Saat Han Sen sedang khawatir pada Golden Roar, tiba-tiba ia melihat Golden Roar membuka mulutnya. Tapi kali ini, Dia tidak menggigit Kepala Suku Tai Shang.
Dari mulut Golden Roar, cahaya keemasan mulai memancar. Aliran sinar emas menyembur deras, dan di antara pancaran itu, perlahan-lahan muncul sebuah benda yang terdorong keluar.
Han Sen hanya melihat sebagian sudut berwarna emas, dihiasi ukiran megah namun mengerikan. Semakin lama benda itu muncul, semakin jelas terlihat bahwa yang keluar dari mulut Golden Roar itu ternyata sebuah gerbang emas raksasa.
Gerbang itu seluruhnya terbuat dari logam yang mirip emas, tingginya mencapai tiga ratus meter. Di pintunya terukir pola-pola aneh dan mistis yang menimbulkan perasaan campur aduk antara kekaguman dan ketakutan yang sulit diungkapkan. Han Sen tidak memahami arti pola-pola itu, tapi kepala monster di gagang pintu itu ia kenal - persis wujud Golden Roar.
Seluruh Gerbang Emas diselimuti cahaya keemasan redup, membuat tepiannya tak jelas terlihat. Yang mengerikan, dari sudut manapun dilihat, hanya bagian depannya yang terlihat. Seolah gerbang ini tidak memiliki belakang, atau bagian belakangnya telah menyatu dengan kehampaan di alam semesta paralel.
"Kenapa Golden Roar menyembunyikan gerbang emas di perutnya?" Han Sen juga bingung, tak tahu apa fungsi sebenarnya gerbang itu.
Kepala Suku Tai Shang mengerutkan kening memandangi Gerbang Emas, sepertinya juga tidak mengenali benda ini.
"Apa sih itu?"
"Aneh, klan Roar yang terkenal dengan kekerasan, tak pernah terdengar menggunakan harta mutan. Tapi Golden Roar ini ternyata bisa menggunakannya. Entah apa kemampuan pintu emas itu?"
Para makhluk di semesta juga berbisik-bisik, tapi tak ada yang pernah melihat pintu emas. Diskusi pun tak berujung. Bahkan keluarga elit Klan Atas seperti Huangji dan Tai Shang mengawasi ketat pintu itu, ingin tahu fungsi sebenarnya.
Dang!
Raungan rendah Golden Roar membuat cincin pintu terpental, mengeluarkan suara berat seperti pukulan palu.
Setelah bunyi cincin itu, pintu emas perlahan terbelah dengan kres, memancarkan kilauan keemasan dari celahnya.
Mata semua orang membelalak, mengawasi celah pintu dengan ketat, ingin tahu apa yang ada di dalam.
Gerbang Emas perlahan terbuka, baru saja membuka celah seukuran tinju, semua orang hanya sempat melihat kilauan keemasan, sama sekali tidak sempat melihat jelas isi di dalamnya. Tiba-tiba, suara aneh terdengar dari arah Kepala Suku Tai Shang.
"Ini..." Kepala Suku Tai Shang mengawasi Gerbang Emas dengan tatapan tajam, raut wajaknya berubah drastis. Detik berikutnya, gelombang energi misterius dari tubuhnya menyebar bak air pasang.
Semua orang mengira Kepala Suku Tai Shang akan melancarkan serangan balik. Tapi siapa sangka, tubuhnya tiba-tiba bergerak merobek kehampaan dan langsung menerjang keluar dari Medan Pertempuran Berbintang.
Seluruh Alam Semesta Raya mendadak hening bagai kuburan. Tak ada yang percaya, Kepala Suku Tai Shang ternyata menyerah sukarela dan kabur dari Prasasti Gen Suci.
"Gila... benda emas apa itu? Belum sempat terbuka saja sudah bisa mengusir Kepala Suku Tai Shang!"
"Iya, aku juga penasaran Gerbang Emas itu sebenarnya apa sih?"
“Frustasi sekali, Kepala Suku Tai Shang mundur terlalu cepat. Sekalipun mau mundur, tunggulah sampai gerbang dibuka biarkan kami melihat apa yang ada di dalam gerbang!”
Semua orang merasa heran sekaligus kesal. Setelah Kepala Suku Tai Shang mundur, Golden Roar langsung membuka mulutnya dan menelan kembali gerbang emas itu. Tak ada yang tahu sebenarnya apa yang ada di dalam gerbang emas tersebut.
“Hmph! Si tua bangka itu cepat juga menyelamatkan diri!” Makhluk Bulu Hijau mencibirkan bibir, namun raut wajahnya penuh kebanggaan: “Memang benar Penguasa Gunung Kecil ini tak terkalahkan.”
