"Di level yang sama, Akulah raja." Ling Long memandang Han Sen yang masih berdiri di sana tanpa melanjutkan serangan, mengingat ucapan itu sebelumnya, wajahnya dipenuhi ekspresi rumit.
"Guru Han... benar-benar... terlalu kuat..."
"Apapun klan Tai Shang, di hadapan Pastur Han seperti aku ini hanya payah-payah belaka."
"Mengerikan sekali, kedua kakak adik keluarga Han ini benar-benar berlevel monster."
"Ini benar-benar kejam, bahkan murid Tai Shang pun ternyata dihancurkan."
"Pukulan-pukulan ini sangat memuaskan! Udah dari dulu tidak senang dengan Tai Shang, berani-beraninya ingin menjadikan Senior Guzhu dan Senior Han sebagai budak. Atas dasar apa dia berhak?"
Istana Surgawi riuh rendah. Selama ini Istana Surgawi dan ras langit selalu kalah setengah kepala dari Tai Shang. Kini Han Sen menghancurkan Ling Long, membuat mereka semua sangat puas, bahkan ingin maju bertarung sendiri seperti Sen yang berhasil mengalahkan murid Tai Shang.
"Sekarang bisakah kita mengakhiri pertarungan ini?" tanya Han Sen sambil memandangi Ling Long yang duduk di depan batas gaib dengan tatapan kosong.
Ling Long seakan terbangun dari mimpi, tapi matanya tetap mengawasi ketat Han Sen. Hanya sorot matanya yang perlahan menjadi semakin tegas.
“Tidak, belum berakhir. Alam semesta masih berada di pihakku. Aku takkan kalah, apalagi kalah darimu.” Ling Long berdiri perlahan, rambut panjangnya bergerak sendiri tanpa angin. Pupil Tai Chi ganda di matanya berputar cepat, memancarkan cahaya hitam-putih yang semakin intens. Aura mengerikan menyelimuti seluruh tubuhnya, membentuk dua aliran energi yang terlihat jelas. Kedua aliran ini berputar dan saling melilit, mulai membentuk struktur mirip rantai keteraturan.
"Dia sedang menyatukan sembilan lapisan bidangnya, naik ke tahap hampir mitos!" Teriak para penonton yang menyadari perubahan pada Ling Long.
Bzzzt!
Saat orang-orang masih terpana, dua aliran energi hitam-putih di tubuh Ling Long tiba-tiba meledak. Seluruh tubuhnya terbungkus rompi anti peluru genetik hitam legam, dengan helm wajah yang hanya menyisakan bagian mata. Mata Tai Shang-nya kini bercahaya putih menyala-nyala, seperti reaktor nuklir mini yang terus memancarkan gelombang energi mengerikan.
Dalam sekejap ini, aura Ling Long terdorong ke ketinggian yang terlalu terang untuk dibayangkan, seluruh dirinya bagai ratu monster mengerikan, mengawasi Han Sen dengan dingin menggunakan mata ketiganya.
Ling Long mengawasi Han Sen, perlahan mengangkat satu tangannya dan menggenggam udara ke arah Han Sen. Meski tidak ada tenaga yang keluar dari tubuhnya, seluruh ruang tiba-tiba bergerak. Seolah-olah ruang di antara mereka memberi jalan, membuat tubuh Han Sen langsung berada di depan telapak tangan Ling Long yang langsung menggenggam lehernya.
"Tidak ada yang bisa mengalahkanku di alam semestaku." Ling Long menggenggam leher Han Sen dengan satu tangan, berkata perlahan sambil menatapnya melalui mata ketiga yang memancarkan kobaran api putih terang.
Setelah berkata demikian, telapak tangan Ling Long yang menggenggam leher Han Sen dipenuhi tenaga hitam-putih yang mengerikan. Seolah seluruh kekuatan alam semesta terkumpul di telapak tangannya. Seolah dengan sedikit tekanan, leher Han Sen akan hancur berkeping-keping.
"Sekarang kamu masih punya kesempatan untuk menyerah." Ling Long mengawasi Han Sen dengan tatapan dingin tanpa secercah emosi. Suaranya datar bagai mesin, "Cukup satu kata penolakan, dan raga-mu akan kuhancurkan hingga tak bersisa di detik berikutnya."
"Aku lebih menyukai senyumanmu yang dulu. Ekspresi seperti ini tidak cocok untukmu." Han Sen menatap Ling Long sambil berkata.
"Kutanya sekali lagi - kau menyerah atau tidak?!" Terdengar bentakan keras Ling Long. Dua aura hitam-putih di sekujur tubuhnya menyala beramuk, bagai dua iblis lapar yang siap melahap tubuh Han Sen hingga tak tersisa serpihan tulang pun.
