Han Sen mencubit lembut pipi bocah itu sambil tersenyum, "Kamu pikir Ayah tidak tahu? Waktu di sekitar Pedang Hukuman Ilahi itu, kamu sudah ingin kabur, bukan?"
Wajah Bao'er langsung masam penuh kekesalan, "Bao'er cuma lihat Ayah tertarik dengan taman kesehatan itu, pengin mencabutnya buat hadiahin Ayah."
"Kamu bisa mencabutnya?" Han Sen memandangnya dengan tatapan terkejut.
"Rasanya seharusnya bisa." Bao'er mengangguk mantap.
"Lalu kenapa tidak kamu lakukan?" Han Sen penasaran. Sangat tidak biasa melihat Bao'er bisa menahan diri tidak menyerang.
"Soalnya ada orang-orang jahat tadi." Yang dimaksud "orang jahat" tentu saja Bangsawan Agung Gu Yuan dan kroni-kroninya.
“Kamu memang sangat cerdik.” Han Sen dengan haru mengusap kepala Bao'er: "Tak perlu terburu-buru. Saat kita pulang nanti baru mencabut taman kesehatan itu pun tidak terlambat."
Han Sen baru menyadari alasan Bao'er bersikap begitu pendiam selama perjalanan - ternyata karena kehadiran Gu Yuan dan kawan-kawannya.
Memasuki lautan sampah, Han Sen langsung merasakan bidang Dongxuan-nya terkompresi besar-besaran. Berbagai arus kacau tenaga di wilayah ini begitu chaos, bahkan bidang Dongxuan pun sulit memanjang keluar. Jangkauan maksimalnya hanya seribu meter, dan akan semakin buruk ketika terkena gangguan energi kacau.
"Pantas saja Gu Yuan enggan terus bersama. Di tempat seperti ini, tak ada yang berani membawa bom waktu di sisinya." Sambil terus mengamati sekeliling, Han Sen melangkah dengan penuh kewaspadaan.
Di sekeliling dipenuhi fragmen logam, kristal, material sintesis, dan sebagainya. Yang besar ada bangkai mesin dan bangunan rusak, yang kecil berbagai macam barang. Banyak barang yang bahkan Han Sen tidak tahu apa itu.
Setelah melewati pilar batu besar yang patah, Han Sen melihat di depan laut sampah terdapat lingkaran energi mirip lubang hitam yang bergerak. Lubang hitam itu lebih besar dari planet tempat taman kesehatan tertancap, menyedot berton-ton sampah ke dalamnya.
Meski Han Sen masih jauh dari pusaran energi itu, tarikan kuatnya sudah bisa dirasakan.
"Pusaran energi yang mengerikan! Sekalipun petarung Tingkat Dewa tersedot masuk, mungkin sulit kabur ya?" Han Sen menjauhi orbit pusaran energi, tak berani mendekat.
Di tempat seperti ini, Han Sen bahkan takut menggunakan teleportasi sembarangan, khawatir tidak sengaja masuk ke area pusaran ruang.
**Gemuruh!**
Tak lama setelah berhasil menghindari area lubang hitam itu, Han Sen melihat kilauan seperti kembang api bermunculan di lautan sampah depan. Kilau-kilau itu bagai partikel-partikel cahaya yang terus berpendar, berwarna-warni memancarkan keindahan.
Namun di area tempat partikel cahaya itu berkilauan, sampah-sampah besar justru terbelah-belah. Bukan karena dipaksa, melainkan terurai layaknya mesin yang terpisah menjadi komponen-komponen lebih kecil.
"Apaan sih barang itu?" Han Sen mengerutkan kening diam-diam. Meski bisa melihat gir-gir alam semesta pada titik-titik cahaya itu, sayangnya ia tak memahami makna di balik gir kosmik tersebut.
Saat Han Sen masih dilanda kebingungan, di sisi lain lautan sampah tiba-tiba muncul aliran sungai bunga.
Sungguh sungai bunga hidup, berbagai warna bunga mekar megah di atas bangkai sampah-sampah itu, menutup rapat seluruh permukaan sampah hingga membentuk aliran bunga selebar belasan meter dengan panjang tak terukur. Aliran bunga itu pun terus memanjang seiring waktu.
Meski wilayah ini tak bisa dibilang ruang hampa mutlak, namun jelas bukan tempat di mana tumbuhan biasa dapat bertahan hidup. Apalagi area sekitarnya dipenuhi debu keabu-abuan. Tiba-tiba muncul bunga-bunga mekar di sini, jelas-jelas sesuatu yang tidak normal.
Han Sen memperhatikan lebih dalam. Di hulu sungai bunga itu, seekor ikan mas merah berkepala singa sedang berenang. Kilau merah dari tubuhnya menyorot ke sekeliling, membuat bunga-bunga ajaib langsung bermekaran di atas bangkai sampah yang dilaluinya, menciptakan pemandangan memukau bak lukisan surgawi.
