Han Sen memandang sekeliling. Padang rumput tak berujung sama sekali tidak menyediakan tempat persembunyian. Dengan terpaksa ia menyamarkan aura tubuhnya dan menyelinap di antara kawanan domba yang gemetar.
Sembilan kuda putih bertanduk tunggal menarik kereta, tak lama kemudian mendarat di padang rumput. Han Sen bersembunyi di tengah kawanan domba, matanya tak lepas mengawasi pintu kereta. Dia ingin tahu makhluk mengerikan apa yang duduk di dalamnya, sampai-sampai domba-domba mutan ini begitu ketakutan, bahkan tak punya keberanian untuk kabur, hanya bisa lunglai di tanah sambil gemetar.
Akhirnya sembilan kuda putih itu berhenti. Dengan suara "kreek", pintu kereta terbuka. Sebuah siluet kecil keluar dari dalam. Han Sen tertegun—yang muncul ternyata seorang gadis kecil, terlihat baru berusia sekitar sepuluh tahun.
"Apakah makhluk mengerikan yang ditakuti domba-domba ini... adalah gadis kecil ini?" Pandangan Han Sen masih menatap pintu kereta, mengira masih ada makhluk lain yang akan turun.
Ternyata di dalam kereta tidak ada makhluk lain. Hanya si gadis kecil itu sendiri yang turun sambil membawa pisau tajam, berjalan menuju kawanan kambing di dekatnya.
Han Sen diam-diam mengamati gadis itu. Secara visual ia memang terlihat berusia sekitar sepuluh tahun, tapi entah mengapa Han Sen merasakan aura kematangan di raut wajahnya.
"Ras Langit?" Berdasarkan aura yang terpancar dan garis vertikal di dahinya, Han Sen menduga gadis kecil ini mungkin anggota Klan Langit. Tapi tidak menutup kemungkinan dia dari klan Tai Shang, mengingat kedua klan berasal dari sumber yang sama—hanya saja garis darah Tai Shang lebih murni.
Gadis itu berjalan membawa pisau tajam mendekati kawanan kambing. Ia mengulurkan telapak tangan membelai kepala seekor kambing di depannya sambil berucap lirih: "Kambing kecil... Aku terpaksa melakukan ini. Jika kau ingin balas dendam, datanglah padaku. Jangan sampai salah sasaran."
Begitu selesai bicara, pisau di tangannya langsung menusuk jantung kambing tersebut. Dengan satu tusukan mematikan, darah langsung mengucur deras mengikuti bilah pisau tajam di tangannya.
Anehnya, darah segar itu tidak jatuh ke tanah, ternyata sepenuhnya diserap oleh pisau tajam di tangannya. Dalam sekejap mata, kambing itu sudah dikeringkan darahnya menjadi mayat kering, sementara darah kambing seluruhnya diserap pisau tajam, membuatnya berubah warna menjadi merah gelap dan memancarkan aura mengerikan yang pekat.
Setelah membunuh seekor kambing, gadis itu melanjutkan ke kambing kedua yang masih tiarap sambil gemetar tak berani melawan. Dengan pisau yang sama, gadis itu menusuknya lagi, menghisap cairan darah kambing kedua hingga kering.
Han Sen merinding melihatnya. Gadis itu terus membantai kambing satu demi satu tanpa perlawanan, seolah-olah mereka berbaris mengantri menunggu kematian. Tak lama kemudian, lebih dari seratus ekor kambing telah dibunuh. Pisau tajam itu kini berwarna merah segar seperti darah, dengan cairan di permukaannya yang seolah-olah setiap saat bisa menetes.
Bau darah yang pekat itu, Han Sen bisa menciumnya bahkan dari ribuan meter jauhnya, memicu dorongan untuk muntah.
"Pisau tajam itu ada masalah..." Han Sen mengerutkan keningnya, matanya terus menatap pisau tajam di tangan gadis itu.
Aura gadis itu sendiri tidak terlalu kuat, tapi aura dari pisau tajam tersebut sangat mengerikan dan mistis, jauh melebihi gadis kecil itu sendiri.
Pisau tajam semengerikan ini seharusnya tidak mungkin dikendalikan oleh gadis kecil, namun dia justru mampu menguasainya tanpa terkena balasan sihir dari tenaga pisau tersebut, benar-benar aneh.
Bahkan Han Sen, sebelum mencapai level mitos, pun sulit menunjukkan 100% kemampuan harta mitos. Namun gadis kecil itu dengan mudah mengayunkan pisau tajam sakti itu, seolah main-main saja. Setiap tebasan pasti mematikan, tak perlu dua kali tusukan untuk membunuh seekor kambing. Ini jelas-jelas aneh.
