"Asal kamu tahu saja! Mulai sekarang, jangan berpikir macam-macam lagi!" Ling Long berusaha tampil kalem meski telinganya masih kemerahan.
Ulat dari ras lain mungkin tidak tahu bahwa mereka sedang diintip oleh Tai Shang, tapi tidak aneh jika orang Istana Surgawi mengetahuinya. Bagaimanapun, ras langit pernah menjadi satu keluarga dengan Tai Shang, dan Tai Shang tidak berharap bisa menyembunyikannya dari Istana Surgawi. Jadi ketika Han Sen mengetahui hal ini, Ling Long tidak merasa heran.
"Ayo pergi. Aku akan membantumu berlatih di Tianwai. Soal berapa banyak sumber daya yang bisa kau rebut dalam empat tahun ini, itu tergantung kemampuanmu sendiri." Ling Long berbalik dan melangkah keluar istana.
"Sudah selesai?" Han Sen memandang curiga.
"Masih mau apa lagi?" Ling Long balik bertanya.
"Tidak perlu menemui petinggi klan, atau mendaftar semacamnya?" Han Sen bingung. Dari awal sampai akhir, satu-satunya anggota Tai Shang yang dia temui hanyalah si senior seperguruan yang kikuk itu.
Dan jelas bahwa senior seperguruan itu bukan petinggi Tai Shang, statusnya mungkin bahkan belum menyamai Ling Long.
Ling Long berkata dengan datar: "Tidak perlu. Sejak memasuki Tianwai, setiap gerak-gerikmu diketahui sang kepala suku. Karena tidak ada yang menghalangi, berarti kamu lolos penilaian. Bisa tinggal di Tianwai sebagai ulatku untuk berlatih."
"Cara kerja Klan Tai Shang... benar-benar berbeda..." Han Sen sulit membayangkan ras nomor satu di alam semesta bertindak begitu ceroboh.
Tapi kalau dipikir-pikir, wajar juga. Meski Tai Shang terhormat sebagai klan terkuat, jumlah anggotanya sangat sedikit. Mereka juga enggan kawin campur dengan ras lain. Ditambah setelah mempelajari Kitab Indra Tai Shang, perhatian mereka terhadap urusan duniawi semakin berkurang. Situasi seperti ini memang tak aneh.
Keluar dari aula, terlihat Bao'er sedang bercanda riang dengan senior seperguruan Li Yu Zhen. Hubungan mereka terlihat sangat harmonis, cukup mengejutkan.
Li Yu Zhen hendak mengantar Ling Long, tapi ditolaknya. Ia pun tidak bersikeras dan segera pergi.
Ling Long baru kemudian membawa Han Sen dan Bao'er dengan kapal kecil menuju timur, perlahan menjauhi sekumpulan istana megah yang bagaikan tempat tinggal para dewa.
"Bao'er, tadi di luar ngobrol apa dengan Li Yuzhen?" Han Sen tidak percaya bocah itu punya niat baik mengobrol dengan Li Yuzhen.
"Nggak ada-ada. Dia baik kok, kasih banyak mainan seru." Bao'er berkedip-kedip sambil berkata.
"Ngapain dia kasih itu semua?" Han Sen bertanya lagi.
"Katanya kalau aku mau kasih tahu semua urusan Kakak Ling Long, nanti dikasih lebih banyak lagi mainan." Ekspresi polos menghias wajah Bao'er.
Setelah berpikir sebentar, Han Sen mulai menyusun hipotesis: "Mengingat Li Yuzhen dari garis keturunan penerus keturunan, jangan-jangan dia ingin..."
Baru sampai di situ, ekspresi Ling Long langsung berubah. Matanya membelalak tajam: "Jangan mengarang! Dia takkan punya kesempatan."
Han Sen mengangkat bahu, dia tahu dirinya telah menebak dengan tepat.
Kapal kecil itu terbang puluhan ribu li sebelum akhirnya berhenti di depan sebuah gunung kecil. Di puncak gunung itu ternyata berdiri sebuah menara kayu dan pekarangan yang terlihat sederhana namun bersih, pastilah itu tempat tinggal Ling Long.
Han Sen ditempatkan oleh Ling Long di dalam menara kayu, sementara dirinya sendiri pergi.
Memandang Ling Long yang semakin menjauh hingga akhirnya menghilang dari penglihatannya, barulah Han Sen mengeluarkan sebuah benda dari pelukannya - boneka giok sebesar telapak tangan yang diberikan oleh Tuan Istana Surgawi.
