Meski cukup banyak varietas langka mitos di bidang ilahi, bertemu dengannya sepenuhnya bergantung pada hoki. Han Sen kembali dua kali ke sana, berputar-putar selama beberapa hari, tetap tak bisa menemukan Badai Tuhan lagi.
"Tampaknya berburu varietas Kupu-Kupu di bidang ilahi agak sulit. Di wilayah mana lagi yang banyak varietas level tingginya?" Dalam otak Han Sen langsung muncul satu nama.
Bidang Mutenya Bintang, tempat itu ibarat surganya varietas level tinggi. Berbagai varietas langka mitos bertebaran, hanya saja masing-masing sepertinya berada dalam status Amuk, sehingga sangat berbahaya.
Namun dengan kekuatan Han Sen saat ini, justru tidak perlu terlalu khawatir.
"Xiao Hua seharusnya berada di Bidang Mutenya Bintang. Dengan kekuatanku sekarang, asalkan bisa menemukannya, sangat mungkin aku bisa menyelamatkannya dari cengkraman kucing tua itu." Han Sen bertekad untuk pergi ke Bidang Mutenya Bintang.
Dulu dia tidak pergi bukan karena tidak ingin menyelamatkan, juga bukan karena tidak peduli pada Xiao Hua, melainkan karena kemampuannya belum memadai. Jika tewas di Bidang Mutenya Bintang, keluarga mereka akan bangkrut.
Dengan mengetahui Xiao Hua belum dalam bahaya jiwa untuk sementara, Han Sen hanya bisa terus menahan diri sambil meningkatkan kekuatannya.
"Sekarang sudah waktunya." Setelah mengatur jadwal Taman di Udara secara garis besar, Han Sen bersiap untuk menuju Bidang Mutenya Bintang.
Sebenarnya tidak banyak yang perlu diatur. Sejak Qin Xuan datang ke Alam Semesta Raya, dia terus membantu mengelola berbagai urusan. Kini Taman di Udara pun diurusnya dengan terorganisir dengan baik, membuat Han Sen si pemimpin yang jarang terlibat langsung ini sedikit merasa malu.
“Sayangnya, Ning Yue yang sudah dipaksa ditingkatkan ke dasar, ternyata masih belum bisa melepaskan diri dari pengaruh pedang kecil hijau itu. Bilah pedang hijau itu lebih kuat dari perkiraan.” Han Sen justru berharap Ning Yue cepat membaik, karena peran yang bisa dimainkan Ning Yue dalam kondisi baik sangatlah besar.
Ling Er dikirim kembali ke Alliance oleh Han Sen. TK akan segera dimulai, dia harus kembali bersekolah dan tidak bisa terus bertahan di alam semesta.
Meski konstitusi fisik Ling Er cukup kuat untuk bertahan hidup di alam semesta, bahkan fase larva-nya lebih mampu beradaptasi dengan lingkungan alam semesta daripada kebanyakan makhluk alam semesta, tapi Han Sen tetap berharap masa kecilnya dihabiskan di Alliance yang bebas perang dan pertarungan sengit.
Setelah mempersiapkan beberapa kebutuhan pokok, Han Sen sedang hendak menggunakan perpindahan antarbintang untuk menuju ke sekitar Bidang Mutenya Bintang. Tiba-tiba punggungnya terasa berat - Bao'er telah menempel di punggungnya. Sepasang tangan kecil itu memeluk lehernya sambil merengek: "Ayah, Taman di Udara membosankan! Bao'er mau ikut juga!"
"Kali ini terlalu berbahaya. Lebih baik kamu tetap di rumah. Nanti Ayah ajak kamu main lain kali." Meski Bao'er istimewa, Bidang Mutenya Bintang memiliki risiko yang tak terduga. Han Sen sama sekali tidak berniat membawanya.
"Tidak! Sekarang Bao'er harus ikut!" Dengan erat tangan kecilnya terus memeluk leher Han Sen. Tak peduli bagaimana ayahnya membujuk, bocah itu bergeming bagai baja yang telah ditempa, bersikeras ingin menyertai.
"Baiklah, tapi kamu harus patuh. Jangan lari sembarangan seperti dulu." Dengan perasaan pasrah, Han Sen akhirnya menyetujui permintaan bocah itu.
Bao'er sendiri bukanlah pihak yang lemah, apalagi Han Sen masih cukup percaya diri dengan kekuatannya saat ini. Sekalipun tidak bisa mengalahkan musuh, kabur bersama Bao'er seharusnya tidak sulit.
"Hidup Ayah!" Bao'er dengan gembira melompat ke pelukan Han Sen dan mencium keras pipinya.
