Han Sen menengok ke langit, lalu memandang Ling Long. Tiba-tiba tangannya bergerak cepat seperti pedang, menghantam bagian belakang kepala Ling Long hingga langsung pingsan.
"Kalau di waktu biasa mungkin tidak semudah ini, tapi sekarang Ling Long memang sudah terkuras habis, semua fungsi raga turun drastis, ditambah sama sekali tidak menyangka Han Sen bisa bertindak terhadapnya, sehingga langsung dipukul hingga pingsan."
"Mohon maaf, ada hal yang menentukan nasib seluruh ras. Bagaimanapun juga tidak boleh sampai diketahui orang luar." Han Sen menggendong Ling Long yang dipukulnya sambil menatap langit yang semakin suram bagai malam. Sorot matanya berubah menjadi warna putih menyala-nyala, dalam sekejap seluruh raganya berubah menjadi cahaya, bertransformasi menjadi status tubuh Super God.
Meski hanya transformasi sekejap mata, tapi kekuatan aneh yang melilit tubuh Han Sen justru bubar saat berubah menjadi Super God, lenyap sepenuhnya.
Hanya dalam sekejap mata, kekuatan putih menyala-nyala di tubuhnya mulai surut, mengembalikan Han Sen ke wujud daging aslinya.
“Akhirnya berhasil dihilangkan.” Tenaga yang mengganggu tubuhnya telah menghilang, Han Sen perlahan menghela nafas lega. Namun tenaga Bao Lian yang bertahan di tubuhnya telah dihilangkan, badai Tuhan yang mengerikan itu tidak juga mundur dan masih terus turun ke dunia.
Boom!
Di langit hitam pekat, seberkas petir menghujam ke bawah, menerangi seluruh langit sepenuhnya.
Dengan jatuhnya petir itu, seolah hujan petir turun di seluruh langit, genangan besar petir tercurah ke bawah, mengubah seluruh langit-bumi menjadi lautan petir.
Wajah Han Sen dipenuhi penderitaan, entah karena badai Tuhan tak relevan dengan tenaga Bao Lian, atau karena badai itu sudah terbentuk dan tidak akan mundur lagi. Yang pasti, kini dia terjebak dalam badai Tuhan dan tak punya kesempatan untuk kabur.
Badai petir itu terlihat mengerikan. Meski berupa petir, saat menghujam ke tanah, tidak menyebabkan kerusakan sehelai rumput pun. Seolah petir-petir itu palsu belaka.
Tapi Han Sen sangat paham, petir-petir itu tidaklah palsu, hanya sifat listriknya yang cukup khusus. Di dalam kilat ini, dia sudah tidak bisa menggunakan teleportasi, seolah seluruh ruang dikungkung oleh petir.
Jangankan Ling Long yang sekarang sudah kehabisan tenaga untuk menggunakan perpindahan antarbintang, sekalipun masih ada tenaga, mustahil bisa berpindah lagi.
"Entah apakah masih ada kesempatan kabur dari badai dewa ini." Han Sen tak berani ragu, memeluk Ling Long sambil terbang secepat mungkin di tengah hujan petir.
Petir menghujani tubuhnya seperti tetesan hujan. Meski tidak sakit atau gatal, kehadirannya tetap terasa nyata.
Boom!
Di tengah badai petir, sebuah kilat raksasa meledak. Dalam cahaya petir yang menyilaukan, Han Sen melihat siluet mengerikan muncul di pusar badai.
Tapi karena kilauan petir terlalu menyilaukan, Han Sen hanya samar-samar melihat sosok berdiri mirip monster berkepala banteng dengan sepasang tanduk di kepala dan sayap kelelawar di punggungnya.
Kira-kira hanya bisa melihat siluet seperti ini, selain itu tak ada lagi yang terlihat jelas.
Tak berani berpikir lebih jauh, Han Sen terus terbang sekuat tenaga. Namun di tengah penerbangan, tiba-tiba kilatan dahsyat menyala di depan badai petir. Han Sen terkejut melihat sosok monster berkepala banteng itu muncul di depannya, perlahan melangkah mendekatinya langkah demi langkah.
Tubuhnya diselimuti petir, menginjak gunung-gemunung. Tubuh setinggi tiga ratus meter itu, setiap langkahnya mengguncang bumi.
Bulu kuduk Han Sen berdiri tegak. Ia tahu dirinya telah menjadi target makhluk asing mengerikan itu. Meski belum bersentuhan langsung, Han Sang bisa merasakan aura yang dipancarkannya—sama sekali tidak sesederhana level dasar.
