Bila orang yang tidak memiliki tekad kuat yang berada dalam posisi ini, mungkin sama sekali tidak akan menyadari bahwa dirinya telah tersesat.
Namun tersesat seperti ini belum tentu hal buruk. Bisa jadi seseorang memang belum memilih jalan hidupnya, lalu mengikuti nuansa lukisan ini dan memilih suatu nuansa sebagai target. Siapa tahu benar-benar cocok, dan di masa depan bisa meraih prestasi gemilang.
Tapi Han Sen berbeda. Dia telah memiliki jalannya sendiri. Jika terus dipengaruhi nuansa lukisan, justru akan menghancurkan pondasi dirinya sendiri.
Dengan memaksakan diri menutup mata, ingin lepas dari nuansa tersebut, hanya saja berbagai nuansa terus mengitari otaknya, ternyata membuat Han Sen hampir tidak tahan untuk terus melihat.
Untungnya kehendak Han Sen sangat tegas, berhasil menghambat keinginan untuk terus menatap Dinding Purba, perlahan memulihkan ketenangan jiwanya.
"Mampu menghentikan pengamatan Dinding Purba di tengah jalan untuk pertama kalinya, ketahanan mentalmu cukup bagus." Sebuah suara terdengar tidak jauh dari Han Sen.
Han Sen membuka matanya dan melihat ke arah sumber suara, melihat seorang pria paruh baya dari Klan Tai Shang sedang duduk di atas batu besar, sorot matanya tertuju padanya.
Penampilan dan busana pria paruh baya itu biasa-biasa saja, namun auranya membuat orang sulit meremehkannya.
“Yang Mulia sedang berbicara dengan saya?” Han Sen bertanya dengan kebingungan, karena dia tidak mengenal pria ini. Tapi sebelumnya Han Sen yang terpesona menyaksikan, telah berjalan hingga ke sini dan menjauh dari Ling Long dan Li Ke'er. Selain dirinya, tidak ada makhluk hidup lain di sekitarnya.
Ling Long dan Li Ke'er jelas-jelas juga terpesona oleh nuansa di dinding zaman purba, sama sekali tidak bisa membagi perhatian. Mereka juga tidak memperhatikan situasi Han Sen, sepenuhnya menyelami nuansa dinding zaman purba.
Pria paruh baya itu tersenyum dan berkata: “Selain kamu, sepertinya tidak ada orang lain di sini yang pertama kalinya menyaksikan dinding zaman purba, bukan?”
“Memang benar, mengingat bakat seperti saya memang tidak banyak.” Han Sen meraba hidungnya sambil berkata.
Pria paruh baya itu tertegun sejenak, senyuman di wajahnya semakin lebar. Ia turun dari bebatuan dan berdiri di sisi Han Sen sambil memandang Dinding Abadi: "Klan Tai Shang mampu merasakan segala sesuatu. Sekalipun serumit alam semesta, esensinya tetap bisa ditangkap. Tapi Dinding Abadi telah berdiri di sini selama ratus juta tahun, tak seorang pun yang berhasil mengungkap rahasianya. Tahukah kamu alasannya?"
"Hamba tidak tahu." Jawab Han Sen dengan lugas. Karena memang tidak paham, tak perlu sok tahu.
Pria itu juga tidak berharap Han Sen bisa menjawab. Usai mendengar responnya, ia menunjuk suatu area di Dinding Abadi: "Alasan tak ada yang bisa menguak rahasianya... terletak di sana."
Mengikuti arah telunjuk pria tersebut, Han Sen melihat pola menyerupai mata vertikal. Pupilnya menyerupai ikan Yin-Yang Tai Chi.
"Bukankah itu Mata Tai Shang dari klan Tai Shang?" Han Sen terkejut bertanya.
Pria paruh baya mengangguk perlahan: "Seluruh lukisan ini digambar dengan absurd dan misterius, sama sekali tidak jelas apa yang dilukiskan. Hanya di bagian ini yang menggambara Mata Tai Shang klan kami. Meski semua orang bisa memahami bagian ini, tak ada yang bisa menjelaskan mengapa ada Mata Tai Shang di sini, atau hubungannya dengan gambar lain di sekitarnya. Meski dijadikan titik awal, tak seorang pun berhasil mengungkap makna sejatinya."
Han Sen memperhatikan relief di sekitar Mata Tai Shang. Lukisan tersebut memang penuh cahaya aneh yang menyilaukan, membuat orang sama sekali tidak bisa mengenali objeknya. Wajar saja tak ada yang memahami hubungan antara relief sekeliling dengan Mata Tai Shang ini.
