"Anak kecil, ingin seperti dia, bisa menangkap siapa saja seenaknya, mengatur siapa saja sesukamu?" Kaisar Putih tiba di hadapan Han Sen, tiba-tiba mengulurkan tangan menepuk kepala Han Sen, lalu menunjuk Bai Wan Jie yang tersenyum manis sambil berkata.
Han Sen membeku, menatap Kaisar Putih. Tiba-tiba dia tidak mengerti, sebenarnya apa maksudnya.
"Mengikuti Sang Kaisar, mulai sekarang hanya kamu yang bisa mengganggu orang, tidak ada yang bisa mengganggumu. Hanya kamu yang bisa menyiksa orang, takkan ada yang berani menyiksamu." Setelah berkata demikian, Kaisar Putih langsung menarik Han Sen keluar. Para petarung kuat Klan Huangji saling pandang dengan ekspresi aneh, tak tahu apa sebenarnya rencana Kaisar Putih.
Tapi siapa yang bisa memahami pikiran seorang kaisar? Apalagi penguasa yang hampir menguasai alam semesta ini. Tak ada yang berani protes, mereka hanya bisa menonton pasif saat Kaisar Putih menggenggam tangan Han Sen meninggalkan Aula Hukum.
Han Sen masih bingung. Perubahan situasi ini terlalu cepat. Cara berpikir Kaisar Putih yang melambung tinggi dan di luar dugaan membuatnya tidak berhasil menyadari situasi.
Han Sen awalnya mengira kali ini mati sudah. Siapa yang tahu tidak hanya selamat, malah dibawa masuk ke istana oleh Kaisar Putih. Pejabat gereja cantik merawat lukanya, pengawal mengganti bajunya dengan pakaian indah, beragam hidangan lezat tersedia di ujung jari. Han Sen hampir mengira dirinya berada dalam mimpi belaka. Ia benar-benar belum pernah merasakan seperti ini, semua terasa tidak realistis.
Di istana megah nan luas ini, selain Sang Kaisar Putih, hanya ada perempuan cantik dari berbagai ras. Han Sen menjadi dua-satunya makhluk jantan di sana.
“Pantas saja ada legenda bahwa Kaisar Putih adalah tiran yang suka pesta pora dan wanita, memang ada benarnya. Tak perlu sebut yang lain, cukup lihat kemampuannya menghasilkan banyak keturunan dan jutaan wanita cantik multiras di istananya, sudah jelas kebenaran mutlak sifat cabulnya.” Han Sen berbaring nyaman di kursi, di sebelahnya wanita cantik Ras Bersayap mengiris buah menjadi potongan kecil dan memasukkannya ke mulutnya. Sekali gigit, aroma wangi langsung memenuhi mulut, arus hangat mengaliri raganya seolah memakan buah kehidupan, membuat seluruh pori-porinya merintih kepuasan.
“Bahkan buah biasa yang dimakan adalah varietas langka level tinggi. Satu biji saja bisa membuat Baron kecil langsung naik level jadi Viscount, benar-benar mewah!” pikir Han Sen sambil terus mengunyah.
Sudah dua minggu dia tinggal di sini. Asalkan dia mau bicara, hampir apapun bisa didapat. Tak ada yang menjaganya, dan dia bebas pergi ke wilayah manapun di istana asalkan menghendaki.
Dan selama hampir dua minggu ini, dia sama sekali tidak bertemu lagi dengan Kaisar Putih, sepertinya Kaisar Putih sudah melupakannya setelah membawanya ke sini.
Saat sedang berimajinasi, tiba-tiba Kaisar Putih yang mengenakan jubah hijau memasuki taman, tersenyum bahagia sambil mengawasi Han Sen: "Apakah kamu sudah terbiasa tinggal di sini? Jika ada wilayah yang tidak memuaskan, beri tahu sepuasnya padaku."
"Yang Mulia Kaisar Putih, lebih baik Kamu bicara terus terang." Han Sen tidak termakan oleh pemberian kecil ini. Dia paham betul, tidak mungkin Kaisar Putih tiba-tiba memperlakukannya seperti ini tanpa alasan, tentu ada maksud tertentu.
Kaisar Putih melambaikan tangan, para dayang dan pejabat gereja wanita langsung meninggalkan taman. Kemudian Sang Kaisar dengan santai duduk di bangku batu sebelah Han Sen, menuangkan secangkir teh untuk dirinya sendiri. Setelah meneguk, barulah ia berkata perlahan: "Sang Kaisar juga tak berdaya. Siapa yang menyuruhmu mengasimilasi Mata Huangji Ba Dao milik ras kami? Tanpa persenjataan gen ini, sistem pertahanan Kekaisaran akan menjadi omong kosong. Karena itu aku membutuhkan pertolonganmu."
Han Sen memandangi Kaisar Putih dengan raut wajah penuh keanehan. Sang tiran legendaris ini ternyata berbicara dengan sikap merendahkan diri, membuat Han Sen benar-benar terkejut.