"Persembahan ritual, apakah kamu yang memanggilku?" Monster berkepala banteng setinggi gunung itu berdiri di tengah hempasan petir. Sepasang mata sebesar granat mengawasi ketat Han Sen. Suaranya meski tak nyaring, tetap terdengar jelas di tengah gemuruh badai petir.
"Dia meski menatap Han Sen, tapi jelas terlihat bingung, sepertinya tidak yakin apakah Han Sen adalah persembahan ritualnya."
Hati Han Sen berdebar: "Brengseknya Bao Lian, kekuatannya ternyata memanfaatkanku sebagai persembahan ritual untuk varietas langka mitos? Pantas saja badai mitos terus mengejarku, rupanya varietas langka mitos datang mengambil persembahan."
"Anda pasti salah paham, saya bukan persembahan ritual Anda. Bagaimana kalau Anda cari di tempat lain?" Han Sen bingung harus berdiskusi seperti apa dengan varietas langka, tapi makhluk ini terlihat sangat cerdas, mungkin bisa diajak berkomunikasi.
Monster Kepala Banteng dalam petir tidak pergi meski Han Sen bicara, hanya terus mengamati dia dan Ling Long dengan tatapan tajam.
"Meski kau bukan persembahan, tapi sejak Dewa ini turun ke dunia, mustahil pulang tangan hampa. Harus ada satu persembahan yang Kubawa pergi." Suara Monster Kepala Banteng bergema tak henti dalam badai petir.
Han Sen dengan jelas menangkap maksud Makhluk Berkepala Banteng: antara dirinya dan Ling Long, salah satu harus menjadi persembahan ritual.
Memandang Ling Long yang tak sadarkan diri dalam pelukannya, memberikannya sebagai persembahan terasa mustahil. Bayangkan adegan sebelumnya di mana Ling Long lebih memilih mati daripada meninggalkannya saat melarikan diri - Han Sen tak sanggup melakukan hal keji seperti itu.
Tapi menjadi persembahan sukarela? Han Sen pun enggan menerima nasib itu.
"Kami berdua cuma makhluk level rendah, tak pantas menjadi persembahan ritual Anda. Bagaimana jika saya antar Anda mencari persembahan yang lebih layak?" ujar Han Sen.
Makhluk Berkepala Banteng tetap membisu, berdiri kokoh di tengah badai petir sambil mengawasi Han Sen tanpa sepatah kata pun.
Meski tak bersuara, Han Sen telah memahami tekadnya: hari ini, satu persembahan harus dibawa pergi dari sini dengan cara apapun.
"Haruskah persembahan itu berupa makhluk hidup? Bagaimana dengan benda lain?" tanya Han Sen kembali.
"Perisai yang melekat di tubuhmu bisa menjadi pengganti," akhirnya suara bergemuruh itu kembali menggema dari dalam badai petir.
Han Sen tertegun sejenak, lalu menyadari bahwa perisai yang dimaksud Kepala Banteng itu adalah Medusa's Gaze.
"Anggota ini ternyata kenal barang bagus, tapi sebagai varietas langka yang bukan ras Gana, untuk apa Medusa's Gaze? Barang ini secara umum hanya bisa digunakan oleh keturunan Gana, kan?" batin Han Sen penuh kebingungan. Ia menatap Kepala Banteng dan bertanya: "Untuk apa Anda membutuhkan perisai ini? Ini adalah harta mutan ras Gana. Tanpa darah Gana, mustahil mengaktifkannya."
Tapi setelah memikirkan ulang, Han Sen langsung paham mengapa Kepala Banteng banyak bicara alih-alih langsung menghabisi mereka.
"Rupanya monster ini waspada terhadap Medusa's Gaze, sehingga selama ini tidak menyerang!" Hati Han Sen berbunga-bunga. Selama Kepala Banteng masih ragu, dia dan Ling Long masih punya secercah harapan.
Adapun urusan menyerahkan Medusa's Gaze, hal seperti itu tak pernah terlintas dalam pikiran Han Sen.
"Lawan hanyalah varietas langka, siapa yang tahu apakah ia akan menepati janji. Saat ini dia masih waspada terhadap Medusa's Gaze sehingga tak berani menyerang. Jika Han Sen menyerahkan perisai itu padanya, sama saja dengan menyerahkan nyawanya sendiri ke tangan orang lain. Hal seperti ini tentu tak akan dilakukan Han Sen."
"Dia tidak tahu bahwa aku sama sekali tidak bisa menggunakan Perisai Medusa. Ini justru kesempatan bagus." Han Sen bergumam dalam hati.
