Han Sen dikirim Kakek Guru Generasi Kesembilan ke dalam sebuah istana, sementara Kepala Suku Tai Shang mengumpulkan para elit Tai Shang untuk bersama-sama menuju Laut Pemakaman Naga, hendak menekan karang darah dan apa yang ada di bawahnya.
Han Sen tidak tahu bagaimana cara mereka menekan karang darah dan barang di bawahnya. Dia menunggu hingga empat hari kemudian, barulah Ketua Suku Tai Shang datang ke istana bersama para petarung kuat Tai Shang. Di antara mereka ada empat petarung Tingkat Dewa dan belasan petarung level Transformasi Kupu-Kupu. Pasukan sekuat ini benar-benar luar biasa kuat.
Sayangnya, setelah mempelajari sisik di tubuh Han Sen dengan berbagai metode - bahkan menggunakan teknik pemisahan tulang dan daging - mereka tetap tidak bisa menghilangkan sisik-sisik itu secara tuntas.
Sekalipun semua daging dan darahnya dikupas, saat jaringan tubuh itu beregenerasi, sisik-sisik itu akan tumbuh kembali.
Seluruh klan Tai Shang tak berdaya menghadapi transformasi aneh pada tubuh Han Sen. Hal ini membuat Han Sen merasa situasinya sangat tidak beres.
Benar saja, akhirnya klan Tai Shang memutuskan untuk mengurung Han Sen dan karang darah itu secara terpisah. Tujuannya agar Han Sen tidak benar-benar berubah menjadi monster pemusnah alam semesta seperti yang diramalkan dalam kutukan.
Meski Han Sen tidak bisa menerima hasil ini, dia tahu ini sudah termasuk hasil yang cukup baik. Mengingat gaya bertindak klan Tai Shang yang tidak membunuhnya dan langsung meredupkan kemungkinan sejak dalam buaian, ini jauh lebih baik dari skenario terburuk yang dia bayangkan.
Di istana dewa yang dikelilingi kabut berputar-putar, Han Sen duduk di tangga batu di depan istana, menatap kabut di luar sambil termenung.
Meski tempat ini terlihat seperti istana dewa, sebenarnya ini berada di dalam sebuah artefak suci sejati milik klan Tai Shang. Han Sen hanya tahu artefak itu berbentuk botol giok yang dipajang di depan patung leluhur Tai Shang, sementara dirinya sendiri dikurung di dalam botol tersebut.
Walau lingkungannya terlihat bagus, pada hakikatnya ini hanyalah penjara yang sedikit lebih besar - dan itu pun hanya memenjarakan dirinya seorang diri.
Selain kompleks istana ini, wilayah lainnya adalah kekacauan total. Di sini sama sekali tidak ada aura kehidupan, hubungan dengan alam semesta dan segala sesuatu pun terisolasi. Han Sen di tempat seperti ini bahkan tidak bisa melanjutkan latihan dasar sekalipun.
"Jika klan Tai Shang tidak menemukan metode khusus untuk membersihkan sisik di tubuhku, bukankah aku akan terjebak di sini seumur hidup?" Ekspresi Han Sen berubah-ubah tak karuan.
Meskipun karang darah telah dikurung oleh Tai Shang di lokasi berbeda, dan tidak muncul lagi di sisi Han Sen, sisik di tubuhnya terus bertumbuh. Sekarang hampir seluruh raganya tertutup rapat oleh sisik halus, kecuali tanduk yang belum tumbuh di kepalanya, membuatnya terlihat hampir seperti drakonid humanoid.
Di istana terdapat air mata air yang bisa dikonsumsi untuk mengisi perut, namun hanya sebatas itu. Air itu hanya memelihara kebutuhan dasar Han Sen untuk bertahan hidup, tidak bisa mendukung kelanjutan latihannya, apalagi meningkatkan gen-nya.
Mulanya, petarung kuat Tai Shang masih kadang datang dan mencoba metode baru untuk memisahkan sisik di tubuhnya. Namun seiring kegagalan yang berulang, frekuensi kedatangan mereka semakin berkurang. Kini Han Sen sudah hampir sepuluh hari tidak melihat kehadiran petarung Tai Shang.
Kini Tai Shang bukan lagi sekutu Han Sen, justru menjadi hambatannya. Meski tak bisa memastikan Han Sen adalah naga yang terlahir kembali dari kutukan, sesuai gaya bertindak Tai Shang, mereka pasti akan terus mengurungnya di sini tanpa memberi kesempatan kabur.
