Seluruh proses terlihat sangat mengerikan sekaligus ajaib. Han Sen hanya bisa menonton daging dan tulang Teng Tian Luo dibentuk kembali sedikit demi sedikit, akhirnya membentuk Teng Tian Luo baru.
Dibandingkan dengan cangkang kosong sebelumnya, Teng Tian Luo yang kini memiliki citra ilahi ini memancarkan vitalitas mengerikan dari seluruh tubuh dewanya. Kekuatan yang terasa mirip dengan kesan pertama Han Sen saat bertemu Kaisar Di Jun dulu, tapi sepertinya ada perbedaan.
"Lho!" Tampak terkejut, Tuhan mulai mengamati Teng Tian Luo yang terlahir kembali, seolah menemukan sesuatu yang sangat tak terduga.
"Ada apa?" Han Sen berbalik bertanya.
"Sepertinya ada masalah dengan Teng Tian Luo..." Tuhan berkata sambil mengerutkan kening, sorot matanya terus menyapu tubuh Teng Tian Luo.
"Masalah apa?" Jantung Han Sen berdebar, seolah menyadari sesuatu.
“Di dalam tubuhnya... tidak ada yang tepat...” Tuhan menyorotkan pandangan tajam pada Teng Tian Luo yang terlahir kembali, suaranya terdengar ganjil.
"Yang tepat? Apakah sama dengan 'yang tepat' pada varietas langka di Istana Sembilan Penjaga?" tanya Han Sen.
Tuhan mengangguk perlahan: "Bisa dikatakan sama. Sebelumnya aku memberitahumu bahwa 'yang tepat' adalah titik ketidakpastian dalam genetika makhluk hidup. Deskripsi itu kurang akurat. Sebenarnya aku pun tidak bisa menjelaskan secara persis seperti apa sebenarnya 'yang tepat' itu, karena keberadaannya sendiri bersifat abstrak."
"Misalnya, garis keturunan ayah dan ibu menentukan genetikamu. Tapi sekalipun kembar identik yang berasal dari pasangan orang tua sama, gen mereka tidak akan sepenuhnya identik. Selain itu, seiring bertambahnya usia, sifat asli dan raga mereka akan tumbuh ke arah masing-masing. Penentu semua ini adalah 'yang tepat'." jelas Tuhan.
"Perbedaan genetik pada kembar sendiri adalah hal yang normal, kan?" Han Sen ragu-ragu bertanya. Ia masih belum memahami definisi 'yang tepat' sepenuhnya.
Tuhan berpikir sejenak lalu berkata: "Mungkin contoh ini kurang tepat. Kamu pasti tahu tentang makhluk hasil kloning gen? Secara teori, makhluk kloning gen seharusnya memiliki sifat asli yang sama persis dengan organisme aslinya. Tapi kenyataannya, jika kita membiarkan makhluk kloning itu tumbuh bebas, dia akan cepat membentuk ciri khas yang berbeda dari tubuh aslinya, atau bisa disebut kepribadian yang berbeda. Ini juga ditentukan oleh tepat."
Han Sen mendengarkan dengan setengah mengerti setengah tidak. Namun masalah ini memang benar tidak bisa diungkapkan langsung dengan bahasa, juga tidak ada satu kata yang akurat bisa menggambarkannya.
Tuhan jelas juga tahu Han Sen sulit memahaminya, lalu menunjuk ke Teng Tian Luo yang telah dibentuk ulang seraya berkata: "Seperti Teng Tian Luo, dia yang terlahir kembali seharusnya memiliki roh dari Teng Tian Luo sebelumnya. Artinya, Teng Tian Luo yang baru ini adalah kelanjutan kehidupan yang sama dengan sebelumnya. Tapi sekarang Teng Tian Luo yang terlahir kembali tidak memiliki roh lagi, sama saja menganggapnya sebagai salinan genetik Teng Tian Luo. Raga mungkin sama, namun dalam arti tertentu, dia bukan lagi Teng Tian Luo yang dulu."
"Apa bedanya?" Han Sen sepertinya mulai paham, hatinya seperti tersentuh pencerahan.
"Perbedaan terbesar bagimu adalah, dia tidak akan mengingat kamu yang membunuh dirinya sebelum kelahiran kembali. Bahkan jika tahu, dia tidak akan ambil pusing. Karena tanpa roh sebelumnya, dia tidak akan ikut merasakan emosi tentang kejadian yang menimpa Teng Tian Luo masa lalu, bahkan tidak akan menganggap Teng Tian Luo sebelumnya sebagai dirinya sendiri," kata Tuhan.
“Kalau begitu, tidak ada roh justru bagus, apakah dia tidak akan memiliki roh selamanya?” Han Sen berseri-seri mendengarnya.
“Tanpa roh masih pantas disebut Tuhan? Selama itu makhluk hidup, pasti akan menghasilkan roh. Tapi roh yang dihasilkan bukan lagi roh sebelumnya, dan tidak akan sepenuhnya sama dengan roh sebelumnya.” Tuhan mengawasi Teng Tian Luo sambil berkata.