Pria itu menarik pandangannya dari relief purba, lalu menatap Han Sen di sampingnya: "Meski tak ada yang berhasil memahami rahasia dalam lukisan ini, bukan berarti sama sekali tak mendapat manfaat. Nuansa yang terpancar dari Mata Tai Shang yang terukir ini sangat unik, berbeda sama sekali dengan bekas goresan lainnya. Jika diamati lebih mendalam, pasti akan memperoleh wawasan berharga."
“Bagaimana perbedaannya?” Han Sen tidak paham maksud pria paruh baya itu. Karena nuansa dalam relief memang selalu berubah-ubah, setiap goresan pasti berbeda. Jadi perbedaan yang disebutkannya sepertinya tidak memiliki wujud nyata yang bermakna.
Pria paruh baya itu merenung sejenak lalu berkata: "Senior ini adalah bakat terbesar kedua setelah leluhur ras kami. Dia telah mempelajari Tai Shang Indra hingga tingkat sangat tinggi. Segala sesuatu di dunia ada dalam dadanya, sehingga bisa melukiskan nuansa seni yang mencakup segalasa ini. Meski terdapat jutaan nuansa dalam lukisan ini, semuanya adalah produk dari Tai Shang Indra. Seperti kata pepatah 'Tai Shang Wu Qing, Cinta agung tak terikat', nuansa-nuansa ini memang kuat tapi tidak mengandung perasaan pribadi senior tersebut. Hanya ukiran Mata Tai Shang inilah yang berbeda, karena memuat emosi pribadi beliau."
“Emosi seperti apa itu?” tanya Han Sen dengan penasaran.
Mampu melatih Tai Shang Indra hingga mencapai tingkat Tuhan, pasti senior Tai Shang itu hampir menyatu dengan sosok jenius turun dari langit, melebur menjadi satu dengan alam semesta.
Bahkan Ling Long saja sudah begitu tak beremosi, apalagi petarung kuat yang telah melatih Tai Shang Indra hingga tingkat sedemikian. Mungkin emosi yang tersisa padanya sudah sangat tipis, bahkan bisa dikatakan sudah tidak ada sama sekali.
Ternyata dia masih bisa meninggalkan nuansa beremosi, membuat Han Sen pun terkejut.
"Sulit dijelaskan, kamu lihat sendiri pasti langsung paham." Pria paruh baya itu tersenyum.
Di hati Han Sen memang ada rasa penasaran. Saat ini dia ingin segera mengamati dengan cermat nuansa dalam bekas goresan Mata Tai Shang.
Tiba-tiba, Han Sen teringat sesuatu. Dia berbalik bertanya pada pria itu: "Boleh tahu bagaimana saya harus memanggil Yang Mulia?"
Han Sen paham, pria paruh baya ini bukan berasal dari aliran yang mempelajari 《Kitab Indra Tai Shang》. Namun sekalipun tidak mempelajari kitab tersebut, masih banyak petarung kuat di klan Tai Shang. Bagaimanapun juga, teknik gen apapun yang mereka pelajari pasti merupakan teknik gen level top di Alam Semesta Raya, belum tentu lebih lemah dibanding 《Kitab Indra Tai Shang》.
"Li Zi." jawab pria paruh baya itu sembari lalu, seolah tak ambil pusing.
"Terima kasih atas petunjuk Yang Mulia." Setelah mengucapkan terima kasih dengan tulus, barulah Han Sen memusatkan perhatian pada bekas goresan Mata Tai Shang.
Begitu melihatnya, Han Sen langsung terpukau oleh nuansa dalam goresan itu. Persis seperti kata Li Zi, nuansa di bagian mata ini sama sekali berbeda dengan bagian lain pada gambar, mudah dibedakan. Esensi nuansa di mata ini memang berbeda hakikatnya dengan area lain.
Han Sen berdiri di sana tak bergerak sama sekali memperhatikan jejak Mata Tai Shang. Lama tak bergeming, bahkan matanya pun tak berkedip sedikitpun.
Tak lama kemudian, mata Han Sen tiba-tiba meluapkan air mata. Dengan mata membelalak, dia tetap berdiri di sana. Air mata terus mengalir tanpa henti, membasahi seluruh wajahnya hingga baju di dadanya menjadi lembap. Meski demikian, matanya tetap tak berkedip sedetik pun menatap relief Mata Tai Shang pada dinding.
Seiring waktu, air matanya seolah telah mengering sampai habis. Yang mengalir kemudian adalah dua aliran air mata darah, meninggalkan jejak seperti dua goresan merah menyala di pipinya.
