“Siapa kau? Bagaimana bisa tahu namaku?” Wan'er memandang Han Sen dengan keterkejutan. Penampilan Han Sen yang kini sangat berbeda dari masa lalu membuatnya tak bisa mengenali.
Sebelum Han Sem sempat menjawab, Pisau Tuhan tiba-tiba meledakkan nyala api darah mengerikan. Senjata itu melepaskan diri dari genggaman Wan'er, terbang mengitari udara di sekitar Han Sen. Lidah api darah telah terkristal menjadi bayangan samar Setan berwarna darah yang mencengkeram erat gagang pisau, lalu menghantam ke arah Han Sen dengan satu tebasan dahsyat.
"Pembunuhan Lintas Ruang-Waktu yang mengkristalkan waktu dan ruang, mampu menghantam masa lalu, satu tebasan yang tak tertandingi... Bisakah aku menahannya? Mampukah memprediksi orbitnya satu detik lebih awal?" Han Sen tidak berani memastikan, tapi dia harus melakukan eksperimen.
Di detik berikutnya, Perisai Medusa telah muncul di tangan Han Sen, menghalangi di hadapannya. Secara bersamaan, Han Sen menggerakkan raganya dengan cepat sementara pedang cahaya dingin di tangan satunya juga menghantam.
Rencana awal Han Sen adalah menggunakan Peluru Mantra, namun Mantra telah terasimilasi dengannya sehingga tak bisa lagi berubah menjadi bentuk senjata untuk digunakan. Ditambah lagi daya hancur pedang cahaya dingin telah melebihi Mantra, maka Han Sen langsung menggunakan pedang cahaya dingin tanpa ragu.
Pola pergerakan Han Sen, kilatan pedang dari pedang cahaya dingin, serta posisi yang dihalangi Perisai Medusa - semuanya melalui proses perencanaan strategi matang. Semua ini untuk memaksa Pisau Tuhan menghantam posisi yang dibutuhkan Han Sen.
Mempercepat satu detik pra-penilaian tidak mungkin dilakukan, tetapi dengan kemampuan strategi yang kuat, bisa memaksa Pisau Tuhan langkah demi langkah masuk ke dalam permainan caturnya, membuatnya satu detik kemudian terpaksa menghantam posisi yang sudah dikalkulasi Han Sen.
Menggunakan kecerdasan satu orang untuk bersaing dengan tebasan yang melampaui ruang-waktu, Han Sen tidak yakin bisa langsung melakukannya. Tapi inilah satu-satunya kesempatannya untuk mengalahkan Pisau Tuhan.
Kres!
Pisau Tuhan menghantam tulang punggung Han Sen, membelah kulitnya hingga memperlihatkan darah seperti kristal dan jaringan otot sehalus giok di dalamnya.
"Pisau Tuhan yang luar biasa hebat... Meski status transformasi varietas langkaku baru mencapai tingkatan pecah kepompong, kekuatan tubuhku seharusnya tidak kalah dari petarung level Transformasi Kupu-Kupu. Ternyata masih bisa membelah tubuhku. Kekuatan Pisau Tuhan ini mungkin sudah setara dengan artefak suci sejati..." gumam Han Sen dalam hati.
Tapi satu tebasan ini juga sudah masuk dalam kalkulasi Han Sen. Han Sen tetap terus bergerak, sambil menyesuaikan sudut Perisai Medusa dan pedang cahaya dingin.
"Dia akan membunuhmu, cepat kabur!" Walau Wan'er tidak mengenali Han Sen, dia tetap mengingatkan dengan niat baik.
Han Sen tetap dingin. Wan'er adalah simpul hati Gu Zhu. Jika bisa menyelamatkannya, penderitaan Gu Zhu akan berkurang. Karena ada kesempatan, pantas untuk dicoba.
Plak!
Tubuh Han Sen kembali terkena tebasan, tapi bukan di titik vital.
"Ternyata perhitungan dan strategiku masih ada penyimpangan... Memang harus disempurnakan dalam pertarungan nyata..." Han Sen tidak panik malah senang. Meski terluka, dia berhasil menghindari titik vital, membuktikan metodenya masih efektif.
Han Sen terus bertarung dengan Pisau Tuhan. Luka di tubuhnya semakin banyak, tapi jika diamati lebih seksama, ukuran lukanya semakin mengecil.
Dang!
Pisau Tuhan menghantam Perisai Medusa dengan satu tebasan, ternyata tidak bisa mengenai tubuhnya. Han Sen langsung bersemangat sampai hampir merintih karena kepuasan.
Satu detik lebih awal menghalangi serangan Pisau Tuhan, akhirnya dia berhasil. Kekuatan BUG seperti Pembunuhan Lintas Ruang-Waktu akhirnya berhasil dihancurkannya.
Plak!
Saat Han Sen sedang bersemangat, tiba-tiba terkena tebasan lagi. Rasa sakitnya membuatnya segera fokus, menyadari ini belum waktunya bersenang-senang. Dia masih belum bisa menghalangi dengan sempurna semua serangan Pembunuhan Lintas Ruang-Waktu.
