menapaki Tangga Batu Jalan Surgawi digendong masuk. Entah apakah adiknya akan sama seperti itu."
"Senior Han digendong masuk karena memahami nuansa tiga karakter 'Istana Surgawi', bukan karena ketidakmampuan."
"Menurut kalian, apakah Adik Seperguruan Han juga akan memahami nuansa tiga karakter 'Istana Surgawi' di Tangga Batu Jalan Surgawi ini?"
"Memetik labu ajaib saja seperti main-main, bahkan berhasil mengambil empat sekaligus. Menurutku memahami nuansa tak sesulit memetik labu ajaib."
"Benar juga. Dengan munculnya kakak-beradik Keluarga Han dari ras kristal, masa depan mereka benar-benar akan bersinar."
……
Saat orang-orang berdebat, Han Yan sudah mulai menapaki Tangga Batu Jalan Surgawi. Han Sen bersama Yun Suyi, Qian Yu, dan yang lain menunggu di luar tangga. Jika terjadi sesuatu pada Han Yan, mereka bisa langsung naik untuk menyelamatkannya.
Bukan takut Han Yan akan hancur oleh nuansa tiga karakter 'Istana Surgawi' yang menindih, melainkan Han Sen khawatir adiknya akan memahami nuansa itu seperti dirinya. Jika sampai tidak bisa naik, sebagai kakak, tentu dia harus membopongnya masuk ke Istana Surgawi. Tidak pantas jika orang lain yang melakukannya.
Soal bakat Han Yan, Han Sen sangat yakin. Han Sen selalu merasa di antara anggota keluarganya, dirinyalah yang paling kurang berbakat. Namun karena kegigihan dan obsesinya yang kuat, dia bisa melakukan hal-hal mustahil bagi orang lain. Bukan semata-mata karena bakat alami.
Tentu, hoki juga sebagian dari alasannya.
Setelah Han Yan menaiki tangga batu jalan surgawi, dia segera merasakan tekanan dari tiga karakter 'Istana Surgawi' yang memaksa kecepatan geraknya melambat dan terpaksa menundukkan kepala.
"Sekarang ini aku bukan hanya mewakili diriku sendiri, tapi juga mewakili Kakak. Bagaimana mungkin aku masuk ke Istana Surgawi dengan kepala tertunduk?" Dengan tekad membara, Han Yan mencoba melawan nuansa tiga karakter tersebut.
Namun nuansa tiga karakter itu mencapai tingkat mitos, mustahil dilawan oleh versinya sekarang. Semakin dipaksakan, tekanan justru semakin menghancurkan. Tulang lehernya hampir remuk.
Tubuh super dewa kembali diaktifkan. Kekuatan misterius memenuhi seluruh raganya, mengembalikannya ke status Deva Indra.
Han Sen hanya mengetahui gambaran umum tentang tubuh super dewa Deva Indra milik Han Yan, bahwa itu adalah tubuh super dewa dari garis sebab-akibat. Namun mengenai seberapa besar pengaruh kekuatan Deva Indra, kecuali Han Sen benar-benar bertarung dengan Han Yan, hanya dengan melihat tidak akan bisa diketahui.
Han Sen bisa melihat bahwa kemampuan Han Yan memetik labu ajaib tadi adalah berkat efek Deva Indra, namun hubungan pengaruh yang konkret tetap tidak terlihat.
Kini ketika Han Yan kembali menggunakan tubuh super dewa Deva Indra, Han Sen mengamati dengan sangat seksama, ingin mempelajari misteri di balik Deva Indra.
Tuan Istana Surgawi melihat Han Yan memaksakan diri melawan nuansa tiga karakter 'Istana Surgawi', tersenyum tipis dan berkata pada wanita di sebelahnya: "Masih muda juga ya!"
Wanita itu berkata dengan datar: "Siapa yang tidak pernah melewati masa muda? Sombong di masa muda bukanlah hal buruk, sebaliknya, terkadang justru gejolak semangat remaja seperti itulah yang dibutuhkan."
Tuan Istana Surgawi tersenyum tanpa berkata. Dari raut wajah wanita itu yang tampak biasa saja, orang yang benar-benar memahami dirinya bisa melihat dari sudut matanya yang samar - dia jelas mengagumi Han Yan.
