Han Sen mengerutkan dahi. Ia tahu jika tidak turun tangan, seluruh anggota pasti akan musnah di sini. Selain itu, ia juga ingin mengetahui hubungan antara gadis pirang ini dengan Wan'er.
Dari energi yang digunakan, jelas berbeda dengan kekuatan Wan'er. Bukan energi keemasan yang saling melengkapi dengan tubuh Super God, melainkan kemampuan menyedot vitalitas makhluk hidup.
Rambut hitam Bai Wuchang telah berubah putih secepat itu, membuatnya benar-benar layak disebut Bai Wuchang (Roh Putih).
Jika terus seperti ini, mungkin dalam lima detik saja nyawanya akan melayang.
Bai Wuchang mati atau tidak, Han Sen tidak peduli. Namun nyawa Bai Wei tak bisa diabaikan begitu saja. Ditambah janji dengan Kaisar Putih, jika ingin tetap menyusup di Klan Huangji, kali ini pasti harus bertindak.
Gadis pirang menghancurkan palu raksasa termitosis Bai Wan Jie dengan satu genggaman. Sorot matanya berkilat, tangan satunya meraih ke arah Bai Wei yang paling dekat.
Bai Wei menggunakan Jurush, pasti hanya dia yang paling dekat dengan gadis pirang itu.
Tarikan mengerikan membuat raga Bai Wei terbang tak terkendali ke telapak tangan gadis itu. Dengan tenang, Bai Wei memancarkan cahaya redup berbentuk busur di sekujur tubuhnya, membuat posturnya berputar cepat untuk melepaskan diri dari gaya tarik.
Tapi baru berputar setengah putaran, tubuhnya sudah tersedot ke telapak tangan gadis pirang. Lehernya kini terjepit erat dalam genggaman gadis itu.
Bai Wei jelas lebih kuat daripada Bai Wuchang. Saat lehernya direnggut, dia masih berusaha menggunakan teleportasi untuk kabur dengan Teknik Shen You yang dipelajari dari Tai Shang.
Tapi energi ruang di tubuhnya berkedip beberapa kali, lalu menghilang bagai percikan api yang dipadamkan air. Ternyata teleportasinya gagal.
Bai Wan Jie dan Bai Lingshuang panik. Tak ada yang menyangka kalau "tidak ada yang mati" di babak terakhir bisa sebegitu mengerikan.
Tanpa bicara, mereka berdua langsung berbalik dan melarikan diri menuju jembatan kayu yang pernah dilalui, meninggalkan Bai Wuchang dan Bai Wei.
Tapi ini bukan sepenuhnya kesalahan mereka. Gadis pirang itu memang terlalu kuat, menunjukkan kekuatan yang dominan. Bertahan hanya berarti bunuh diri.
"Sial!" gumam Bai Wei dalam hati. Dia tahu ajalnya sudah dekat. Sensasi aneh mengalir dari lehernya menuju telapak tangan sang gadis pirang.
Dengan aliran kekuatan dari tubuhnya yang terus berkurang, Bai Wei merasa bahkan tenaga untuk meronta-ronta pun tak ada, hanya bisa gemetar ketakutan di telapak tangan gadis pirang itu.
"Apa aku akan tewas di sini? Aku bahkan belum mengalahkannya?" Bayangan seseorang melintas di kepala Bai Wei. Di ambang kematian, yang dirasakannya bukanlah ketakutan, melainkan penyesalan yang mendalam.
Tiba-tiba, Bai Wei mendengar suara benturan di telinganya bagai tabrakan batu giok. Bersamaan dengan itu, cengkeraman tangan gadis pirang di lehernya terlepas secara tak terduga.
Sebelum sempat memahami apa yang terjadi, Bai Wei merasakan tarikan kuat di punggungnya yang membuatnya cepat menjauh dari gadis pirang tersebut.
Dor! Dor!
Bai Wei dan Bai Wuchang terpelanting ke tanah. Dari posisi terlentang, mereka melihat Santo Bayi berdiri di antara mereka berdua, menatap tajam ke arah gadis pirang itu dengan sikap bak anak dewa yang turun dari langit.
Bai Wan Jie dan Bai Lingshuang sedang melarikan diri, tiba-tiba mendengar suara-suara. Secara tidak sadar mereka menoleh dan melihat Santo Bayi dengan kedua tangannya menarik Bai Wuchang dan Bai Wei kembali, ternyata berhasil menyelamatkan keduanya dari cengkeraman gadis pirang itu. Seketika wajah mereka menunjukkan ekspresi tak percaya.