Dengan pengalaman pertama itu, penerapan strategi Han Sen semakin mengalir deras. Perlahan, semakin banyak serangan Pisau Tuhan yang berhasil dihalangi Perisai Medusa. Pembunuhan Lintas Ruang-Waktu semakin sulit melukai tubuhnya.
Awalnya Wan'er masih mengingatkan Han Sen. Tapi melihat Han Sen perlahan bisa menyerang-balik Pisau Tuhan dengan strategi bertahan-seimbang, ekspresinya tak bisa menyembunyikan rasa tak percaya.
Dia belum pernah melihat ada makhluk hidup yang bisa bertarung dengan Pisau Tuhan sampai level seperti ini. Makhluk-makhluk di Padang Rumput Tuhan biasanya langsung lunglai ketakutan saat melihat Pisau Tuhan, sama sekali tidak berani melawannya.
Tapi orang asing di hadapannya ini, ternyata perlahan-lahan berhasil menstabilkan situasi, terus-menerus menahan serangan Pisau Tuhan. Sungguh sulit dipahami!
Seluruh jiwa dan raga Han Sen saat ini terasa penuh kegembiraan. Itu adalah perasaan lega setelah memecahkan masalah rumit yang dihadapi berhari-hari dalam pertempuran sengit, seolah seluruh eksistensinya terangkat ke tingkat lebih tinggi.
Awalnya Han Sen mengira Pisau Tuhan sangat kuat dan Pembunuhan Lintas Ruang-Waktu sangat mengerikan. Tapi setelah berhasil menahan serangan pertama, kondisi mentalnya semakin tenang dan gerakannya semakin luwes.
Tekanan psikologis yang sebelumnya diberikan Pisau Tuhan padanya sudah lenyap sama sekali. Kini Han Sen semakin mudah menahan serangan trans-dimensi itu.
Pada detik ini, Han Sen merasa seolah-olah telah menguasai pola operasi alam semesta, bagai mampu melakukan segala yang diinginkannya.
Tiba-tiba, Han Sen menyimpan Perisai Medusa dan hanya menggunakan Pedang Cahaya Dingin untuk melawan Pisau Tuhan itu. Bahkan dia tak lagi bertahan, melainkan mulai menyerang balik.
Dang! Dang! Dang!
Pedang dan pisau saling beradu di udara tanpa henti, gelombang energi yang dihasilkan membentuk celah dimensi di langit. Luar biasanya, Han Sen hanya dengan sebilah pedang berhasil mengimbangi Pisau Tuhan yang memiliki keunggulan 1 detik, dengan serangan langsung alih-alih menghindar atau blokir pasif seperti sebelumnya.
"Sekalipun kau bisa menghantamku yang 1 detik lalu, versi diriku saat itu tetap akan menahan pedangmu!" Kata Han Sen dengan hati yang telah sepenuhnya lega. Pedang Cahaya Dinginnya menari-nari bebas, terus berbenturan dengan Pisau Tuhan.
Wan'er membuka mulut kecilnya lebar-lebar, memandang Han Sen yang sedang bertarung dengan Pisau Tuhan dengan ekspresi tak percaya. Ia belum pernah melihat Pisau Tuhan terdesak hingga tingkat seperti ini, seolah-olah senjata suci itu benar-benar diredam.
Dang!
Kilatan pedang menyambar udara, Pisau Tuhan terpaksa terbang mundur dengan kasar. Jurus pedangnya mulai menunjukkan tanda-tanda kekacauan.
"Pisau Tuhan benar-benar diredam!" Baru sekarang Wan'er yakin, senjata legendaris itu memang berhasil ditekan oleh orang asing ini.
Detik berikutnya, Wan'er menyaksikan Pisau Tuhan tiba-tiba berbalik arah menuju langit berbintang, namun dihujam habis-habisan oleh kilatan pedang Han Sen, menggagalkan rencana pelariannya.
"Pisau Tuhan... ternyata ingin kabur..." Wan'er hampir-hampir tidak percaya pada penglihatannya sendiri. Keinginan kabur dari senjata sakti yang tak terkalahkan ini sama sekali tak terbayangkan sebelumnya, namun kini terungkap jelas di hadapan matanya.
Han Sen menebaskan pedangnya berulang kali, membuat Pisau Tuhan terus-menerus mundur kalah. Tapi yang membuat Han Sen mengerutkan kening adalah material pembuatan Pisau Tuhan itu. Meski sudah menebasnya berkali-kali dengan pedang cahaya dingin sempurna berintensitas tinggi, ternyata tidak ada satupun luka yang tertinggal di tubuh senjata itu.
"Meski sudah memecahkan teknik Pembunuhan Lintas Ruang-Waktu, tapi aku tidak bisa menghancurkan raga Pisau Tuhan. Pada akhirnya ini belum bisa disebut kemenangan." Han Sen diam-diam mengerutkan kening, memikirkan metode khusus untuk menghancurkan Pisau Tuhan.
