Para petarung kuat dari berbagai ras tahu pertempuran ini seharusnya segera berakhir. Jin Bi hanya memiliki satu pilihan: menyerah. Mustahil baginya menghindari serangan Dewa Zirah Surgami lagi, sehingga hanya bisa dipenggal.
Dewa Zirah Surgawi yang terburu-buru ingin kembali memurnikan citra ilahi-nya, tak punya mood untuk bermain-main dengan Han Sen. Langsung ia menghantamkan pedangnya ke arah Han Sen.
Han Sen sama sekali tidak berniat menyerah dan mundur dari medan pertempuran berbintang. Setelah mengamati cukup lama, meski masih belum bisa menentukan batas maksimal kekuatan Dewa Zirah Surgawi, satu hal yang pasti: Tubuh Dewa Zirah Surgawi yang telah bersatu dengan Ksatria Abyss masih mempertahankan beberapa karakteristik Ksatria Abyss. Hanya saja setelah integrasi dengan citra ilahi, tubuh Ksatria Abyss dipaksa berevolusi hingga mencapai tingkat Dewa.
Sebenarnya, Dewa Zirah Surgawi saat ini hanyalah makhluk Tingkat Dewa belaka, bukanlah sosok yang mutlak tak terkalahkan.
Melihat cahaya pisau yang merobek langit dan bumi sudah berada di hadapannya, Han Sen merentangkan tangannya dan sebuah tombak tulang hijau zamrud muncul di genggamannya, langsung menusuk ke arah cahaya pisau itu.
"Terlalu dipaksakan, tenaga level Transformasi Kupu-Kupu sekuat apapun tetap sulit menghadapi Tuhan secara frontal." Wanita dari Istana Surgawi mengerutkan kening.
Banyak orang memiliki kekhawatiran serupa, dari sudut pandang manapun memang terlihat terlalu dipaksakan.
Tapi saat tombak dan cahaya pisau bertabrakan, semua orang terkejut menyaksikan sinar tombak itu ternyata berhasil menembus cahaya pisau, bagai aurora yang menyambar-nyambar, membawa sang pengguna tombak melesat secepat kilat hingga berada di hadapan Dewa Zirah Surgawi, menusuk langsung ke lengan yang memegang sarung pisau.
Dewa Zirah Surgawi sama sekali tidak menyangka kejadian seperti ini akan terjadi, sudah terlambat untuk menarik tangan, terpaksa menggunakan baju zirah di lengannya untuk menahan tusukan tombak itu.
Kres!
Dewa Zirah Surgawi membayar harga untuk Kesombongan dan sikap meremehkannya - seberkas cahaya hijau menusuk zirahnya, dalam sekejap menyelinap masuk hingga seluruh mata tombak menembus lengan beserta zirahnya.
Kesakitan yang dirasakannya membuat cengkeramannya pada sarung pisau melemah, direbut oleh Han Sen dengan satu tangan. Secara bersamaan tubuhnya menyusut mundur secepat kilat seperti burung phoenix.
Menyaksikan aliran darah suci dari lengan Dewa Zirah Surgawi, baik Panglima Istana Surgawi maupun Kaisar Putih sama-sama menunjukkan ekspresi terkejut. Sorot mata mereka tertuju pada tombak tulang Tianluo di genggaman Han Sen.
"Senjata Ilahiah!" raut wajah Dewa Zirah Surgawi berubah masam. Tatapannya membara mengamati tombak tulang Tianluo itu. Di luka tangannya, tunas tanaman merambat hijau muda perlahan mulai bertumbuh.
Namun berbeda dengan Han Sen yang dulu bisa membunuh varietas langka dengan sekali tembakan, tunas tanaman merambat di lengan Dewa Zirah Surgawi tumbuh sangat lambat, baru menyembul sedikit tunas muda.
"Tampaknya para dewa pun tak bisa sepenuhnya menahan kekuatan senjata gen dewa." Hati Han Sen langsung tenang. Selama para dewa bisa terluka, tak ada yang perlu ditakuti.
"Senjata gen dewa!" Di seluruh Alam Semesta Raya, banyak kaum kolot dan petarung kuat yang bersembunyi diam-diam langsung berubah pucat mendengar gumaman Dewa Zirah Surgawi.
Siapapun yang tahu apa itu senjata gen dewa, pasti mengerti betapa sulitnya mendapatkan persenjataan berbasis gen langka itu.
"Tidak mungkin itu senjata gen dewa asli? Dengan level koinku, dia seharusnya belum mampu lolos ke Kuil Gen! Bagaimana mungkin dia punya senjata gen dewa?" Wanita dari Istana Surgawi itu terkejut.
"Kalau para dewa sendiri yang mengatakannya langsung, pasti tak ada yang salah. Koin Emas ini semakin menarik." Istana Surgawi memicingkan matanya, mengamati Han Sen dan senjata Tianluo Shen di tangannya.
“Menarik!” Lou Lie dengan sorot mata menyala-nyala mengawasi ketat Han Sen.
“Senjata citra ilahi?” Ekspresi Kaisar Putih terlihat aneh, tak terbaca isi hatinya.
“Bagaimana mungkin... Itu tidak mungkin senjata citra ilahi sungguhan?” Makhluk Bulu Hijau terlihat kaget.
“Tidak mungkin itu senjata citra ilahi asli? Mungkinkah koin emas itu pernah lolos ke Kuil Gen? Membunuh dewa?” Di sudut dunia kegelapan, Si Tua Elang dan Bibi Mei menunjukkan raut wajah aneh.