"Varietas langka Tingkat Dewa?" Han Sen mengerutkan kening halus. Sekedar aura yang terpancar dari ikan mas itu saja sudah membuat hati berguncang ketakutan. Sangat mungkin ini memang makhluk legendaris Tingkat Dewa.
Monster ikan mas mengibaskan ekornya, di mana pun dia berada, sampah mundur otomatis membuka jalan, dan baik logam maupun batu terus-menerus ditumbuhi bunga. Saat berenang mendekat, arahnya ternyata langsung mengarah ke posisi Han Sen.
"Tepat waktunya. Dengan membunuh varietas langka Tuhan ini, gen ilahiku mungkin akan mencapai kondisi penuh." Han Sen mencabut Pisau Karma, sambil diam-diam mengerahkan tenaga untuk persiapan perang besar melawan ikan mas itu.
Ketika ikan mas semakin mendekat, Han Sen baru menyadari keanehannya: sisiknya terbuat dari logam merah tak dikenal, namun tubuh dalamnya adalah daging. Ditambah kemampuannya mengendalikan tumbuhan, sulit menentukan klasifikasi varietas langka jenis apa ini.
"Bidang Mutenya Bintang memang mengerikan. Kenapa varietas langka di sini sepertinya multi-bidang?" Saat Han Sen bergumam, ikan mas itu semakin mendekati mereka.
Di atas sampah di sekeliling, benih bunga mulai berakar dan bertunas, memberikan sentuhan vitalitas pada lautan sampah yang abu-abu keputihan.
Han Sen bersiap mengayunkan pedang untuk menghadapi musuh, tiba-tiba melihat ikan mas itu membuka mulut lebar dan menyemburkan sesuatu seperti gelembung air. Gelembung berdiameter belasan meter itu melayang-layang mendekati arah Han Sen.
Pisau Karma di tangan Han Sen memancarkan sinar ungu yang melonjak, serangan taringnya menghantam gelembung itu.
Gelembung itu tipis seolah akan pecah jika tersentuh, tapi energi pedang Han Sen yang menghantamnya justru menembus masuk. Energi pedang itu kemudian berotasi tak henti di dalam gelembung bagai terjebak dalam pusaran.
"Malah punya kekuatan elemen air?" Han Sen sedikit terkejut, benar-benar sulit menentukan varietas langka apa sebenarnya ikan mas ini.
Sambil mengawasi gelembung air yang melayang mendekat, Han Sen menghindar sekaligus menghantamkan satu tebasan ke arah ikan mas itu.
Tapi sebelum energi pedangnya menyentuh ikan mas, makhluk itu sudah melontarkan sejumlah besar gelembung dari mulutnya yang langsung memenuhi area luas dalam sekejap.
Setelah dua kali penghindaran, Han Sen menyadari ruang di sekitarnya telah dikuasai gelembung-gelembung itu. Tanpa celah untuk menghindar, ia mengeluarkan Perisai Medusa untuk melindungi raganya sambil mengaktifkan Medusa's Gaze.
Sosok wanita aneh di permukaan perisai perlahan membuka kedua matanya, memancarkan sinar gaib. Namun ketika cahaya itu menyinari gelembung air, langsung terbiaskan ke segala arah.
Sinar Medusa's Gaze terus memantul dalam gelembung, menciptakan banyak berkas cahaya yang hampir mengenai tubuh Han Sen sendiri, memaksanya bergerak menghindar.
Bleh!
Tapi ruang di sekitarnya sudah dipenuhi gelembung air. Han Sen baru saja sedikit bergerak, langsung menabrak salah satu gelembung.
Perisai Medusa menabrak permukaan gelembung, ternyata langsung terperosok ke dalam. Han Sen dan Bao'er ikut terjebak di dalam gelembung.
Kali ini Han Sen tak berani menggunakan Medusa's Gaze lagi. Menggunakan kemampuan itu di dalam gelembung akan membuat sinar terpantul-pantul, memastikan dia dan Bao'er terkena efek.
Han Sen mengerahkan tenaga, menahan perisai mencoba menerobos keluar dari gelembung. Tapi saat mendekati dinding air, gaya berputar aneh membuatnya terpeleset menyusuri permukaan dalam gelembung seperti sedang berselancar.
Han Sen melesat menjauhi dinding air sebelum akhirnya berhenti. Alisnya berkerut halus: "Kemampuan varietas langka ini benar-benar mengerikan, bahkan bisa menetralkan Medusa's Gaze."
Dor! Dor! Dor!
Saat Han Sen sedang berpikir, gelembung-gelembung air di sekitarnya hancur berkeping-keping, hanya menyisakan gelembung tempat mereka berada yang masih utuh. Ikan mas raksasa itu telah sampai di depan gelembung, mata besarnya hampir menempel pada permukaan gelembung. Diameter pupilnya bahkan lebih panjang dari tinggi badan Han Sen, menatap dengan fiksasi intens ke arah Han Sen dan Bao'er di dalam gelembung.
