Jarak Han Sen dengan ikan mas kecil itu terlalu dekat. Ikan mas besar sama sekali tak sempat bereaksi. Han Sen sudah berhasil membalik dan mendarat di punggung ikan mas kecil. Pedang Cahaya Dingin di tangannya ditusukkan dengan keras ke tulang punggung ikan, tepat di belakang kepala.
Meski tak sekuat ikan mas besar, ikan mas kecil ini tetaplah makhluk mitos alami dengan level yang cukup tinggi. Baru setelah Han Sen mengerahkan Serangan Penuh Tenaga ditambah kekuatan mengerikan Pedang Cahaya Dingin, pedang itu berhasil menembus tulang punggungnya.
Ikan mas kecil itu menggeliat kesakitan. Deretan gelembung air dimuntahkan dari mulutnya. Dari lukanya, darah seperti lava mulai merembes keluar.
Han Sen mencengkeram erat gagang pedang. Tubuhnya tetap menunggangi punggung ikan itu. Tak peduli bagaimana ikan mas kecil itu bergulat, ia tetap tak melepaskan pegangannya.
Ikan mas besar melihat kejadian ini, langsung membentak marah. Sisik logam di punggungnya berdiri tegak, berubah menjadi ribuan cahaya ilahi sisik emas yang bagaikan cahaya pisau memenuhi langit, menghujam ke arah Han Sen untuk mengulitinya hidup-hidup.
Han Sen tetap tenang. Ia erat menggenggam gagang Pedang Cahaya Dingin, lalu menarik dengan keras. Ikan mas kecil yang kesakitan itu tanpa sadar membalikkan tubuhnya mengikuti tarikan bilah pedang, hingga perutnya menghadap ke atas.
Ribuan cahaya ilahi sisik emas yang awalnya menuju Han Sen, dalam sekejap berubah arah melesat ke perut ikan mas kecil itu.
Ikan mas besar yang sangat memahami kemanusiaan ini terkejut. Segera ia menarik kembali semua sisik emasnya, menghentikan cahaya ilahinya dengan gemilang—hanya selisih kurang dari satu meter dari menguliti anaknya sendiri.
Han Sen memutar-mutar Pedang Cahaya Dingin di tangannya. Rasa sakit membuat tubuh ikan mas kecil berguling-guling di dalam air, terus-menerus memuntahkan gelembung dari mulutnya.
Ikan mas besar membelalak marah, tapi sama sekali tak bisa berbuat apa-apa. Begitu menyerang Han Sen, Han Sen langsung menggunakan ikan mas kecil sebagai tameng, membuatnya tak punya celah untuk menyerang.
"Ikan bodoh, bukannya mau menjadikan kami makanan? Ayo...!" ujar Han Sen sambil terus mengaduk-aduk Pedang Cahaya Dingin, berusaha memancing amarah si ikan mas besar hingga puncaknya.
Darah merah menyala terus mengalir dari luka ikan mas kecil. Anehnya, begitu darah itu menyentuh air, seketika berubah menjadi logam semacam tembaga merah.
Han Sen sengaja memprovokasi ikan mas besar karena bagaimanapun juga makhluk hidup - bahkan yang berlevel Dewa sekalipun - saat marah mungkin tenaganya bertambah, tapi di saat bersamaan juga akan memperlihatkan celah yang biasanya tak terlihat. Kemarahan membuatnya kehilangan kewaspadaan normal, sehingga meski lebih kuat, justru lebih mudah dipenggal.
Taktik yang hina memang, tapi alam semesta raya pada dasarnya adalah dunia hukum rimba. Jika bukan karena Han Sen cukup kuat, dia dan Bao'er sudah menjadi pakan ikan mas kecil tadi. Demi bertahan hidup, tak ada metode yang terlalu keterlaluan saat menghadapi musuh.
Ikan mas besar meski sudah diprovokasi Han Sen, tidak langsung menyerang. Matanya membelalak, sisik merah di seluruh tubuhnya berdiri tegak, sepasang mata ikan mengawasi Han Sen dengan tatapan tajam.
Bobok! Bobok!
Ikan mas besar terus memuntahkan gelembung air dari mulutnya. Namun kali ini gelembungnya berbeda dari sebelumnya. Gelembung-gelembung itu tidak terbang ke arah Han Sen, melainkan meledak terus-menerus di sekelilingnya.
Ledakan gelembung-gelembung itu menghasilkan intonasi nada tinggi-rendah yang berbeda. Han Sen terkejut menemukan bahwa suara ledakan gelembung tersebut ternyata merupakan suatu bentuk bahasa.
"Ikan mas besar sepertinya ingin menyampaikan sesuatu maksud, tapi Han Sen hanya bisa menangkap sedikit tanda keunggulan, belum sepenuhnya memahami, untuk sementara juga belum mengerti apa sebenarnya maksud ikan mas besar itu."
"Menggunakan Jing Dongxuan untuk mengintip perasaan ikan mas besar, karena pikiran ikan mas terlalu kacau, Han Sen langsung mendengar beberapa pemikirannya."