Han Sen juga kebingungan. Ia pun tak melihat ada apa-apa di dalam gerbang emas itu, lalu kenapa Kepala Suku Tai Shang sampai ketakutan seperti itu?
“Menarik.” Tuhan hanya memandang Golden Roar dengan penuh minat dan berkata, lalu tak melanjutkan lagi, membuat Han Sen yang menunggu penjelasannya sangat kecewa.
Pertarungan ini membuat nama Golden Roar dan Gerbang Emas seketika meledak di seluruh Alam Semesta Raya. Hanya dengan membuka celah pintu saja sudah berhasil mengusir Kepala Suku Tai Shang, benar-benar rekam jejak yang menakutkan.
Hanya dengan satu pertempuran ini, Golden Roar langsung dianggap sebagai yang teratas di Prasasti Gen Suci. Sulit membayangkan ada yang bisa menggoyang posisinya lagi.
Kenyataannya setelah pertempuran ini, benar-benar tak ada yang berani menantang Golden Roar. Bahkan Kepala Suku Tai Shang saja sampai mundur, rekam jejak seperti ini sungguh terlalu mengerikan.
Ada yang mencoba bertanya pada Kepala Suku Tai Shang apa yang sebenarnya terjadi. Jawabannya hanya satu: "Saat ini tak ada makhluk hidup di Alam Semesta Raya yang bisa menandingi Golden Roar."
Pernyataan ini tersebar luas, membuat reputasi Golden Roar semakin gemilang sekaligus membuat makhluk-makhluk lain semakin waspada. Tak satu pun berani memulai tantangan terlebih dahulu.
Posisi pertama yang seharusnya diperebutkan dengan sengit tiba-tiba menjadi dingin. Justru peringkat di bawahnyalah yang kompetisinya semakin memanas.
Namun yang tak terduga oleh Han Sen, Lou Lie yang berada di peringkat ketiga ternyata menantang Leluhur Iblis di posisi keempat. Tantangan degradasi ini membuat semua terperangah.
Berbagai ras di alam semesta sangat menantikan pertempuran ini. Asal-usul Lou Lie yang sangat mistis menjadikannya Kuda Hitam terbesar dalam kompetisi Prasasti Suci Gen selain Koin Emas.
Adegan Leluhur Iblis memenggal Naga Satu juga menggemparkan seluruh kosmos. Pertarungan keduanya menarik perhatian para petarung kuat multiras.
"Lou Lie pasti anggota Sekte Darah Hidup. Lalu kenapa dia menantang Leluhur Iblis? Mungkinkah mereka curiga ada hubungan antara Leluhur Iblis dengan Suku Asura? Ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menyelidiki latar belakangnya?" Han Sen berpikir keras, hanya kemungkinan ini yang masuk akal. Kalau tidak, tidak perlu melakukan tantangan degradasi ekstrim seperti ini.
Awalnya Han Sen berharap bisa melihat tanda-tanda tertentu dalam pertempuran ini. Tapi siapa sangka Leluhur Iblis sama sekali tidak menerima tantangan dan langsung menyerah.
Yang lebih menggelikan adalah, setelah Leluhur Iblis menyerah, peringkatnya justru naik satu tingkat dari keempat menjadi ketiga, sementara pemenang Lou Lie malah turun ke posisi keempat.
"Aturanmu ini terlalu tidak ilmiah, kan?" Han Sen heran memandang dewa yang sedang santai minum teh di sampingnya.
"Bukankah ini justru menarik?" Sang dewa tersenyum manis.
Tantangan terus berlangsung dengan sengit, tapi perubahan peringkat tidak terlalu signifikan, terutama di sepuluh besar yang hampir tidak ada perubahan.
Setelah mengamati selama lima enam hari, Han Sen melihat hanya satu yang keluar dari sepuluh besar, sementara sembilan lainnya tetap bertahan meski ada sedikit perubahan posisi.
Saat Han Sen yang sudah frustasi menunggu berhari-hari itu hampir putus asa, tiba-tiba cahaya berkilauan muncul di medan pertempuran berbintang - nama Ran Deng dan satu identitas rahasia lainnya menyala terang.
"Ada yang menantang Ran Deng." Hati Han Sen langsung berbunga-bunga. Ia menatap medan pertempuran berbintang, dan benar melihat Ran Deng masuk ke dalamnya. Namun Han Sen tidak melihat adanya pisau tajam di tangannya.
Sebuah siluet lain muncul di atas medan pertempuran berbintang. Itu adalah varietas langka mitos Merak Dewa Ming yang menduduki peringkat ke-99, tepat satu peringkat di atas Han Sen.