"Tuan Istana Surgawi berkata begitu jarak tertentu tercapai, indra Ling Long terhadapku akan melemah bahkan hilang. Jarak sekarang seharusnya hampir mencapai batas yang disebutkannya. Apakah tujuh indranya sudah tak bisa merasakan keberadaanku?" Pikiran Han Sen bergejolak, tetap mempertahankan pikiran kosong sambil menggenggam erat boneka giok itu di tangan kirinya.
Segera Han Sen melihat patung giok kecil itu berbinar-binar di telapak tangannya, namun cahaya itu ternyata bukan berasal dari patung giok melainkan dari telapak tangan Han Sen sendiri.
Pola segitiga yang sebelumnya tercetak di telapak tangannya, kini perlahan muncul kembali dan mulai berpindah ke tubuh patung giok kecil itu.
"Tak kusangka Tuan Istana Surgawi kali ini cukup tepercaya, metode ini benar-benar bekerja!" Hati Han Sen langsung berbunga-bunga saat melihat pola segitiga itu telah sepenuhnya berpindah ke patung giok.
Han Sen sendiri tak tahu asal-usul patung giok kecil pemberian Tuan Istana Surgawi ini. Sang Tuan hanya mengajarkan cara penggunaannya, tanpa menjelaskan latar belakang benda tersebut.
Namun patung giok ini memang ajaib. Benda ini berfungsi seperti alat perekam, hanya saja yang direkam bukan suara melainkan tujuh indra Han Sen.
Setelah memindahkan cap segitiga ke patung giok, Ling Long yang merasakan hanyalah rekaman tujuh indra Han Sen yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk periode waktu tertentu.
"Artinya, mulai sekarang semua yang diintip Ling Long adalah hal-hal yang Han Sen ingin dia ketahui."
"Sebelumnya Han Sen telah merekam banyak konten di dalamnya, sebagian besar berisi indra ketujuhnya saat latihan. Selama Ling Long tidak melihatnya, dia akan mengira Han Sen sedang berlatih."
"Mari kita coba lihat efeknya." Han Sen memegang Giok Yong, mulai merekam indra ketujuhnya.
Meski terus-menerus mengendalikan pikiran sendiri sangat sulit, namun mengontrolnya sebentar bagi Han Sen bukanlah hal yang mustahil. Setelah berpikir, sambil merekam dia berkata dalam hati: "Sister Linglong yang cantik dan menggemaskan, juga begitu baik hati, sungguh wanita terbaik yang pernah kulihat seumur hidup. Meski tak bisa menjadi temannya, tapi bisa terus melindunginya seperti ini sudah lebih dari cukup..."
Setelah selesai merekam, Han Sen memeriksa ulang. Setelah memastikan semua konten menunjukkan sisi yang menguntungkannya, barulah dia puas menyimpannya.
Di kemudian hari, selama Ling Long mengintip ketujuh indranya, yang bisa dilihat hanyalah konten rekaman yang telah dia persiapkan sebelumnya. Han Sen bisa memilih bagian mana saja yang ingin diperlihatkan kepada Ling Long.
Tentu saja, saat bertatap muka langsung, Han Sen juga bisa menyinkronkan diri dengan patung giok kecil secara real-time, seharusnya tidak menimbulkan kecurigaan Ling Long.
Saat ini metode Tuan Istana Surgawi sepertinya berhasil, tapi Han Sen masih tak bisa memastikan. Bagaimana jika Ling Long mengetahui tipuannya, dia terpaksa menggunakan rencana cadangan kedua.
Saat menunggu kedatangan Ling Long untuk memverifikasi hasil, tiba-tiba sesuatu terbang masuk melalui jendela.
Hati Han Sen berdebar kencang, mengira makhluk aneh yang masuk sembarangan. Bukannya lewat pintu yang baik-baik saja, malah nekat masuk lewat jendela.
Tapi setelah diamati lebih seksama, serangga yang mirip kumbang tanduk tunggal itu ternyata adalah Sentuhan Tuhan yang pernah dia lihat di Paviliun Ban Sheng Yuan sebelumnya.
“Bagaimana dia bisa sampai di sini?” Han Sen menghela nafas lega. Dia tahu Sentuhan Tuhan tidak memiliki daya penghancuran, jadi tidak perlu takut.
Makhluk itu melayang di hadapan Han Sen. Han Sen mengulurkan telapak tangan untuk menangkapnya, dan makhluk itu tidak menghindar, langsung terjebak dalam genggamannya.
"Creek! Creek!" Sentuhan Tuhan itu tiarap di telapak tangan Han Sen, mengepakkan sayapnya sambil mengeluarkan suara aneh seolah sedang berbicara padanya.
