Boom!
Cahaya ungu membelah cakrawala, berubah menjadi retakan langit keunguan di kehampaan. Suara ratapan bisu menggema ke seluruh alam semesta.
"Fenomena Langit Berbintang... Itu Fenomena Langit Berbintang... Yang dibunuh Koin Emas... Ternyata benar-benar seorang dewa..." Seluruh makhluk dari berbagai ras di Alam Semesta Raya tercekat menyaksikan fenomena langit berbintang di kehampaan itu.
Makhluk-makhluk biasa yang sebelumnya masih setengah percaya tentang identitas Dewa Zirah Surgawi, kini tak lagi memiliki keraguan setelah kemunculan fenomena langit berbintang.
"Ya Tuhan, benarkah Koin Emas membunuh dewa?!"
"Koin Emas Manusia! Siapa yang bisa memberitahu, sebenarnya ras manusia itu seperti apa?"
“Benar-benar gila, fenomena langit berbintang lagi, era ini memang sudah gila, mungkinkah kita akan mengulangi kekacauan Era Tanah Suci?”
……
Para petarung kuat yang benar-benar mengerti makna Dewa Zirah Surgawi, saat ini hanya menatap tajam fenomena langit berbintang dengan wajah masam, bahkan minat untuk bicara pun hilang.
Seekor varietas langka level Transformasi Kupu-Kupu, ternyata berhasil membunuh Tuhan, bahkan memiliki senjata citra ilahi di tangannya. Mereka sangat ingin tahu, sebenarnya apa asal-usul Koin Emas ini.
Tapi banyak petarung kuat yang diam-diam menggunakan berbagai taktik, tetap tidak bisa melacak latar belakang Koin Emas yang sebenarnya.
“Bagaimana mungkin jiwa Teng Tian Luo ada dalam dirinya, dan bisa dikendalikannya? Kekuatan apa yang membatasi jiwa Teng Tian Luo?” Tuhan merenung sambil mengawasi Han Sen.
Setelah pertempuran ini berakhir, nama Koin Emas menggema di seluruh Alam Semesta Raya.
"Koin emas itu agak aneh, kalau penguasa gunung kecil berhadapan dengannya mungkin akan ada sedikit masalah." Makhluk Bulu Hijau berkata dengan ekspresi serius. Meski sangat yakin pada kekuatan Golden Roar, setelah melihat Han Sen membunuh Dewa Zirah Surgawi, keyakinannya 100% bahwa Golden Roar bisa meraih posisi pertama mulai goyah.
Wanita di sampingnya berkata tenang, "Kemampuannya membunuh Dewa Zirah Surgawi bukan sepenuhnya kekuatan diri sendiri, melainkan mengandalkan teknik gen yang aneh dan senjata citra ilahi itu. Levelnya jelas masih Transformasi Kupu-Kupu. Meski senjata citra ilahi kuat, dioperasikan oleh tubuh Transformasi Kupu-Kupu, tak mungkin mengalahkan penguasa gunung kecil. Adapun teknik gen itu, kekuatannya mirip dengan aliran hukum klan Huangji generasi kedua dulu. Kekuatan semacam itu tak berguna bagi penguasa gunung kecil, tak perlu khawatir."
"Memang begitu, tapi aku merasa anggota bernama Koin Emas ini sangat aneh caranya, sepertinya akan ada masalah." Makhluk Bulu Hijau mengerutkan kening. Tapi ia tak bisa menjelaskan dengan jelas masalah apa sebenarnya yang akan terjadi.
Han Sen kembali ke dalam taman, Tuhan menatapnya dengan ekspresi seolah tersenyum tapi juga menangis.
Han Sen tahu tereksposnya Teng Tian Luo pasti akan menimbulkan kecurigaan Tuhan, jadi dia tak merasa terkejut.
Tapi di luar dugaan Han Sen, meski Tuhan terus mengawasinya, sama sekali tidak mengajukan pertanyaan.
"Kamu tak ingin menanyakan sesuatu?" tanya Han Sen penasaran sambil memandang Tuhan.
"Jika ingin bicara, tak usah kutanya pun akan kau ceritakan. Jika tak ingin, ditanya pun takkan kau jawab. Lalu untuk apa aku bertanya?" Tuhan berkata dengan datar.
"Bukankah kamu ahli bernegosiasi? Mungkin dengan tawar-menawar aku mau bicara," ujar Han Sen sambil tersenyum.
Tuhan menggelengkan kepala halus, tersenyum manis: "Aku lebih suka mengungkap rahasia sendiri, lebih menarik seperti ini."
Han Sen tertegun sejenak. Persiapan yang telah dibuatnya sama sekali tak berguna. Tiba-tiba dia bingung harus berkata apa.
"Teng Tian Luo memiliki kuil, Dewa Zirah Surgawi seharusnya juga punya ya? Bisakah kau membawaku pergi lagi sekali?" Di tangan Han Sen masih ada dua citra ilahi. Jika tidak ke kuil, citra ilahi itu sepertinya tidak berguna. Setidaknya saat ini Han Sen belum menemukan metode untuk memurnikan citra ilahi.