"Tai Shang sudah setuju mengantar Bao'er kembali ke Istana Surgawi, seharusnya mereka tidak ingkar janji. Sekarang tinggal bagaimana caraku kabur dari sini." Han Sen sudah mencoba berbagai metode tapi tak ada yang berhasil. Tempat ini benar-benar terisolasi dari dunia luar, bahkan teleportasi ke tempat perlindungan pun mustahil.
Masuk ke wilayah ilahi? Jangan harap. Tempat ini bagai penjara raksasa yang mengurungnya dalam kondisi tidak hidup maupun mati.
"Kenapa nasibku sial begini?" Han Sen berkesedihan dalam hati, tiba-tiba sebuah aura melintas di kepalanya: "Oh ya, mungkin bisa mencoba 'itu'."
Dengan konsentrasi penuh, Han Sen berlari menuju dalam sebuah istana, lalu menutup gerbang istana secara terbalik.
Han Sen sudah berada di sini beberapa waktu, cukup memahami tempat ini. Karena dunia botol terisolasi total dari luar, dia tak bisa merasakan apapun di luar. Klan Tai Shang di luar kecuali masuk secara fisik, juga tak bisa melihat aktivitasnya di dalam. Poin ini sebelumnya sudah Han Sen bandingkan dengan berbagai cara, bisa dipastikan dengan sangat yakin.
Tapi Han Sen tetap baru di dalam istana lah memanggil sebuah benda dari Menara Takdir Langit. Itu adalah perunggu setinggi tiga-empat meter, di bagian tengahnya terdapat empat kepala kambing terpahat menghadap semua arah - persis patung angker empat kambing perunggu itu.
“Salah satu kepala kambing bisa mengteleportasiku masuk ke dunia yang mengurung Leluhur Pemecah Langit. Entah apakah tiga kepala kambing lainnya punya kemampuan serupa. Barang ini bisa teleportasi bebas di Tianwai, mungkin juga berguna di sini.” Han Sen mengatupkan gigi, mendekati salah satu kepala kambing di empat kambing perunggu itu. Sambil berdoa dalam hati, telapak tangannya menekan kepala kambing tersebut.
Kepala kambing itu tertekan oleh tangan Han Sen. Dua ikan mas putih dan hitam di dalam bejana langsung berenang kencang, mengaduk-aduk air bersih hingga membentuk pusaran.
Han Sen merasakan tarikan kuat menyedot raganya ke dalam pusaran itu. Hatinya dipenuhi kejutan menyenangkan. Meski tak tahu akan dikirim ke mana, bagaimanapun ini adalah kesempatan. Dia tak ingin terkurung di sini seumur hidup.
Gemerisik!
Saat Han Sen merangkak keluar dari air lagi, dia menemukan dirinya memang sudah tidak ada di dalam istana lagi.
Karena takut identitas Han Sen dan sisik di seluruh tubuhnya terekspos, dia telah mengenakan Zirah Dongxuan. Sekalipun ada makhluk yang mengenali zirah ini, mereka hanya akan mengira dia adalah Koin Emas. Tidak ada yang tahu bahwa dia ternyata berhasil kabur dari artefak suci sejati Klan Tai Shang.
"Tempat apa ini?" Han Sen waspada melayangkan tatapan ke sekelilingnya. Tayangan yang terlihat justru membuatnya terkejut. Tanpa basa-basi, dengan kecepatan tercepat seumur hidupnya, dia menerobos ke samping Empat Kambing Perunggu dan kembali menekan kepala kambing itu.
Posisi Han Sen berada di podium batu raksasa. Di area sekitarnya terdapat empat varietas langka mengerikan: di timur ada kera raksasa berbulu putih dengan wajah hitam, di selatan monster berkepala banteng berwujud manusia, di utara makhluk aneh menyerupai Qilin, sementara di barat terdapat ular monster dengan sembilan kepala.
Keempat mutan mengerikan itu menyebarkan aura menakutkan yang membuat orang gemetar. Mereka mengelilingi podium batu, bagaikan raksasa yang duduk di depan meja makan menunggu waktu makan. Di hadapan mereka, Han Sen tak ubahnya seperti sosis kecil.
Dor!
Han Sen melihat kera raksasa berbulu putih dan bermuka hitam itu sudah mengulurkan tangan untuk menangkapnya. Di detik-detik terakhir, tubuhnya tersedot ke dalam empat kambing perunggu. Dunia seolah berputar, dan ketika dia merangkak keluar dari air, dirinya sudah kembali ke dalam istana botol.
"Untung refleksku cepat. Jika terlambat separuh detik saja, mungkin aku sudah menjadi santapan mutan-mutan mengerikan itu." Han Sen menepuk dada menghibur jantung kecilnya yang berdebar kencang, lalu menghela nafas lega.
