Han Sen: Super God.
Tubuh Perang Genetik: Transformasi Varietas Langka (Level Transformasi Kupu-Kupu).
Peringkat: Mitos.
Tingkat evolusi: 0 persen.
Umur: 2658.
Han Sen melirik data dirinya. Setelah memastikan dirinya telah naik ke level Transformasi Kupu-Kupu, barulah dia menghela nafas lega.
Namun yang membingungkan Han Sen, meski gagal menjadi Tuhan, transformasi aneh di mata kirinya tidak hilang. Mata kiri yang telah melebur dengan Mata Huangji Ba Dao tetap memandang dunia dalam hitam-putih, bertahan dalam status pasca-metamorfosis.
Han Sen mengeluarkan cermin dan melihat, tidak menemukan perbedaan mencolok antara mata kiri dan kanan. Hanya pupil mata kirinya lebih hitam sedikit, bagian putihnya lebih putih. Tanpa pengamatan seksama, hampir tak terlihat perbedaan di antara keduanya.
"Asalkan tidak ada masalah, sudah cukup." Han Sen juga tidak serakah. Menurutnya, kenaikan statusnya ke Tuhan hanyalah masalah waktu, tak perlu tergesa-gesa.
Dengan konsentrasi penuh, mantra-mantra langsung terpisah dari raganya. Status transformasi varietas langka pun diumumkan berakhir, memulihkan tubuh sejati Han Sen.
"Akhirnya kembali normal!" Hatinya berbunga-bunga. Saat memeriksa sumber dayanya, ditemukan empat postur tempur semuanya telah mencapai level Transformasi Kupu-Kupu, sinkron dengan status transformasi sebelumnya.
Meski segalanya kembali normal, kini muncul persoalan baru: Han Sen masih berada di dalam Klan Huangji dengan identitas Bayi Suci. Tapi sekarang dia tak bisa lagi berubah kembali ke wujud itu - ini benar-benar masalah pelik.
“Sebelumnya sibuk meningkatkan postur tempur, sampai-sampai hal ini terlupakan.” Han Sen sedikit pusing, untuk sementara belum menemukan solusi yang baik.
Status transformasi varietas langka telah dipulihkan, tapi Han Sen dalam kondisi ini berisiko dikenali sebagai Koin Emas. Jika dia meninggalkan Istana Sembilan Penjaga dan terlihat orang, kemungkinan besar akan memicu kerusuhan di dalam Klan Huangji.
Saat sedang resah, tiba-tiba melihat siluet Tuhan muncul di Istana Sembilan Penjaga, berjalan perlahan ke arah sini. Entah bagaimana caranya Dia masuk.
Tapi alasan Han Sen bisa melihat Tuhan adalah karena mata kirinya. Jarak antara Tuhan dengan istana tempatnya berada masih cukup jauh.
“Aneh, Tuhan ternyata berwarna putih?” Han Sen merasa bingung. Meski telah menyebabkan penderitaan begitu banyak makhluk, nilai dosa pada tubuh Tuhan justru putih bersih tanpa noda, sama sekali tidak terdeteksi indikator kejahatan.
“Entah bagaimana Mata Huangji Ba Dao menilai nilai dosa?” Han Sen merasa heran, diam-diam menggerutu dalam hati.
Keluar dari istana, ia menyambut arah kedatangan Sang Dewa. Melihat Han Sen, Sang Dewa mengamatinya sebentar lalu tersenyum: “Selamat atas Transformasi Kupu-Kupumu.”
“Tak perlu ucapan selamat. Kini transformasiku berhasil, raga anak-anak tak bisa dipulihkan lagi. Para anggota Klan Huangji takkan mengenaliku, entah apakah ini akan menimbulkan masalah.” jawab Han Sen.
“Masalah itu mudah diatasi. Aku akan mengajarkanmu teknik gen transformasi. Dengan ini, kau bisa mengubah postur tubuh sesukamu. Selama kau tak menunjukkan kelemahan tersembunyi, bahkan petarung Tingkat Dewa pun takkan melihat celahnya.” Sang Dewa berkata sambil tersenyum.
“Apa syaratnya?” Han Sen bertanya dengan waspada.
“Tak ada syarat.” Sang Dewa menggelengkan kepala.
“Jangan, lebih baik kamu sebutkan harganya. Aku suka yang diberi harga jelas, barang tak ternilai harganya takut tidak sanggup membayar.” Han Sen menggelengkan kepala berkali-kali. Mengambil untung dari Tuhan tidak semudah itu.