Tuhan menggelengkan kepala: "Tidak bisa. Kalau mau ke sana, kamu harus bertarung masuk sendiri."
"Bagaimana cara bertarung masuk?" tanya Han Sen.
"Setelah masuk ke Kuil Gen, kamu akan mengerti dengan sendirinya." Tuhan tersenyum manis.
Han Sen pasrah. Dia memang sudah menduga kuil itu berada di dalam Kuil Gen. Tapi untuk bisa menembus masuk ke Kuil Gen, Han Sen yang sekarang benar-benar belum punya keyakinan diri.
Tanpa bicara lagi, Han Sen melanjutkan pengamatan terhadap perang para dewa di sesi berikutnya, mengamati lawan-lawan potensialnya.
Karena lawan di putaran berikutnya belum menentukan pemenang, Han Sen juga belum tahu siapa yang akan dihadapi. Tapi siapapun itu pasti sulit dilawan. Kompetisi Prasasti Suci Gen sudah mencapai tahap ini, sama sekali tidak ada pihak yang lemah lagi. Pada dasarnya semuanya adalah mitos tingkat top.
Di dalam salah satu istana Klan Huangji, Bangsawan Agung Gu Yuan membungkuk dan berkata: "Yang Mulia, teknik mata yang digunakan koin emas itu sepertinya mirip dengan Mata Huangji Ba Dao milik leluhur kedua kami. Bukankah Yang Mulia Bayi Suci yang telah melebur dengan Mata Huangji Ba Dao seharusnya ahli dalam teknik gen semacam ini?"
"Kamu curiga Bayi Suci adalah koin emas itu?" Kaisar Putih meletakkan pulpen di tangannya, menegakkan kepala untuk memandang Bangsawan Agung Gu Yuan.
"Kedua peristiwa ini memang memiliki beberapa kemiripan. Meski Yang Mulia Bayi Suci belum tentu adalah koin emas itu, namun mengingat koin emas bisa mengalahkan Tuhan dengan kekuatan hukum, mungkin Yang Mulia Bayi Suci juga mampu." Bangsawan Agung Gu Yuan menjelaskan.
"Hm, persoalan ini akan kubicarakan sendiri. Apakah Bangsawan masih ada urusan lain?" Kaisar Putih berbicara perlahan-lahan.
Bangsawan Agung Gu Yuan merenung sejenak lalu berkata: "Di Bidang Mutenya Bintang, perkembangan sudah ada. Saya telah menghitung posisi pintu masuk bekas Tanah Suci, tapi menemukan sedikit masalah."
“Masalah apa？” Kaisar Putih mengerutkan kening bertanya.
“Pemimpin Istana Surgawi juga pernah muncul di sekitar sana, mungkin dia sudah menemukan lokasi pintu masuk. Mohon Yang Mulia membuat keputusan.” Gu Yuan berkata.
Kaisar Putih merenung sejenak lalu berkata: “Sementara jangan bertindak. Jika Istana Surgahi masuk, biarkan mereka lebih dulu. Kita ikuti dari belakang.”
“Baik, hamba paham.” Setelah memberikan barang-barang, Gu Yuan mundur keluar dari istana.
“Santo Bayi?” Setelah Gu Yuan pergi, Kaisar Putih merenung lama. Tangannya terulur seolah ingin mengambil sesuatu, tapi akhirnya ditarik kembali sambil menggeleng: “Sudahlah. Karena sudah dimulai, tak ada jalan kembali. Hanya bisa terus melangkah.”
Han Sen mengira Kaisar Putih pasti akan mencarinya, minimal menanyakan tentang Mata Huangji Ba Dao. Tapi ternyata Kaisar Putih sama sekali tidak datang.
“Mungkinkah tenaga mata kiriku benar-benar berbeda dengan Mata Huangji Ba Dao, sampai-sampai Kaisar Putih pun tidak curiga?” Kebingungan muncul di hati Han Sen.
Seolah membaca pikiran Han Sen, Tuhan di sampingnya tersenyum bahagia: "Klan Huangji pasti punya kecurigaan padamu, tapi selama Kaisar Putih ada, sekalipun ada yang curiga, mereka tak bisa berbuat apa-apa."
“Lalu Kaisar Putih sendiri tidak curiga?” tanya Han Sen.
“Dia tentu tidak curiga.” Tuhan berkata dengan tegas.
“Kenapa?” Han Sen masih bingung, tak mengerti alasan Kaisar Putih tidak meragukannya.
“Karena dia tahu kamu adalah Koin Emas. Fondasi utama tak perlu diragukan.” God tertawa.
“Hah, lalu kenapa dia bahkan tidak bertanya sekalipun?” Kebingungan Han Sen tidak berkurang dengan jawaban ini.
“Karena tak perlu ditanya. Entah kamu Koin Emas atau bukan, itu tidak penting baginya. Yang dia butuhkan hanyalah kamu terus bertahan.”
“Kenapa dia ingin aku bertahan?” Han Sen semakin tidak paham.
Tuhan tersenyum tanpa menjawab, lalu beralih topik, "Menang satu putaran lagi, kamu bisa masuk 100 besar Prasasti Gen Suci. Tidak ada rasa pencapaian?"
