Han Sen tetap berada di Istana Sembilan Penjaga. Waktu yang dibutuhkan untuk mencerna Hantu Waktu jauh lebih lama dibandingkan saat mencerna varietas langka level Transformasi Kupu-Kupu.
Tapi imbalan yang diberikan varietas langka Tingkat Dewa kepada Han Sen juga sangat melimpah. Setelah menelan seluruh Hantu Waktu, Han Sen total mendapatkan empat belas poin gen ilahi. Sedangkan menelen varietas Kupu-Kupu biasa, paling banyak hanya dua atau tiga poin saja.
Sayangnya Han Sen tidak menemukan varietas langka Tuhan lainnya di dalam Istana Sembilan Penjaga. Ingin mencoba lagi pun tidak ada kesempatan.
Saat keluar dari Istana Sembilan Penjaga, Han Sen menemukan Bao Ying ternyata sedang menunggunya di luar pintu istana.
"Kenapa kamu di sini?" Han Sen mengawasi Bao Ying sambil bertanya.
"Yang Mulia memintamu menghadap setelah keluar." Jawab Bao Ying.
"Kaisar Putih ingin menemuiku? Apakah ini saatnya berterus terang?" Han Sen diam-diam membuat hipotesis di hati, lalu mengikuti Bao Ying menuju lantai teratas Menara Huangji tempat Kaisar Putih sekarang berada.
Han Sen merasa sedikit bingung, entah mengapa Kaisar Putih ingin menemuinya di puncak Menara Huangji.
Menara Huangji adalah ruang latihan khusus kaisar-kaisar Klan Huangji. Selain kaisar, bahkan istri dan anak-anak kaisar sekalipun tidak diizinkan masuk sembarangan.
Fakta bahwa Kaisar Putih bersedia menemui dirinya di tempat seperti ini menunjukkan pasti ada persoalan penting yang akan terjadi pada momen ini.
Han Sen sendiri menyadari mungkin saat ini dia belum sebanding dengan Kaisar Putih, tapi setidaknya dia punya keyakinan bisa kabur dengan selamat. Meski demikian, dia tetap memasuki menara itu dengan langkah penuh kehati-hatian.
Bao Ying tidak ikut masuk karena sama sekali tidak memiliki kualifikasi untuk mendekati Menara Huangji.
Interior Menara Huangji terkesan sangat sederhana. Seluruh dindingnya terbuat dari batu bertekstur mirip giok kuning yang memancarkan aura kesahajaan lembab, bertolak belakang dengan gaya arsitektur megah nan penuh ornamen khas wilayah Klan Huangji pada umumnya.
Di sini tidak terlihat tumpukan harta langka maupun varietas mutan kuat. Bahkan material langka pun jarang ditemui, hanya beberapa perabot sederhana yang terhampar.
Han Sen berjalan hingga ke lantai teratas Menara Huangji, tetap tidak melihat barang spesial apapun.
"Bayi Suci sudah datang, masuklah." Suara Kaisar Putih terdengar dari lantai atas, Pintu Batu yang sebelumnya tertutup pun terbuka.
Han Sen melihat Kaisar Putih duduk di podium batu giok kuning, mengenakan pakaian santai yang longgar. Kalau bukan karena aura uniknya, sulit dipercaya ini adalah pemimpin tertinggi Klan Huangji.
"Duduklah." Kaisar Putih menunjuk bangku batu di sampingnya.
"Apa perintah Yang Mulia untuk hamba?" Han Sen langsung duduk tanpa basa-basi.
Kaisar Putih tersenyum bahagia memandangnya: "Memang benar ada urusan penting yang membutuhkan bantuanmu hari ini."
"Kekuatan kecil seperti milikku, apa yang bisa membantu?" tanya Han Sen.
“Kamu seharusnya tahu, aku memiliki banyak pangeran dan putri. Meski tidak bisa dibilang setiap orang memiliki bakat yang luar biasa, tapi dengan perhitungan dipaksakan masih bisa dianggap layak. Jadi ada satu hal yang membuatku sangat tertekan - jika itu kamu, kepada pangeran atau putri mana kamu akan menyerahkan tahta?” Kaisar Putih terlihat benar-benar tertekan sambil menopang dagunya.
Han Sen membeku sejenak: "Ini adalah urusan internal Klan Huangji. Sebagai orang luar, sepertinya aku tidak pantas banyak bicara?"
Han Sen benar-benar tidak menyangka bahwa Kaisar Putih ternyata akan menanyakan masalah ini padanya.
"Kamu adalah satu-satunya muridku, bukan termasuk orang luar. Tidak perlu ada kekhawatiran, katakan saja apa yang ada dalam pikiranmu." Kaisar Putih berkata dengan santai.
Han Sen berpikir sejenak lalu berkata: "Aku tidak banyak memahami pangeran dan putri Anda. Hanya mendengar bahwa yang berbakat terbaik adalah Bai Wuchang, sedangkan yang paling bijaksana adalah Putra Mahkota Bai Wan Jie."