“Baiklah, karena kamu sangat bersikeras, aku akan mengajukan syarat.” Tuhan terdiam sejenak sebelum melanjutkan, “Mulai sekarang, makhluk hidup pertama yang mengucapkan tiga kata 'Aku mencintaimu' di hadapanmu, kamu tidak boleh membunuhnya dan harus membiarkannya sekali. Menurutmu syarat ini masuk akal?”
“Siapa yang akan mengucapkan tiga kata ini di hadapanku?” Keraguan terpancar di pupil Han Sen. Dia tidak percaya Tuhan benar-benar bisa melihat masa depan. Jika Tuhan memang bisa melihat segalanya, bagaimana mungkin Han Jingzhi dan anggota dari Timur Lin bisa mengalahkannya dulu?
Tapi jika Tuhan tidak bisa melihat masa depan, mengapa dia mengajukan syarat sulit dipahami seperti ini?
“Entahlah. Kamu setuju?” Tuhan tersenyum.
“Setuju!” Han Sen mengangguk mengiyakan. Sekalipun Tuhan punya kalkulasi tersembunyi, selama hanya tidak membunuh, pasti tidak akan terlalu berpengaruh.
"Teknik gen ini berasal dari sihir transformasi ras Nammu, saya melakukan sedikit revisi. Bisa dibilang sihir transformasi yang cukup menarik. Transformasi ini benar-benar mengubah postur tubuh, bukan menggunakan ilusi. Jadi pada dasarnya sulit ditembus, kecuali kamu sendiri menunjukkan kelemahan tersembunyi..." Tuhan mengajarkan mantra sihir transformasi kepada Han Sen.
Sihir transformasi membutuhkan kontrol tubuh yang sangat tinggi. Dalam hal ini Han Sen memang memiliki keahlian khusus. Tak lama kemudian dia sudah beradaptasi dengan cepat dan dengan mudah menguasai teknik tersebut.
"Bakat yang benar-benar luar biasa. Sihir transformasi ini memiliki persyaratan tinggi untuk bakat dan gen. Hanya ras Nammu dan beberapa ras langka dengan bakat serupa yang bisa menguasainya. Tak kusangka kamu juga bisa memasuki tahap awal dengan mudah. Tampaknya genmu memang benar-benar istimewa." Tuhan memandangi Han Sen yang telah berubah menjadi Bayi Suci sambil berdecak kagum.
Han Sen langsung paham - mengajarkan sihir transformasi sebenarnya adalah bentuk tes dari Tuhan.
"Untuk apa kamu datang ke sini?" Han Sen bertanya sambil menatap Tuhan.
“Bukankah sebelumnya sudah berjanji akan mengajarkanmu metode penggunaan Citra Ilahi? Sekarang persiapanku sudah lengkap.” kata Tuhan.
“Bagaimana cara menggunakan Citra Ilahi? Apakah membutuhkan alat khusus?” tanya Han Sen.
“Tidak perlu serumit itu. Menjadikan Citra Ilahi sebagai sarung pisau hanyalah cara darurat. Sebenarnya Citra Ilahi sendiri memiliki kemampuan materialisasi. Hanya saja untuk mengaktifkan kemampuan ini, bagi makhluk selain Tuhan diperlukan prosedur khusus. Ikutlah aku.” Tuhan berbalik sambil melangkah di udara.
Di bawah kakinya, muncul tangga-tangga batu kuno yang membentang tak terhingga menuju kehampaan. Han Sen pun tak bisa melihat apa yang ada di ujung kehampaan itu.
Tapi Han Sen paham, jika Tuhan memaksanya masuk, perlawanannya sia-sia. Dengan mantap ia mengikuti Tuhan menapaki anak tangga batu, langkah demi langkah menuju kedalaman kehampaan.
Setelah menginjak tangga batu, Han Sen merasa seolah memasuki dunia lain. Ketika berbalik untuk melihat kembali, Istana Sembilan Penjaga sudah tak terlihat.
Menengadah ke ujung tangga, kini terlihat sebuah istana mistis mengapung di sana. Dari kejauhan, Han Sen melihat plakat kuno bertuliskan "Kuil Tian Luo" tergantung di bagian atas bangunan.
"Kuil Tian Luo... Apa hubungan tempat ini dengan Teng Tian Luo?" Kebingungan sekilas melintas di hati Han Sen, membuatnya menatap seksama kuil di hamparan kosong itu.
Setelah diamati lebih dalam, ternyata kuil tersebut teranyam dari sulur-sulur duri purba yang memfosil. Warna abu-abu kebiruannya membuatnya mirip batu jika tidak diperhatikan seksama.
Tuhan melangkah di atas tangga batu hingga tiba di depan Kuil Tianluo. Dengan santai Ia mendorong pintu kuil itu, membuat Han Sen langsung menyaksikan sebuah patung dewa yang terpajang megah di aula utama - sosok Teng Tian Luo.
