"Pertaruhan terbaik adalah habis-habisan." Setelah berkata dengan suara dingin, Ishara mengayunkan gigi pisau kristal ke arah Han Sen.
Semburan energi pedang ungu berubah menjadi iblis jahat yang menggeram dan mencoba menelan, dalam sekejap sudah menghantam hingga di depan Han Sen.
Han Sen tersenyum tipis, menggunakan sarung pisau di tangannya sebagai pisau, dan menghantamkan tebasan yang sama persis.
Tapi Han Sen tidak menggunakan kekuatan Gigi Pedang, hanya mengarahkan tenaga murni untuk menghantam Kekuatan Gigi Mutlak Ishara.
Dor!
Dua aliran energi bertabrakan di antara bintang-bintang, energi pedang berbentuk iblis ungu langsung terbelah oleh sarung pisau di tangan Han Sen, berubah menjadi sinar ungu yang meliuk-liuk sebelum menghilang dalam kehampaan.
"Ishara memang sudah mencapai tingkatan Pecah Kepompong. Pencapaian seperti ini mungkin telah melampaui leluhur Suku Rebeite di masa lalu." Puji Han Sen dalam hati.
Ishara sepertinya sudah tahu sejak awal bahwa serangan ini takkan mengalahkan Koin Emas. Pada Gigi Pedang yang terbuat dari gigi makhluk aneh itu, mulai memancarkan gelombang kekuatan misterius.
Bukan, seharusnya bukan Gigi Pedang yang bergetar, melainkan ruang di sekelilingnya yang bergelombang.
Energi pada Gigi Pedang justru tidak bocor, malah menjadi semakin terkendali sehingga seluruh energi di langit berbintang mulai terkonsentrasi ke arah bilah itu.
Gigi Pedang yang semula transparan seperti giok, kini perlahan terkontaminasi warna ungu tua, seolah taring iblis jahat yang menjulur dari Neraka.
"Fluktuasi energi ini mirip Kekuatan Gigi Mutlak, tapi ada perbedaan. Apa kekuatan ini?" Han Sen sedikit terkejut, namun segera menyadari: "Gigi Pedang itu sendiri baru mencapai level mitos parsial. Ishara sudah mencapai tahap pecah kepompong. Bagian selanjutnya pasti membutuhkan eksplorasi dan modifikasi mandiri. Inikah hasil modifikasinya? Apa bedanya dengan Gigi Pedang sebelumnya?"
Han Sen tidak terburu-buru menyerang. Ia juga ingin tahu kekuatan sebenarnya dari jurus pedang hasil modifikasi Ishara di dasar Gigi Pedang tersebut.
Sorot mata Ishara yang penuh agresivitas mengawasi ketat Han Sen, gelombang pada Gigi Pedang di tangannya semakin melemah, namun warnanya semakin pekat, ungu pekat itu terlihat hampir seperti hitam.
Di hati Han Sen ternyata muncul debaran halus, itu adalah reaksi intuitif yang hanya muncul saat menghadapi bahaya, membuat raut wajahnya semakin serius.
"Bukankah kamu ingin bertaruh? Mari kita lihat, bisakah kamu bertahan hidup di bawah tebasan pedangku ini." Ishara mengangkat Gigi Pedangnya yang mirip taring iblis jahat tinggi-tinggi, lalu menebaskannya ke arah Han Sen.
Han Sen menyaksikan seberkas energi pedang yang tercipta dari rantai keteraturan itu menyambar secepat kilat, lebih tipis seratus kali lipat dibanding helai rambut, hampir tak terlihat oleh mata telanjang orang biasa.
Tapi Han Sen merasa merinding, jalur energi pedang itu ternyata langsung membelah kehampaan, lebih mengerikan daripada teknik pemotongan ruang aliran dimensi.
Energi pedang datang terlalu cepat, Han Sen pun tak sempat ragu. Sarung pisaunya mengerahkan tenaga, menghantam energi pedang tipis seperti benang itu.
Tanpa suara, sarung pisau yang tingkat kekerasannya mutlak menyaingi harta mitos itu, seketika terpotong oleh secuil energi pedang. Energi mengerikan itu terus melesat ke tubuh Han Sen tanpa jeda.
Raga Han Sen secara intuitif bereaksi secepat itu. Dengan gerakan menghindar halus, energi pedang mengerikan itu menyentuh bahunya. Baju zirah bahu dan sepotong daging pun terpotong.