Di antara Tiga Klan Agung, Klan Dewa Kuno tidak memiliki ambisi untuk menguasai alam semesta. Klan Tai Shang pada dasarnya terlalu malas untuk memerintah kosmos. Tidak berlebihan jika dikatakan Klan Huangji adalah penguasa sebenarnya alam semesta saat ini. Penguasa seperti ini, bukan hanya menguasai nyawa Han Sen, bahkan seandainya Han Sen berada miliaran tahun cahaya jauhnya, jika Sang Kaisar benar-benar menginginkan nyawanya, Han Sen tetap akan kesulitan.
Namun sekarang Kaisar Putih seperti pria paruh baya yang pasrah sedang mengeluh padanya. Kalau bukan karena berada di dalam istana, Han Sen hampir meragukan apakah dia benar-benar kaisar Klan Huangji.
"Jangan memandangku seperti itu. Sang Kaisar hanyalah makhluk biasa di alam semesta, berbeda dengan para dewa yang tinggi di atas." Kaisar Putih berkata dengan tenang: "Sekarang Sang Kaisar hanya punya dua pilihan. Pertama, membunuhmu untuk mengambil kembali Mata Otoriter Huangji. Tindakan ini tidak memberi keuntungan maupun kerugian, bisa mengembalikan sistem pertahanan Klan Huangji ke kondisi normal."
Han Sen merinding dalam hati, namun Kaisar Putih tersenyum lagi: "Tapi aku tidak berniat melakukannya. Evolusi suatu ras ibarat mendayung melawan arus, tidak maju sama saja dengan mundur. Klan Huangji berdiri di puncak alam semesta, tapi sudah terlalu lama terhenti. Ada secercah harapan yang bisa membuat klanku melangkah lebih jauh, aku rela mencobanya. Jadi aku memilih jalan kedua. Asal kau mau membantuku, ada kemungkinan klanku bisa mencapai kemajuan. Meski kesempatannya tipis, tetap lebih baik daripada tanpa harapan sama sekali."
"Anda ingin saya bawa Anda ke taman di udara?" Han Sen mengerutkan kening bertanya.
Tak disangka Kaisar Putih malah tertawa: "Kau meremehkanku. Meski citra ilahi adalah barang langka, aku tak sudi mempedulikannya. Yang kuinginkan adalah dirimu."
Nada bicara Kaisar Putih terdengar datar, tapi aura merajai Tianxia yang dipancarkannya mustahil ditiru oleh siapapun.
"Aku?" Han Sen masih belum paham, apa sebenarnya maksud Kaisar Putih.
“Bagus, memang kamu. Jika kamu benar-benar lahir dari pembunuh dewa di taman di udara, maka bisa dianggap setengah anak dewa. Kini setelah mengasimilasi Mata Otoriter Huangji leluhur kedua ras kami, aku sangat berharap melihat sejauh apa kamu bisa berkembang. Asalkan kamu mau, mulai sekarang kamu akan menjadi satu-satunya murid Sang Kaisar. Selain itu, kamu akan mendapatkan sumber daya yang lebih baik daripada anak-anakku sendiri. Aku akan mengerahkan segala upaya untuk melatihmu hingga mencapai Tingkat Dewa.” Setiap kata yang diucapkan Kaisar Putih terukir jelas dan memikat hati manusia.
Bahkan Han Sen yang mendengarnya pun tak bisa menahan debaran jantungnya.
“Apa keuntunganmu dalam hal ini?” Han Sen memandang curiga ke arah Kaisar Putih. Sangat sulit baginya mempercayai bahwa penguasa ras lain ini ternyata mau membantunya dengan tulus.
“Aku punya maksudku sendiri. Anggap saja ini rencana jahatku. Mau tidak kamu menerimanya?” Kaisar Putih menjawab dengan tenang.
“Apakah aku punya pilihan?” Han Sen mencibirkan bibir sambil berkata.
Kaisar Putih tersenyum lebar: "Sang Kaisar tidak pernah memaksa orang lain. Harus dengan sukarela baru baik. Jika tidak mau, kamu boleh memilih maut. Aku tidak akan mempersulitmu, akan memberimu akhir yang cepat, mengambil kembali Mata Kaisar Huangji yang Otoriter, lalu menguburkan jenazahmu dengan layak."
"Aku belum puas hidup." Han Sen tersenyum pahit.
"Karena kamu bersedia, persiapkan diri baik-baik dalam beberapa hari ini. Sang Kaisar belum pernah menerima murid. Kamu adalah murid pertama sekaligus terakhirku. Harus diadakan dengan meriah, agar seluruh alam semesta tahu bahwa kamu adalah muridku. Ngomong-ngomong, siapa namamu? Jika belum punya nama, akan kuberi nama marga Putih..."
"Bayi Suci." Han Sen buru-buru menyahut. Dia tak ingin memakai marga Kaisar Putih.
Bayi Suci adalah nama bocah berjubah merah yang diberikan Han Sen. Karena sudah meminjam identitasnya, mau tak mau nama itu juga dipinjamnya.
“Sheng Ying, nama yang bagus. Mulai sekarang, Sheng Ying adalah muridku Sang Kaisar Putih, satu-satunya murid.” Sang Kaisar Putih berkata sambil memicingkan matanya.