“Pernahkah kalian melihat senjata citra ilahi itu? Jangan-jangan peninggalan generasi sebelumnya?” Bibi Mei bertanya pada Si Tua Elang.
“Sepertinya bukan, sebelumnya tidak ada tombak seperti itu,” Si Tua Elang langsung menggelengkan kepala.
“Bukan peninggalan lama, berarti dia benar-benar lolos ke Kuil Gen lalu membunuh dewa dan berhasil kabur? Ini mustahil.” Bibi Mei menggelengkan kepala.
Tiba-tiba, para petarung kuat di seluruh alam semesta memusatkan sorot mata mereka pada Senjata Dewa Tianluo, raut wajah mereka berubah-ubah tidak stabil.
"Bagaimana pun caramu mendapatkan senjata dewa itu, siapapun dirimu, hari ini kamu harus mati!" Dewa Zirah Surgawi menatap Han Sen dengan tatapan tajam, pupil matanya memancarkan niat membunuh yang hampir berubah menjadi wujud nyata.
Kilauan api ungu-hitam di sekujur tubuhnya semakin hari semakin kuat, tunas-tunas muda yang baru mulai mencuat itu ternyata berhenti tumbuh di bawah tekanan cahaya, bahkan sarung pisau yang berada di tangan Han Sen pun meronta-ronta ingin terbang kembali ke Dewa Zirah Surgawi.
Han Sen mengerahkan seluruh tenaganya untuk menekan sarung pisau itu, mencegahnya melesat ke arah sang dewa.
Boom!
Kilauan api di tubuh Dewa Zirah Surgawi menyembur bagaikan gunung berapi meletus. Di bawah kekuatan dahsyat yang mengalir deras, baju zirah logam di tubuhnya meleleh menjadi cairan besi, menetes dari tubuhnya dan jatuh di langit berbintang bagaikan hujan meteor.
Tentakelnya bergerak gemulai sementara Dewa Zirah Surgawi bergerak perlahan ke arah Han Sen. Kecepatannya tidak tinggi. Setelah baju zirahnya meleleh, terlihatlah dada telanjang yang perkasa. Di atas dada itu, tulang-tulang mulai menonjol dari daging, membentuk lapisan tulang luar.
Lapisan tulang luar itu transparan bagaikan kristal ungu, namun warnanya perlahan semakin gelap. Tampaknya materialnya sangat mirip dengan bahan pembuat Sarung Kehampaan. Tak lama kemudian, sebuah breastplate ungu dari tulang luar sepenuhnya muncul di dada Dewa Zirah Surgawi, melindungi posisi dada depannya.
Rupa baju zirah tulang luar itu seperti dua baris tulang rusuk ungu yang saling terhubung, masing-masing pihak memiliki tujuh tulang rusuk, terlihat simetris, tapi sebenarnya bagian kiri kekurangan satu batang.
"Ternyata anggota itu memang Dewa Zirah Surgawi!" Seru anggota Klan Huangji serentak saat melihat baju zirah tulang luar yang kekurangan satu tulang rusuk, langsung memastikan identitas Dewa Zirah Surgawi. Semua menggigit gigi dengan amarah.
"Tampaknya sarung pisau itu dibuat dari satu tulang rusuk baju zirah tulang luar tersebut. Satu tulang saja sudah memberikan efek luar biasa, bagaimana jika dua baris tulang ini semuanya dibabat..." Han Sen memicingkan matanya menatap tanpa tedeng aling-aling ke arah Dewa Zirah Surgawi, sama sekali tidak menyembunyikan pandangannya meskipun aura dari tubuh dewa itu sedang meledak hebat.
Bzzzt!
Sarung Kehampaan yang selama ini ditekan Han Sen tiba-tiba melepaskan tenaga yang sulit dibayangkan, dengan gemilang melepaskan diri dari cengkeraman telapak tangan Han Sen, lalu terbang melesat menuju Dewa Zirah Surgawi.
Han Sen membuka telapak tangannya, terlihat luka dalam yang tampak tulangnya di sana. Luka itu ditinggalkan saat Sarung Kehampaan memaksakan diri melepaskan diri dari genggamannya.
"Tenaganya sungguh dahsyat!" gumam Han Sen dalam hati.
Sarung Kehampaan melayang di hadapan Dewa Zirah Surgawi, mendarat tepat di bagian tulang yang patah. Ia tersusun rapi di lapisan tulang luar bagai tulang rusuk lainnya, perlahan menyatu dengan bagian tulang yang patah hingga akhirnya menjadi bagian dari zirah tersebut.
Hanya saja tulang yang berubah menjadi sarung pisau itu masih terlihat berbeda dari tulang rusuk lain. Mengingat ia telah melalui proses pembuatan menjadi sarung, sulit baginya untuk segera pulih ke bentuk semula.
"Penghina Tuhan, matilah." Dewa Zirah Surgawi memandangi Han Sen bak dewa yang agung. Aura mengerikan menyebar dari tubuhnya, lapisan tulang luarnya memancarkan cahaya berpuluh ribu meter seolah menyatu dengan kehampaan semesta. Gemuruh suara ilahinya mengguntur menghunjam bagai halilintar.
"Astaga... Apa yang sebenarnya terjadi..." Banyak makhluk yang tidak tahu kebenaran tertegun seperti patung. Tekanan aura yang menyebar dari tubuh Dewa Zirah Surgawi bahkan membuat mereka yang berada di luar medan pertempuran hampir tak bisa menahan diri, keringat dingin menetes di dahi mereka.
Makhluk lemah dengan ketahanan mental rendah sudah lunglai ketakutan di tanah.
