Han Sen akhirnya setuju menggunakan Kijil Kayu sebagai syarat pertukaran, membantu Yu Kun membunuh varietas langka mitos itu.
Kijil Kayu telah berada di tubuh Yu Kun selama lebih dari seratus tahun. Ia tak kunjung memahami misteri samarnya. Kini ia sudah kehilangan harapan untuk mengkontemplasinya, sehingga mengeluarkan Kijil Kayu sebagai harga untuk bantuan Han Sen membunuh varietas langka mitos.
Jika berhasil, ia bisa menggunakan gen varietas langka mitos itu untuk mencapai level Mitos. Menyimpan Kijil Kayu pun tak lagi berarti besar.
Jika bicara tentang mewariskan pada keturunan, sayangnya anak satu-satunya sudah tewas dalam peristiwa 'itu' dulu, jadi tak ada penerus yang bisa menerima warisannya.
"Memang benar orang yang malang." Han Sen memainkan Rinoceros Kayu Spiritual di tangannya. Yukun dengan lega memberikan artefak itu duluan, menyatakan apapun hasilnya benda ini sudah menjadi milik Han Sen.
Sifat Han Sen agak kikuk. Jika orang lain berusaha mati-matian mengakalinya, seberat apapun situasinya, dia tak akan membiarkan mereka berhasil.
Tapi menghadapi Yukun yang langsung memberikan keuntungan duluan, Han Sen justru tak bisa mengabaikan kewajiban untuk mengerahkan segala upaya membantunya.
Pahatan Rinoceros Kayu Spiritual sangat indah, teksturnya lembap menyerupai giok. Meski material kayu, bobotnya bahkan melebihi emas.
Anehnya, Han Sen sama sekali tidak merasakan aura kuat dari benda ini. Seperti kayu biasa, tak terlihat seperti material kayu spiritual level Transformasi Kupu-Kupu.
Han Sen tidak menganggap Yu Kun memberinya barang palsu, karena barang ini bahkan dengan tenaga maksimalnya pun tidak mampu melukainya sama sekali. Teksturnya jelas luar biasa, hanya entah mengapa tidak memiliki aura kuat yang seharusnya dimiliki.
"Mungkinkah alasan mengapa Patung Kayu Unicorn tidak memiliki aura kuat adalah karena rahasia yang ditinggalkan senior dari Istana Surgawi di dalamnya? Jika bisa memecahkan rahasia itu, akankah tenaganya bisa dilepaskan dan diambil alih?" Berjuta-juta pikiran melintas di benak Han Sen sementara matanya terus mengamati patung itu dengan seksama.
Patung unicorn kayu itu terlihat sangat hidup, namun tidak ada tulisan atau pola unik di permukaannya, juga tidak meninggalkan nuansa artistik. Han Sen meraba permukaannya beberapa kali, menggunakan bidang Dongxuan dan Lensa Mata Kupu-Kupu Ungu untuk memindai berulang kali, tapi tetap tidak menemukan mekanisme perangkap apapun.
Dari segala sudut, ini hanyalah patung badak kayu biasa yang dibuat dengan teknik sederhana. Selain materialnya yang istimewa, tidak terlihat keunikan lain di bagian manapun.
“Ayah, apa yang kamu bawa?” Han Sen sedang mempelajari Mulingxi, tapi tanpa disadari Bao'er sudah merangkak ke punggungnya. Kepala kecilnya menjulur dari bahu Han Sen, mata besarnya mengawasi ketat Mulingxi di tangan Han Sen sambil bertanya.
“Ada rahasia dalam patung kayu ini, tapi aku tidak bisa menemukan di mana letaknya,” kata Han Sen.
“Biar Bao'er yang lihat.” Bao'er melompat ke pelukan Han Sen, mengambil Mulingxi dari tangannya. Sepasang tangan kecil putih lembutnya memijat-mijat patung itu sambil menggeleng-gelengkannya dua kali.
Tiba-tiba, Han Sen menyaksikan dua sorot cahaya kuning muda bagai sinar bulan memancar dari mata patung itu. Cahaya tersebut terpantul di dinding, langsung menampakkan serangkaian tulisan.
“Bao'er, bagaimana kamu melakukannya?” Han Sen takjub dan girang. Meski mengawasi dari samping, ia tetap tidak paham mengapa mata Mulingxi tiba-tiba bisa memancarkan sinar.
Bao'er hanya menggeleng-gelengkan Mulingxi beberapa kali saja. Bagian yang dia sentuh sebelumnya, Han Sen sudah mencoba berkali-kali tapi sama sekali tidak ada reaksi.
"Sederhana saja, tepuk-tepuk kepalanya." Bao'er sambil berbicara kembali menepuk kepala Mulingxi dua kali. Kilatan cahaya di mata patung itu pun segera menghilang.
"Aku coba." Han Sen mengulurkan tangan dan menepuk kepala badak kayu itu dua kali. Hasilnya? Tidak ada respons sama sekali.
Bao'er mengulurkan tangan kecilnya dan menepuk lagi dua kali. Seketika sorot cahaya kembali muncul dari mata badak, membuat Han Sen sedikit frustasi.
Malas mempelajari cara Bao'er melakukannya, Han Sen lebih dulu mencatat semua tulisan dalam sinar dari Mulingxi tersebut. Ternyata itu adalah teknik gen bernama "Keselarasan Batin".
Teknik gen itu memang berhasil dicatat Han Sen, tapi energi kuat yang disebut-sebut Yu Jing sama sekali tidak ditemukan.