Tiba-tiba, Han Yan yang tertekan oleh nuansa tiga karakter "Istana Surgawi" itu menegakkan lehernya. Posturnya berdiri tegak bagai tongkat, memandang lurus ke depan sambil melangkah mantap menuju gerbang Istana Surgawi.
Para petarung Istana Surgawi saling pandang bingung. Bagaimana mungkin nuansa tiga karakter suci itu tiba-tiba kehilangan kekuatannya?
"Tidak seharusnya begitu. Nuansa tiga karakter 'Istana Surgawi' seharusnya efektif untuk makhluk hidup pertama kali menapaki Tangga Batu Jalan Surgawi, baru akan tidak berlaku di kemudian hari. Han Yan jelas-jelas pertama kali melakukannya, kenapa tiba-tiba tidak valid?" Wajah Elder Keenam dipenuhi keraguan di pupilnya, tapi setelah berpikir ia merasa ada yang salah: "Tidak, awalnya efektif, kemudian tiba-tiba tidak berlaku. Han Yan ini sebenarnya berlatih teknik gen apa? Kok bisa memberikan hasil spektakuler seperti ini?"
"Enam Senior, janganlah terus menebak. Sosok seperti Han Sen, sungguh hal yang membuat heran jika adik perempuan kandungnya biasa-biasa saja." Yun Changkong kali ini tidak memamerkan dan merendahkan Elder Keenam lagi, meski dalam hatinya ia sangat bersukacita.
Awalnya menerima Han Yan hanya karena mempertimbangkan hubungan Han Sen dan Yun Suyi, tak disangka performa Han Yan begitu memukau. Yun Changkong merasa dirinya benar-benar menghasilkan keuntungan tak terduga di momen ini.
Han Yan dengan tenang melangkah naik tangga batu langkah demi langkah. Orang-orang Istana Surgawi kembali merasakan sesuatu yang tidak beres. Mereka segera menyadari bahwa nuansa tiga karakter "Istana Surgawi" tidaklah gagal, bahkan semakin bertambah kuat.
Pasalnya, ketiga karakter tersebut kini memancarkan kilatan cahaya. Bila diamati lebih saksama, cahaya itu bukanlah fenomena fisik melainkan gelombang yang tercipta dari intensitas nuansa yang ekstrim. Mata telanjang ternyata bisa menyaksikan fenomena ini bagaikan pancaran energi magis.
Semakin Han Yan mendaki, nuansa tiga karakter itu kian menguat. Nuansa sekuat ini biasanya hanya terpicu saat petarung kuat yang termitosis menapaki Tangga Surgawi. Namun kini Han Yan yang hanya berlevel Adipati malah mampu mengaktifkan nuansa Istana Surgawi hingga tingkat demikian, benar-benar di luar dugaan.
Yang lebih mengerikan, nuansa sekuat itu sama sekali tidak mempan terhadap Han Yan.
Dalam nuansa yang jatuh bagaikan cahaya bulan dan mata air jernih, Han Yan yang mengenakan jubah putih perlahan menapaki tangga batu. Seperti dewi yang memancarkan aura di bawah sinar bulan, helai rambut hitamnya bergerak lembut diterangi bulan, membuat banyak murid muda Istana Surgawi terpana melotot.
"Aku jatuh cinta..." Seorang murid pria menutupi dadanya dengan kedua tangan, wajahnya dipenuhi obsesi saat menatap Han Yan, matanya hampir memancarkan bintang-bintang.
"Inilah dewi sesungguhnya!" Banyak murid pria muda itu bermata berbinar, bagaikan kawanan serigala kelaparan.
Saat itu Han Yan telah mencapai bagian bawah plakat bertulis "Istana Surgawi" setelah menyelesaikan seluruh Tangga Batu Jalan Surgawi. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, nuansa pada plakat tiga karakter itu seharusnya mulai menyusut otomatis.
Tapi kali ini, nuansa tiga karakter "Istana Surgawi" bukannya mereda, malah menyembur deras bagaikan letusan gunung berapi.