Han Sen dengan pasrah mengusap kepala kecil Bao'er, ia benar-benar tak bisa berbuat apa-apa terhadapnya.
Ada banyak rute menuju Bidang Mutenya Bintang. Yang paling langsung adalah menggunakan empat kambing perunggu yang bisa membawa masuk ke dalam Bidang Mutenya Bintang, atau membuka gerbang utama dari dalam Alliance.
Namun setelah berpikir matang, Han Sen memilih untuk pergi dari Alam Semesta Raya, menyusuri dari area pinggir ke dalam secara bertahap.
Belakangan ia telah mempelajari banyak data tentang Bidang Mutenya Bintang, sayangnya hampir tidak ada konten substantif - kebanyakan hanya hipotesis dan legenda belaka.
Ini wajar, para petarung level mitos biasa yang masuk ke Bidang Mutenya Bintang saja belum tentu bisa keluar hidup-hidup. Kebanyakan yang berani ke sana adalah petarung kuat di atas level Transformasi Kupu-Kupu. Bagaimana mungkin mereka akan asal mengunggah pengalaman mereka di Bidang Mutenya Bintang ke internet? Data-data itu adalah rahasia yang bernilai sangat tinggi.
Langit berbintang yang suram, di mana-mana terlihat bangkai instrumen raksasa dan planet-planet penuh lubang. Hamparan luas langit terlihat seperti sedang turun salju.
Tentu saja tidak mungkin benar-benar turun salju di angkasa. Serpihan abu-abu keputihan berbentuk serpihan salju yang melayang-layang di angkasa itu, Han Sen pun tak tahu apa sebenarnya. Terlihat agak mirip abu vulkanik.
Ini adalah area pinggiran Bidang Mutenya Bintang. Meski baru memasuki wilayah itu sebentar, kesunyian maut yang terasa sudah menimbulkan perasaan tidak nyaman di hati.
Sebuah bangkai kapal perang melayang perlahan di sabuk meteor langit berbintang, sesekali menghantam meteor di atasnya dan mengeluarkan suara gedebuk yang berat.
Bangkai kapal perang dan meteor itu tertutup rapat oleh debu keabu-abuan. Baru setelah proses tabrakan, sebagian bagiannya yang telanjang terlihat.
"Entah seberapa jauh jarak Taman Qilin Suci Timur dari sini?" Han Sen pernah mengunjungi reruntuhan Taman Qilin Suci Timur sebelumnya, tapi jalur kali ini berbeda sehingga tidak sampai ke sana.
"Ayah, apa itu?" Bao'er duduk di bahu Han Sen, jari mungilnya menunjuk ke arah bangkai kapal perang itu.
Han Sen mengikuti arah jari Bao'er. Tampak bangkai kapal perang yang telah ditabrak banyak meteor itu, debu abu-abu keputihan setebal ini yang menyelimutinya kini berserakan seperti longsor salju.
Itu adalah kapal perang berbentuk setengah bola yang sudah rusak di banyak bagian, seperti apel yang setengahnya sudah digigit beberapa kali.
Karena debu yang berhamburan, terlihat sebuah celah di mana cahaya oranye samar-samar menyembul keluar. Cahaya itu berbentuk cincin yang berkedip tak menentu, sehingga menarik perhatian Bao'er.
Han Sen terbang mendekat dengan hati-hati sambil mengaktifkan bidang Dongxuan, terus-menerus memindai bangkai kapal perang untuk mengantisipasi keberadaan varietas langka di dalamnya.
Untungnya kekhawatiran Han Sen tidak terbukti. Hingga ia memasuki kapal melalui celah itu, tak ada aura makhluk aneh yang terdeteksi.
Bagian dalam kapal berantakan dengan kabel-kabel putus dan instrumen rusak di mana-mana. Sebagian besar benda tertutup debu keabu-abuan.
Kilatan cahaya jingga kemerahan yang berkedip-kedip itu berasal dari sebuah sudut ruangan. Han Sen menggerakkan tangannya, memindahkan berbagai fragmen yang melayang di sudut itu. Di bawahnya terlihat barang yang bersinar, ternyata sebuah boneka kain yang menggemaskan.
Boneka itu berbentuk gadis kecil dengan rambut hitam dan mata besar, mengenakan gaun kecil yang cantik. Namun karena penuh debu abu-abu keputihan, terlihat sangat lapuk.
Sumber cahaya jingga kemerahan itu terletak di dada boneka, tepatnya pada liontin kalung di lehernya. Liontin tersebut memiliki batu permata jingga kemerahan yang berkedip seperti lampu neon.
Han Sen menggerakkan tangannya, membuat boneka beserta kalungnya melayang ke udara. Debu abu-abu keputihan yang menempel berhamburan ke segala penjuru.