"'Lepaskan anakku, aku rela menyerahkan harta berharga sebagai penukar nyawa anakku...' Kira-kira seperti itulah maksud ikan mas besar yang ditangkap Han Sen."
"'Harta apa?' Hati Han Sen berdebar, sambil mengawasi ikan mas besar itu ia bertanya, entah apakah dia bisa memahaminya."
"Lagipula setiap makhluk hidup punya bahasanya sendiri, Bahasa Umum Semesta hanya digunakan mayoritas makhluk, tidak semua makhluk paham bahasa universal ini."
"Tak disangka ikan mas besar itu ternyata mengerti, kembali memuntahkan banyak gelembung-gelembung air, gelombang pikirannya juga semakin kuat berfluktuasi."
“Sangat besar... harta yang sangat besar...” Han Sen hanya bisa merasakan sebagian konten ini, tapi tidak jelas apa sebenarnya.
“Apa sebenarnya barang ini?” Han Sen bertanya lagi, tapi pikiran ikan mas besar terlalu terburu-buru, ingin mengungkapkan terlalu banyak. Jing Dongxuan Han Sen juga tidak bisa langsung mengintip pikirannya, jadi setelah berjam-jam dikerjakan, tetap tidak berhasil mengetahui harta apa yang dimaksudkannya.
Tapi Han Sen sementara menghentikan pengadukan Pedang Cahaya Dingin, membuat ikan mas kecil lebih nyaman. Tidak lagi berguling-guling kesakitan, ikan mas besar juga perlahan menjadi tenang.
Tapi Han Sen terus-menerus tidak terlalu paham apa sebenarnya yang dikatakannya. Hanya bisa merasakan beberapa niat kuat, hanya tahu dia ingin menukar nyawa anaknya dengan harta, tapi sampai akhir tidak berhasil mengetahui harta apa sebenarnya itu.
"Dia bilang harta itu sangat hebat, kalau dapat harta itu nggak takut siapa-siapa." Bao'er mendengarkan sejenak, lalu berkata pada Han Sen.
"Kamu bisa pahami apa yang dia omongin?" Hati Han Sen langsung berbunga-bunga.
"Bisa pahami dikit-dikit." Bao'er mengangguk pelan.
"Bagus. Tolong tanya dia, buat apa hartanya itu dan ada di mana?" Han Sen menyuruh Bao'er.
Tapi ikan mas besar itu sudah pahami maksudnya, nggak perlu diterjemahkan Bao'er. Begitu Han Sen selesai bicara, ikan mas langsung memuntahkan gelembung air lagi.
"Katanya harta itu bisa jadi pengganti nyawa, dan kekuatannya luar biasa. Kalau pegang harta itu, bisa berbuat semena-mena di sini." Bao'er jeda sejenak sambil memperhatikan gelembung, lalu lanjut: "Katanya harta itu ada di tempat jauh. Dia bisa kasih tahu cara ambil harta itu."
“Pergi ambilkan harta itu untukku, aku akan mengampuni anakmu,” Han Sen berkata pada ikan mas besar itu.
Ikan mas besar itu langsung panik, cepat-cepat mengeluarkan gelembung air dalam jumlah besar, baru berhenti setelah beberapa lama, seolah sedang menjelaskan sesuatu.
Bao'er mengamati cukup lama, hingga semua gelembung air pecah sepenuhnya baru berkata: "Dia bilang dia tidak bisa mengambil harta itu, hanya kita sendiri yang harus mengambilnya."
“Kamu tidak berniat menipu kami, kan? Kalau tidak ada bahaya, kenapa kamu tidak bisa mengambilnya?” Han Sen menatap tajam ikan mas besar itu.
Ikan mas itu kembali mengeluarkan rentetan gelembung air. Bao'er menerjemahkan: "Katanya ada anggota yang mengerikan yang menjaganya. Jika dia mendekat, monster itu bisa mendeteksinya dari jauh sehingga dia tidak bisa mendekati sama sekali. Kalau kita yang pergi, dia punya cara agar monster itu tidak menemukan kita. Hanya dengan begitu kita bisa merebut harta itu..."
“Benar atau tidak sih?” Han Sen melihat ikan mas besar itu, meski ada kecurigaan di hatinya, tapi kemudian berpikir, dengan otak dan kecerdasan ikan mas besar ini, mungkin belum bisa berbohong.
“Ayah, menurutku ikan besar ini cukup kredibel. Lihatlah betapa malangnya dia, lepaskan saja ikan kecil ini...” Bao'er ikut membujuk dari samping.
“Baiklah! Asal kau jujur menjelaskan metode khusus untuk mendapatkan harta itu, aku akan mengampuni anakmu.” Han Sen dengan wajah dingin membentak ikan mas besar itu.
Ikan mas kecil itu cuma level pecah kepompong, tidak terlalu berguna bagi Han Sen. Dia juga tidak yakin sepenuhnya bisa membunuh ikan besar itu. Tawar-menawar untuk keuntungan juga lumayan.