“Mungkinkah teknik gen ini harus dikuasai dulu baru bisa memperoleh energi dari Mutan Kayu?” Han Sen membuat hipotesis diam-diam, lalu mulai mempelajari teknik gen《Keselarasan Batin》ini.
Dengan nama yang bernuansa romantis seperti ini, Han Sen semula menduga ini mungkin teknik gen yang lincah, mungkin terkait kemampuan indra seperti telepati.
Tapi dengan cepat Han Sen menyadari kesalahannya. Teknik gen ini sama sekali tidak lincah, malah seharusnya disebut kejam. Ini ternyata teknik gen yang mengkristalkan tenaga pada satu titik, lalu meledakkan seluruh tenaga tubuh sekaligus.
Seperti serangan badak yang memusatkan seluruh tenaga di ujung tanduknya, bisa dikatakan tak terbendung dan tak terkalahkan.
Tapi efek sampingnya juga sangat berat. Setelah satu serangan, tubuh langsung lemas tak bertenaga, tenaga terkuras habis, sama sekali tak bisa melanjutkan pertarungan.
“Teknik gen yang sangat berbahaya ini!” decak kagum Han Sen dalam hati.
Teknik gen ini meski tidak memiliki daya penghancuran kuat seperti Gen Penghancur Langit, namun terkonsentrasi bagai jarum baja. Satu serangan mampu menembus segalanya. Walau sama-sama teknik gen penghancur, namun terdapat perbedaan ekstrem.
Keuntungan Keselarasan Batin adalah bisa digunakan kapan saja tanpa khawatir melukai diri sendiri. Berbeda dengan Gen Penghancur Langit yang harus digunakan dari jarak jauh, kalau tidak malah bisa menghancurkan diri sendiri bersama musuh.
"Teknik gen ini bisa dijadikan senjata rahasia. Saat benar-benar terdesak dan harus bertarung mati-matian, teknik seperti inilah yang dibutuhkan untuk serangan bunuh diri." Setelah mempelajari, Han Sen mencoba berlatih. Masuk ke babak awal tidak sulit, tapi untuk benar-benar menguasainya masih membutuhkan waktu tertentu.
Setelah memberikan banyak camilan sebagai hadiah, kali ini Bao'er tidak bersukacita seperti sebelumnya. Dia sama sekali tidak melihat tumpukan camilan itu, sambil berkedip-kedip dengan mata lebarnya berkata: "Ayah, Bao'er juga ingin pergi ke Tai Shang."
"Di sana terlalu berbahaya, bukan tempat untuk anak-anak. Kamu tetap di sini bermain dengan Xiao Gu. Bukankah kamu sangat suka makhluk mimpi? Kamu juga bisa mencari dia untuk bermain." Han Sen jelas tidak mungkin membawa Bao'er ke Tai Shang. Bagaimana jika kasusnya sebagai mata-mata terbongkar? Sulit dipastikan apakah dia bisa kabur. Jika tertangkap, bukankah Bao'er akan ikut bernasib sial?
"Ayah, kalau tidak membawaku, aku akan kembali mencari Ibu." Bao'er berkedip-kedip sambil berkata.
"Hm, pulang ke Ibu juga bagus. Sekalian lanjutkan TK beberapa hari lagi. Bukankah kamu sangat menyukai guru di TK itu? Namanya siapa ya? Oh benar, Lü Zimei bukan?" Han Sen mengangguk.
Bao'er mencibirkan bibir: "Aku pulang bukan untuk sekolah, tapi untuk mengadukan rahasia ke Ibu."
"Mengadukan rahasia apa?" Han Sen penuh minat memandangi Bao'er, dia tidak ingat ada jejak apa yang tertinggal di tangan Bao'er.
Bao'er mengulurkan tangan kecilnya, menghitung satu per satu jarinya sambil berkata: "Kakak Suyi... Kakak Ishara... dan Kakak Ling Long itu..."
Bao'er segera menyadari, satu tangan kecilnya sudah tak cukup menghitung, hendak menggunakan tangan kecil lainnya untuk melanjutkan, Han Sen tersenyum menyelanya: "Aku tak punya hubungan apa-apa dengan mereka, kamu ingin mengancamku? Tak mungkin."
"Kehilangan senyum, memiliki seluruh alam semesta pun tak berarti. Hanya senyummu yang abadi... Harapanku saat bertemu lagi, masih bisa melihatmu dengan senyuman..." Bao'er menirukan nada Han Sen, lalu berkedip-kedip dengan wajah polos: "Kalimat seperti ini, Bao'er hafal banyak lho. Pulang nanti akan kubacakan satu per satu untuk ibu. Pasti ibu sangat senang dan terharu, ya?"
Sambil berkata, Bao'er mengeluarkan sebuah buku catatan kecil. Saat dibuka, terlihat tulisan kekanak-kanakan yang berantakan di dalamnya, jelas merupakan hasil tangan Bao'er sendiri. Isinya adalah berbagai ucapan yang pernah diucapkan Han Sen.
Han Sen langsung berkeringat dingin. Meski perkataan itu tidak masalah saat diucapkan dulu, tapi sekarang dikutip di luar konteks, tiba-tiba terasa agak aneh.
"Ahem, Bao'er, ayah dan anak yang bersatu hati akan mengalahkan segalanya. Menurutku kita harus bergaul dengan baik, tidak boleh ada konflik internal kan?" Mata Han Sen menyala-nyala mengincar buku catatan di tangan Bao'er.
Tapi Bao'er langsung menyimpan buku itu sambil tersenyum manis: "Betul, jadi sekarang Bao'er boleh ikut Ayah ke klan Tai Shang kan?"