Keduanya terdiam sejenak, langkah kabur mereka terhenti. Jika Bai Wei dan Bai Wuchang mati, sebenarnya tidak sulit bagi mereka untuk mempertanggungjawabkannya setelah kembali.
Tapi sekarang Bai Wuchang dan Bai Wei masih hidup, jika mereka kabur begitu saja, akhirnya akan meninggalkan noda. Mungkin akan membuat Kaisar Putih menyimpan dendam terselubung.
Meski tidak terus melarikan diri, Bai Wan Jie dan Bai Lingshuang juga tidak berani mendekat lagi, hanya mengamati dari kejauhan.
"Pergilah kalian." Han Sen berkata pada gadis pirang itu, tapi sebenarnya ucapannya ditujukan pada Bai Wuchang dan Bai Wei.
Bai Wei memapah Bai Wuchang yang sudah lemas tak bertenaga. Dengan raut wajah bermacam perasaan, mereka menatapnya sejenak sebelum akhirnya mundur dan melangkah ke jembatan kayu.
Pulau itu pun seketika hanya menyisakan Han Sen dan gadis pirang. Sorot mata dingin gadis itu menatap tajam ke arah Han Sen. Posturnya seketika mengabur di udara, dan ketika muncul kembali, ia sudah berada tepat di hadapan Han Sen. Sebuah tangan menjangkau leher pria itu.
Tanpa disadari, telapak tangan Han Sen telah terentang. Kedua telapak tangan itu saling menghantam.
Sebelumnya, mereka sudah saling beradu telapak tangan dengan kekuatan setara. Tak satu pun unggul. Namun kali ini, Han Sen merasakan daya magnetis kuat dari telapak tangan gadis itu yang terikat erat pada telapak tangannya. Secara bersamaan, ia merasakan sesuatu dari tubuhnya mengalir ke tangan sang gadis.
Bukan kekuatan genetik yang ia pelajari, juga bukan Umur-nya. Sensasi aneh itu begitu samar, sulit dipahami.
"Teknik Pengisapan Arwah!" Han Sen langsung menyadari apa yang sedang disedot oleh gadis itu.
"Ternyata yang disedot gadis ini bukan vitalitas biasa, melainkan semangat makhluk hidup. Pantas saja Bai Wuchang yang berambut putih tetap awet muda."
Karena vitalitasnya tidak menua, yang merosot hanya semangatnya. Setelah semangat menipis, kesannya seperti kehilangan vitalitas padahal tidak.
"Mungkinkah varietas langka di Istana Sembilan Penjaga semuanya kehilangan semangat karena disedotnya?" Jutaan pikiran melintas di otak Han Sen. Bidang Dongxuan-nya bekerja maksimal, namun semangatnya tetap tersedot.
Han Sen segera menyadari: semangat bukan bagian dari gir alam semesta. Sekalipun dia menghentikan seluruh gir dengan bidang Dongxuan, semangatnya tetap disedot gadis pirang itu.
Han Sen mencoba beberapa jenis tenaga berbeda secara kontinu, namun tak satupun bisa menghentikan penyedotan semangat oleh gadis itu.
Han Sen mengerutkan dahi. Ini pertama kalinya ia menyaksikan kekuatan seperti ini, sebelumnya tak pernah menemui lawan yang seperti itu.
Sambil berkonsentrasi penuh, Han Sen mengaktifkan Genetika Naratif. Kekuatan stabilisasi penuh abadi menyelimuti tubuhnya, berharap bisa mencegah kebocoran energi spiritual.
Begitu kekuatan stabilisasi penuh abadi berefek, tarikan kuat di tangan gadis pirang itu langsung menghilang. Energi spiritualnya tidak lagi bocor.
"Genetika Naratif ternyata benar-benar efektif! Pantas disebut sebagai penemuan Santo untuk melawan Tuhan. Memang memiliki fungsi khusus terhadap energi spiritual." Hati Han Sen berbunga-bunga. Awalnya ia hanya mencoba dengan sikap setengah hati, tak menyangka hasilnya begitu memuaskan.
Gadis pirang itu masih menggenggam telapak tangan Han Sen. Tapi dari tangan kirinya tak lagi bisa menyerap energi spiritual. Ekspresi datarnya pecah oleh keraguan di pupilnya, sepasang mata keemasannya menatap tajam ke arah Han Sen.