"Dengan mengatakan ini, Han Sen sebenarnya menyimpan sedikit niat jahat. Keduanya adalah saudara kandung yang berasal dari ayah dan ibu yang sama. Jika Kaisar Putih benar-benar memilih di antara mereka, perseteruan antar saudara mungkin tak terhindarkan."
Kaisar Putih seolah membaca pikiran Han Sen, memicingkan matanya sambil menatapnya: "Aku menyuruhmu memilih, bukan memberiku masalah. Kamu hanya perlu menjawab - seandainya menjadi aku, siapakah yang akan kau pilih?"
"Jika menjadi Anda, seharusnya saya akan memilih Bai Wan Jie." Han Sen tahu keraguan kecilnya sama sekali tak berguna di hadapan Kaisar Putih, lalu langsung menjawab tegas.
"Kenapa?" tanya Kaisar Putih dengan mata berbinar penuh rasa ingin tahu.
"Bai Wan Jie sendiri sudah menjadi Putra Mahkota. Mengganti penerus baru hanya akan menimbulkan riak gelombang. Selain itu, Bai Wan Jie sendiri memang sangat kompeten." jelas Han Sen.
"Bukankah kau bilang bakat Bai Wuchang lebih unggul? Mengapa tidak memilihnya?" Kaisar Putih kembali bertanya.
"Bakat sebaik apa pun, itu hanya berlaku dalam hal latihan. Kekuatan fisik yang unggul tidak berarti dia mampu mengelola suatu ras. Dibandingkan dengannya, Bai Wan Jie lebih cocok sebagai pengelola." Sebenarnya ini merupakan pengalaman pribadi Han Sen sendiri, karena dia juga bukan manajer yang kompeten. Urusan manajemennya berantakan, untungnya ada Zero, malaikat kecil, Huangfu Jing, Qin Xuan, dan lainnya yang membantunya. Kalau tidak, baik Bintang Gerhana maupun Taman di Udara, sulit mempertahankan tatanan yang baik, dan masalah internal akan mudah muncul.
Bai Huang mengangguk pelan, tidak melanjutkan topik itu. Setelah terdiam sejenak, dia berkata kepada Han Sen: "Kini Wan Jie dan Wu Chang, serta beberapa pangeran dan putri lainnya telah naik level ke mitos. Aku berencana membuka Tanah Kaisar Pertama bangsaku untuk mereka latihan di sana. Namun Tanah Kaisar Pertama sangat berbahaya, bahkan setelah mencapai level mitos pun sulit kembali hidup-hidup. Karena itu, dibutuhkan pelindung yang bisa menjamin nyawa mereka saat terancam."
“Klan Huangji memiliki banyak jagoan, bahkan tak sedikit petarung Tingkat Dewa? Cukup kirim satu perwakilan saja.” Han Sen paham maksud Kaisar Putih ingin menjadikannya pengasuh, tapi dia benar-benar tidak punya mental sebagai penjaga.
“Mencari petarung kuat untuk melindungi mereka tentu mudah, tapi itu akan membuat mereka ketergantungan psikologis. Tujuan pelatihan jadi tidak tercapai. Jadi hanya kamu yang cocok.” Kaisar Putih tersenyum.
“Saya lebih tidak mampu. Kekuatan saya sendiri saja tak cukup untuk bertahan, apalagi melindungi orang lain?” Han Sen menggelengkan kepala. Daripada buang waktu, lebih baik dia berburu varietas langka untuk isi ulang gen ilahi.
“Kamu mampu, karena kamu adalah Koin Emas.” Kaisar Putih tersenyum manis.
“Rupanya Kaisar Putih sudah lama tahu identitas saya sebagai Koin Emas.” Han Sen tersenyum pahit dalam hati, tidak mengakui maupun menyangkal: “Mengapa Tuan mempercayakan hal sepenting ini pada orang luar? Tidakkah Tuan khawatir saya malah membabat habis para pangeran dan putri itu?”
"Kamu tidak akan, karena kau tak sudi melakukan hal seperti itu." Kaisar Putih berkata dengan tegas.
Han Sen sejenak terdiam tak tahu harus berkata apa. Ia benar-benar tak tahu dari mana keyakinan Kaisar Putih itu, meski terdengar cukup memuaskan.
Kaisar Putih terhenti sejenak, lalu menambahkan dengan senyum manis: "Sekalipun mereka musnah seluruhnya, aku bisa saja melahirkan beberapa lagi. Lagipula usiaku belum terlalu tua."
Han Sen hanya bisa menghela nafas. Karena tak bisa menolak, akhirnya ia menerima tugas ini. Bagaimanapun, ia sudah menerima banyak keuntungan dari Kaisar Putih sehingga sulit untuk mengelak.
Namun Kaisar Putih memberitahu Han Sen bahwa selain melindungi para pangeran dan putri, ia juga bisa berlatih di Tanah Shi Huang yang akan membantu evolusinya.
Han Sen masih setengah ragu, tapi terpaksa mengiyakan.