“Tidak ada yang bisa memaksa saya melakukan hal yang tidak saya sukai.” Han Sen berkata dengan datar.
Ling Long mengawasi Han Sen tanpa bicara, hanya sorot matanya yang semakin dingin. Energi hitam-putih di telapak tangannya juga semakin kejam, seolah setiap saat bisa mengamuk.
Murid-murid Istana Surgawi khawatir memandang Han Sen. Yun Suyi sudah meremas-remas bajunya sampai sobek, telapak tangan berkeringat.
“Haruskah kita…” wanita itu menoleh ke Panglima Istana.
Panglima Istana menggelengkan kepala halus: “Tunggu sebentar lagi.”
Memandang Ling Long yang hampir mengamuk, Han Sen justru merasa kasihan padanya.
Demi latihan, dia ternyata meninggalkan emosi manusiawinya untuk menyatu ke alam semesta. Di satu sisi disebut harmoni kosmis, di sisi lain sebenarnya telah menjadi sekadar buah catur semesta, kehilangan ciri khas sebagai makhluk berakal.
Di dalam Istana Surgawi, Han Sen juga pernah menyaksikan tingkat penyatuan manusia dengan alam semesta. Hanya saja berbeda dengan Tai Shang, penyatuan manusia-alam semesta ras langit lebih menekankan hubungan emosional, bukan sekadar mengasimilasikan diri dengan alam semesta seperti yang dilakukan Tai Shang.
"Jika suatu hari nanti Tai Shang benar-benar mencapai level 100% integrasi dengan alam semesta, apakah mereka masih pantas disebut makhluk independen?" Dalam hati Han Sen menggeleng, tak tahu bagaimana pemikiran orang lain. Tapi baginya, itu bukanlah tingkat pencapaian yang dikejarnya, juga bukan jalan yang bisa diterimanya.
Melihat energi hitam-putih di tubuh Ling Long yang semakin amuk, Han Sen mengulurkan tangan dan menekannya di atas telapak tangan gadis itu.
Di tengah amukan energi dualitas yang ganas, telapak tangan Han Sen ternyata berhasil membengkokkan jari-jari Ling Long dengan gemilang, membuatnya kehilangan kendali atas leher Han Sen.
Cahaya putih menyala-nyala di pupil Ling Long tiba-tiba meledak, energi hitam-putih menyembur seperti letusan gunung berapi, telapak tangan satunya mengkristal menjadi tinju yang menghantam tubuh Han Sen.
Energi hitam-putih di tinju itu mulai menampakkan bentuk awal rantai keteraturan. Kekuatan pukulan ini membuat banyak petarung kuat Istana Surgawi berubah ekspresi, jantung Yun Suyi berdebar kencang hingga hampir melonjak keluar.
Dengan jarak sedekat ini dan tenaga pukulan yang mengerikan, jika Han Sen terkena serangan ini, tubuhnya mungkin akan hancur berkeping-keping.
Tapi di detik berikutnya, semua orang menyaksikan tangan satunya Han Sen justru menggenggam tinju Ling Long. Kedua telapak tangan perempuan itu kini terkendali olehnya.
Energi hitam-putih mengerikan itu tak henti menghantam dan mengiris telapak tangan Han Sen, membuat luka-luka pada zirah mantra di tangannya. Darah yang merembes sudah terlihat jelas dari luka tersebut.
Dua energi hitam-putih yang mengerikan bagaikan badai menggulung seluruh arena latihan perang. Han Sen yang berada di pusat badai itu, seluruh baju zirahnya menerima guncangan kekuatan dahsyat. Luka-luka baru terus bermunculan di tubuhnya.
"Bukankah sudah Kuberitahu? Di level yang sama, Akulah raja. Yang bisa menaklukkan raja hanyalah senyuman dan kecantikan, bukan tenaga." Ucap Han Sen sambil mengerahkan tenaga di kedua tangannya. Dengan gemilang ia melempar tubuh Ling Long yang diganggu oleh dua energi hitam-putih ke udara.
Tubuh Han Sen pun melesat mengikuti. Kedua tinjunya menggelegar bagai hujan badai yang menghujam tanpa henti.
Di bawah pukulan tinju Han Sen, dua energi hitam-putih beterbangan tercerai-berai. Tinju-tinju itu terus menerus menghujam baju zirah hitam Ling Long tanpa jeda.
Dor! Dor!
Dentuman tinju dan baju zirah menyatu menjadi satu garis kontinu, tak lagi bisa dibedakan intervalnya.