Tibalah saat itu, cahaya hijau di altar dewa telah menghilang. Proses kelahiran kembali Teng Tian Luo selesai. Seperti Tuhan, dia berdiri di atas altar dengan anggun, perlahan membuka mata.
Han Sen awalnya mengira meskipun Teng Tian Luo tidak ingat masa lalu, seharusnya dia tidak akan melewatkan makhluk yang berani masuk ke kuil. Tapi siapa sangka sorot mata Teng Tian Luo hanya menyapu sekilas tubuh Han Sen, lalu tertuju pada Sang Tuhan.
Di detik berikutnya, pemandangan yang hampir tak bisa dipercaya terjadi, membuat Han Sen ternganga.
Tubuh raksasa Teng Tian Luo tiba-tiba melonjak turun, lebih cekatan dari kelinci. Badan besarnya merangkak di tanah, kedua tangan menyembah dengan dahi menyentuh bumi, seluruh raganya masih gemetar.
Han Sen terkejut dalam hati. Meski sebelumnya dia merasa Tuhan ini lebih kuat dari dewa seperti Teng Tian Luo, tapi tak menyangka Teng Tian Luo langsung ketakutan seperti melihat hantu begitu melihat-Nya, lebih parah dari tikus ketemu kucing.
Tikus yang ketemu kucing setidaknya masih berani kabur. Tapi sikap Teng Tian Luo sekarang bahkan kabur pun tidak berani, hanya bisa terus merangkak sambil gemetaran di tanah.
"Ayo, waktu sudah hampir habis. Masih ada beberapa pertandingan seru yang ingin kita tonton." Tuhan itu tak menghiraukan Teng Tian Luo, hanya mengangkat pinggangnya malas sebelum melangkah keluar kuil.
Han Sen melirik Teng Tian Luo yang masih berlutut tak berani menegakkan kepala, barulah mengikuti Shen keluar dari Kuil Tian Luo.
Setelah meninggalkan Kuil Tian Luo, Han Sen beberapa kali menoleh ke belakang. Selama masih bisa melihat bayangan kuil itu, sosok Teng Tian Luo di dalam terus merangkak tanpa bergerak, sama sekali tak berani bangkit.
Saat menginjak undakan batu terakhir, pemandangan di hadapan Han Sen berubah drastis, mengembalikannya ke dalam kompleks Istana Sembilan Penjaga.
"Janjiku sudah kutepati. Untuk pertandingan selanjutnya, semangat terus ya! Aku yakin kamu bisa." Shen tersenyum manis sambil menatap Han Sen.
"Aku juga yakin pada diriku sendiri." Han Sen meraba hidungnya dengan geli.
Shen hendak kembali ke taman, sementara Han Sen beralasan ingin berburu varietas langka. Setelah memastikan Shen benar-benar pergi, ia segera melakukan pengamatan internal laut jiwa untuk memeriksa Jiwa Suci Tuhan milik Teng Tian Luo.
“Mungkinkah Jiwa Suci Tuhan sebenarnya adalah 'roh' yang dimaksud Tuhan? Karena kehilangan Jiwa Suci-nya, Teng Tian Luo yang terlahir kembali tidak memiliki roh lagi, sehingga harus memulai proses kesuburan untuk menciptakan roh baru?” Han Sen bergolak berbagai pemikiran: “Kalau begitu, apakah roh binatang sebenarnya juga sejenis roh? Hanya saja milik spesies level rendah?”
“Tunggu... Tuhan pernah mengatakan makhluk mutan di Istana Sembilan Penjaga tidak memiliki roh... Lalu ke mana roh mereka menghilang? Bagaimana kaisar-kaisar Klan Huangji sebelumnya menyedot roh mereka? Jika roh binatang benar-benar adalah roh, mengapa manusia bisa langsung menyedot roh makhluk mutan hanya dengan membunuh mereka, bahkan roh Tuhan pun tersedot...” Berjuta-juta pikiran melesat di benak Han Sen, semakin dipikir semakin membuatnya merinding.
Han Sen merasa seolah telah menangkap benang merah, namun karena minimnya informasi, tidak mampu menyusun gambaran utuh. Seperti menyaksikan bayangan di balik selembar kertas, tapi tak sanggup melihat jelas wujud aslinya.
“Tampaknya semua ini hanya bisa diketahui setelah aku mencapai Tingkat Dewa dan masuk ke Kuil Gen.” Han Sen menghela nafas pelan, mencoba mengalihkan pikirannya. Dia tahu overthinking bukan hal baik, meningkatkan kekuatan diri sendiri adalah yang terpenting.
“Apa sebenarnya guna Tian Luo Shen Qiang ini?” Han Sen mencoba menyimpan senjata itu ke laut jiwanya. Ternyata berhasil, senjata itu tersimpan layaknya roh binatang. Dengan konsentrasi, senjata itu kembali muncul di tangannya.
“Memang benar, senjata citra ilahi bisa disimpan di laut jiwa.” Raut wajah Han Sen semakin rumit.
