Han Sen selama beberapa hari ini hampir tidak makan-minum, terus-menerus menyempurnakan Jurus Pedang Di Bawah Langit dan Gen Penghancur Langit.
Jurus Pedang Di Bawah Langit tidak cocok untuk menggunakan Gen Penghancur Langit, sehingga Han Sen harus memodifikasinya menjadi mode yang bisa digunakan Dua Pistol Mantra. Gen Penghancur Langit juga memerlukan revisi tertentu - tidak perlu daya penghancuran terlalu kuat, tapi ledakan yang dihasilkan harus mampu menghentakkan Pedang Dewa hingga terpental. Hanya dengan begitu, dia baru bisa mencapai pra-penilaian satu detik lebih awal.
Ini adalah teknik yang sangat besar. Han Sen terus merevisi dan memperkuat, menuntut kesempurnaan tertinggi. Dalam pertempuran melawan makhluk mengerikan seperti Pedang Dewa, cacat sekecil apapun bisa menjadi kelemahan fatal yang menyebabkan kekalahannya.
Tapi Han Sen yakin dirinya bisa melakukannya, hanya masalah waktu saja.
"Masalah Pembunuhan Lintas Ruang-Waktu sudah terselesaikan, sekarang tinggal satu masalah terakhir - bagaimana cara menghancurkan pisau Tuhan?" Sambil terus berlatih, Han Sen masih memikirkan syarat kedua yang wajib dipenuhi.
Jika tidak bisa menghancurkan pisau Tuhan, sekalipun bisa menahan Pembunuhan Lintas Ruang-Waktu tetap percuma, hasil imbang sama saja dengan kekalahan, dia tetap tidak bisa membawa pulang Gu Wan'er.
Namun dengan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki Han Sen saat ini, sama sekali tidak mungkin untuk menghancurkan pisau Tuhan.
"Kalau tidak bisa dihancurkan, terpaksa harus mencari cara menjebaknya. Mungkin Teknik Kura-kura bisa jadi pilihan bagus, tapi entah apakah efektif untuk pisau Tuhan."
Han Sen menyadari bahwa berimajinasi saja tidak akan menyelesaikan masalah. Baik hipotesis pra-penilaian satu detik-nya maupun keefektifan Teknik Kura-kura terhadap pisau Tuhan, semuanya harus diuji dalam pertarungan nyata.
“Tampaknya aku harus pergi ke Padang Penggembalaan Tuhan sekali lagi. Entah apakah Pedang Tuhan masih ada di Planet Kambing Sihir?” Han Sen berencana mengunjungi Padang Penggembalaan Tuhan lagi setelah Jurus Pedang Tianxia dan Gen Penghancur Langit berhasil disempurnakan.
“Jalan orang lain tetaplah jalan orang lain, jalan kita sendiri harus kita tempuh dengan kaki sendiri.” Han Sen nyaris lupa makan dan tidur selama menyempurnakan dua teknik gen ini, terus bekerja tanpa henti hampir dua minggu.
Setiap kali membayangkan Wan'er harus memberi darahnya sendiri untuk memberi makan bilah pedang itu setiap hari, perasaan Han Sen langsung menjadi tidak karuan.
Sebelum penyempurnaan selesai, Ling Long datang lagi. Kali ini hanya dia sendiri, Li Ke'er tidak ikut.
“Apakah kepala suku melarangku keluar?” Han Sen menatap Ling Long sambil bertanya. Sebenarnya dia sudah mempersiapkan mental untuk hal ini.
Ling Long tidak menjawab. Dengan wajah datar dia hanya berkata “Ikut aku”, lalu berbalik dan terbang menuju kabut tebal.
Han Sen tertegun sejenak, ini benar-benar di luar dugaannya. Ling Long jelas-jelas akan membawanya keluar, padahal sebelumnya dia mengira Klan Tai Shang mustahil mengizinkannya pergi.
Tapi karena bisa meninggalkan tempat ini dengan mudah, Han Sen pun tak ragu lagi. Dengan gesit dia mengejar Ling Long, mengikutinya terbang di tengah kabut.
"Apakah Kepala Suku percaya bahwa tidak ada kutukan pada diriku?" tanya Han Sen yang terbang di sisi Ling Long.
"Jangan bicara atau bertanya apapun. Serahkan semuanya padaku. Ikuti saja aku," kata Ling Long tanpa menoleh sedikitpun.
Han Sen mulai merasakan sesuatu yang tidak beres, namun masih ragu untuk mempercayai instingnya sendiri. Diam seribu bahasa, dia terus mengikuti Ling Long.
Di bawah pimpinan Ling Long, mereka berdua berhasil menembus kabut dan terbang keluar dari Botol Dimensi itu.
Aula yang menyangga Botol Dimensi memiliki segel kuat, sebenarnya tidak membutuhkan perlindungan Klan Tai Shang. Ling Long memegang sebuah Segel Kecil, membuat semua segel magis itu tak berpengaruh sama padanya. Demikianlah ia membawa Han Sen keluar dari aula.
Setelah keluar aula, Ling Long meletakkan satu tangan di bahu Han Sen, bersiap menggunakan teknik perpindahan antarbintang untuk pergi bersama.