"Apa kawanan kambing di sini sebenarnya takut pada pisau itu?" gumam Han Sen dalam hati. Matanya terus menatap pisau tajam itu dengan tatapan pengamatan, meski tak sepenuhnya yakin.
Pisau pendek itu bergagang kayu sepanjang 15 cm - jenis kayunya tak diketahui. Sekarang warnanya sudah menghitam kemerahan. Bilah besi sepanjang 30 cm berbentuk bulan sabit itu basah kuyup oleh darah segar, seolah tetesan berikutnya siap jatuh kapan saja.
Pisau tajam memiliki gagang tapi tidak ada pelindung tangan, pisau seperti ini tidak terlihat seperti senjata untuk pertempuran, lebih mirip pisau yang digunakan oleh koki atau tukang jagal.
Tiba-tiba, hati Han Sen menjadi dingin. Mungkin karena terlalu banyak darah yang diserap, di bawah sorotan sinar matahari, Han Sen mulai melihat kilau merah darah samar-samar terpancar dari bilah pisau. Kilau merah darah itu menyala, seperti bayangan samar setan berdarah menempel di pisau. Semakin banyak kambing yang dibunuh gadis itu dan semakin banyak darah yang diserap, setan berdarah yang menempel di pisau itu menjadi semakin mengerikan.
Ketika gadis itu hampir membunuh semua lebih dari seribu ekor kambing, bayangan samar di pisau telah terkristal menjadi api darah yang kasat mata.
“Memang benar, yang ditakuti kawanan domba adalah pisau itu, bukan gadis kecil yang memegang pisau tajam. Tapi tetap ada keanehan, bagaimana mungkin seorang gadis lemah bisa mengendalikan pisau tajam sekuat ini, tanpa terkena balasan sihir dari tenaganya?” Han Sen memandangi pisau tajam sambil berkontemplasi diam-diam.
Tiba-tiba, hati Han Sen menjadi dingin. Mungkin karena terlalu asyik mengamati pisau tajam tanpa menyembunyikan sorot matanya, bayangan samar Setan berwarna darah di pisau itu sepertinya menemukan keberadaannya. Sosok merah darah itu berbalik dengan gerakan aneh, mata gua kosong yang menyala seperti api darah itu kini mengawasi ketat arah tempat Han Sen berada.
Bzzzt!
Sebelum Han Sem sempat bereaksi, pisau tajam itu mengeluarkan dengungan aneh. Seketika pisau itu terbang secara otomatis, menggiring tubuh gadis kecil itu menyerbu ke arah Han Sen.
Han Sen bisa melihat dengan jelas bayangan samar setan berwarna darah yang menempelkan diri pada pisau tajam itu, bergerak-gerak seperti cakar ke arahnya seolah ingin melahapnya.
Gadis kecil itu ditarik pisau tajam untuk berlari ke arah Han Sen. Begitu melihat Han Sen di tengah kawanan domba, sang gadis membeku sejenak sebelum menunjukkan ekspresi terkejut.
Han Sen yang sudah bersiap bertarung justru menyaksikan gadis itu meraih gagang pisau dengan kedua tangan, mengerahkan seluruh tenaga untuk menghentikan laju senjata itu.
Namun tenaga gadis itu terlalu lemah. Dengan niat membunuh yang tak terbendung, pisau tajam itu tetap melaju meski tangan kecilnya sudah memaksakan seluruh kekuatan. Tubuh kurusnya malah tertarik mengikuti gerakan senjata maut itu.
Han Sen mengerutkan kening halus, bersiap untuk bertindak saat gadis kecil itu tiba-tiba mengatupkan gigi. Salah satu tangannya nekat mencengkeram bilah pisau tajam. Bilah yang runcing itu langsung melukai telapak tangannya, darah mengalir deras sepanjang mata pisau. Setelah menyerap darahnya, pisau tajam itu perlahan mulai mereda.
Bayangan merah setan yang menempel pada pisau itu seolah diredam oleh kekuatan tak kasat mata, wujud mistisnya mulai memudar.
"Pantas saja dia bisa menggunakan pisau terkutuk itu, ternyata konstitusi fisiknya sangat unik dan memiliki hubungan saling mengikat dengan senjata ini," gumam Han Sen dalam hati.
Melihat aksi gadis kecil yang tak menunjukkan permusuhan, Han Sen langsung mendekatinya sambil bertanya, "Sang Adik Kecil, siapa namamu?"
"Cepat... cepat tinggalkan tempat ini..." ujar gadis itu sambil masih mencengkeram pisau tajam dengan gugup.