Energi pedang itu terus memanjang ke luar, sementara di area yang dilalui energi pedang tersebut, semburat warna ungu mulai menyebar. Persis seperti tinta yang jatuh ke dalam air, perlahan-lahan menguar dan mewarnai seluruh air di sekitarnya.
Kehampaan bukanlah air, dan tak mungkin ternoda. Warna ungu mengerikan itu ternyata langsung merobek kehampaan, bahkan terus-menerus merobek tanpa henti.
"Kapan kekuatan Gigi Mutlak menjadi sebegitu mengerikan? Bahkan mampu merobek kehampaan secara terus-menerus?" Banyak petarung kuat yang termitosis memandang kehampaan yang terus terkoyak itu dengan jantung berdebar kencang.
"Itu bukan murni kekuatan Gigi Mutlak. Ada asimilasi dengan sifat pemotongan dari Zhengmou. Bahkan koin emas tak mampu menahan ketajamannya. Rupanya Sang Ratu Pisau Tajam telah meningkatkan kekuatan Gigi Mutlak ke tingkat baru. Kekuatan ini sudah tidak kalah dengan teknik gen destruktif paling top di Alam Semesta Raya." Tuan Istana Surgawi tersenyum lega sambil mengusap janggutnya.
“Dia selalu menyaksikan Ishara dengan kagum, bahkan bermaksud menjadikan Ishara sebagai murid langsung. Meski karena beberapa persoalan akhirnya tidak berhasil membuat Ishara menjadi muridnya, namun upayanya dalam melatih Ishara dilakukan tanpa menyisakan tenaga.”
“Di masa lalu mungkin biasa saja, namun setelah Ishara membawa Suku Rebeite bergabung dengan Istana Surgawi, dia hampir memperlakukan Ishara layaknya murid langsung. Kalau tidak, sekalipun bakat Ishara luar biasa, mustahil bisa naik level secepat ini.”
“Gigi Pedang yang mengerikan, setelah ini pantas disebut sebagai gen top Alam Semesta Raya.” Pangeran Kedua Huang Bai Buyi juga berdecak kagum.
Kehampaan terus-menerus dirobek, bersamaan dengan itu luka besar di bahu Han Sen juga terus terkoyak. Dengan kekuatan raga transformasi varietas langka-nya, lukanya masih terkoyak sedikit demi sedikit. Warna ungu menyebar di dalam luka, membuatnya terbelah inci demi inci, seolah mulut iblis neraka yang sedang menganga.
“Energi pedang yang sungguh dahsyat, tapi dengan tingkat energi pedang seperti ini ingin membunuhku, terlalu meremehkan Koin Emas ini.” Postur Han Sen tak bergerak, tapi luka di bahunya tiba-tiba membeku, tak lagi menyebar ke sekeliling, seolah luka dan energi pedang di atasnya terhenti dalam frame.
Han Sen memaksa menghentikan operasi gir alam semesta, tenaga di lukanya pun secara alami berhenti. Tapi tenaganya belum cukup kuat untuk membalikkan gir alam semesta, sehingga tetap tak bisa membuat luka itu menghilang.
"Satu tebasan tak mempan, maka tebas sekali lagi!" Disertai suara Ishara yang dingin bagai embun beku, pisau giginya kembali diayunkan.
Tak ada strategi pertahanan, murni jurus pedang ofensif yang lahir hanya untuk memenggal musuh. Nyatanya dia memang tak butuh bertahan - dengan daya penghancuran mengerikan dari pisau gigi baru yang mampu memotong dan merobek segala zat, selama dia bisa lebih dulu mengenai musuh dan langsung mengeksekusi, itulah pertahanan terbaik.
Han Sen memegang sarung pisau yang sudah patah di tangannya, dalam hati tersenyum pahit: "Dia bukan bermaksud merebut sarung pisau, tapi benar-benar ingin membunuhku."
Saat hendak mengayunkan sarung pisau itu lagi, tiba-tiba merasakan keanehan. Tampak di bagian yang patah, ada kilatan cahaya tak wajar berkedip-kedip.
"Ada apa ini?" Energi pedang sudah menyambar, membuat Han Sen tak sempat memeriksa sarung pisau. Dengan gerakan gesit, tubuhnya menghindar dari cahaya pedang itu.
Di detik Han Sen menghindar, pisau gigi Ishara melesat bagai jalinan kilat ungu yang saling bersilangan. Jejak energi pedang yang membentuk kilat ungu di udara tidak menghilang, malah terus merobek ruang hingga langit berbintang tertutupi jaring laba-laba ungu raksasa.