Tapi Han Sen menekan tangannya, mencegahnya segera mengaktifkan teknik perpindahan antarbintang.
Ling Long menatapnya dengan kebingungan, sementara Han Sen dengan raut wajah serius bertanya: "Jawab pertanyaanku - apakah kamu ingin membawaku menemui Kepala Suku?"
Setelah beberapa detik keraguan, Ling Long menggelengkan kepala: "Bukan."
Han Sen semakin yakin dengan hipotesisnya. Ia melanjutkan: "Kepala Suku juga tidak mengizinkanmu membawaku keluar dari Botol Dimensi, benar?"
“Kamu tak perlu menghiraukan semua itu, sekarang aku akan membawamu keluar dari Tianwai. Setelah keluar, kembalilah ke Istana Surgawi dan beri tahu Zhang Xuandao tentang segala yang terjadi di sini. Jika dia mau menjagamu, bahkan Yang Mulia kepala suku pun tak bisa menangkapmu di Istana Surgawi.” Ling Long berkata.
Ekspresi Han Sen berubah aneh. Kini dia yakin dengan hipotesisnya - Ling Long ternyata berani melanggar aturan klan demi membebaskannya secara diam-diam.
Han Sen sama sekali tidak menyangka Ling Long mau mengambil risiko sebesar ini untuknya.
Awalnya dia hanya memperlakukan Ling Long sebagai batu loncatan atau alat, tapi sekarang sulit mempertahankan sikap seperti itu.
“Kenapa?” Han Sen menatap Ling Long dengan wajah bermacam perasaan.
“Karena kaulah yang kubawa hidup-hidup ke sini, sudah seharusnya kukembalikan dalam keadaan utuh.” Ling Long berkata dengan ekspresi datar.
"Jika aku pergi, apa yang akan terjadi padamu?" Han Sen tahu aturan Tai Shang sangat ketat. Bagi mereka yang menganut jalan-Mu yang kejam, sekalipun kerabat melanggar aturan klan, tidak mungkin diselesaikan secara asal-asalan.
"Tidak akan ada apa-apa. Melepas seekor ulat bukanlah hal besar. Masih ada urusan lain yang harus kuselesaikan, jangan buang waktu." Ling Long berkata dengan datar.
Han Sen mengangguk: "Benar, kita memang tak boleh menunda lagi. Antar aku kembali ke Botol Dimensi."
Ling Long membeku sejenak, memandanginya dengan kebingungan: "Kamu tidak ingin keluar?"
"Ingin. Jika kau batalkan kontrak sekarang dan mengurungku seumur hidup dalam Botol Dimensi sambil memaki, meski harus menodongkan pisau ke lehermu, pasti akan kutinggalkan tempat sialan ini." Han Sen terdiam sebentar, lalu melanjutkan: "Tapi dengan caramu melepasku, aku tak bisa pergi begitu saja. Utang budi ini tak mungkin terbayar."
Han Sen baru saja datang ke klan Tai Shang tidak lama, tapi sudah mempelajari aturan klan mereka. Dia kurang lebih tahu akhir tragis yang akan dihadapi Ling Long jika melepaskannya diam-diam.
Hukuman mati tidak sampai, tapi setidaknya akan ditekan selama lebih dari seratus tahun.
Begitulah sifat asli Han Sen. Dia tidak takut bertarung melawan musuh, sekeras apapun lawannya, dia bisa mencari cara untuk membunuh atau berkonflik. Tapi justru takut jika orang lain terlalu baik padanya, takut tidak bisa membalas budi.
Seratus tahun terindah seorang wanita, Han Sen benar-benar tidak tahu harus membalas dengan apa. Dia juga tidak ingin Ling Long mendekam di penjara selama ratusan tahun untuknya. Karena itu dia memutuskan untuk tetap tinggal.
Tentu saja, ini juga karena dalam hati Han Sen ada rencana lain. Dia belum benar-benar putus asa. Jika benar-benar terdesak, tidak hanya akan pergi, tapi mungkin juga membawa pergi Ling Long diam-diam.
Hanya saja sekarang belum sampai level seperti itu. Selain itu, Ling Long belum tentu mau mengkhianati klan Tai Shang untuk ikut dengannya. Karena itu Han Sen memilih menolak kebaikan Ling Long.
"Tidak perlu kamu kembalikan, ini memang bukan hal besar." Ling Long memandang Han Sen seolah bicara santai.
"Hukuman penjara lebih dari seratus tahun masih dianggap bukan masalah? Berapa ratus tahun lagi umurmu?" kata Han Sen.
"Bagaimana kamu tahu?" Ling Long terlihat bingung.
"Antar aku kembali." Han Sen tidak menjawab, menatap Ling Long dengan tenang, sorot matanya mulai mencair.
"Kamu harus tahu, kehilangan kesempatan ini bisa membuatmu terperangkap dalam Botol Dimensi seumur hidup." Ling Long memandang Han Sen dengan wajah bermacam perasaan.
"Tidak akan. Sama sekali tidak! Aku akan keluar dengan kekuatanku sendiri. Tidak ada tempat yang bisa mengurung Han Sen!" Han Sen berkata dengan keyakinan mutlak, ekspresinya seolah sedang menyatakan 1+1=2 dengan penuh kepercayaan diri.
