Nama ini pernah Han Sen lihat, meski hanya sekali, namun meninggalkan kesan yang sangat mendalam. Di dalam gulungan lukisan itu tercatat banyak nama Pembunuh Tuhan, dan Han Yufei adalah salah satunya. Hanya saja dakwaannya bukan membunuh Tuhan, melainkan menghina Tuhan.
Tapi hukuman untuk menghina Tuhan ternyata lebih berat daripada membunuh Tuhan, poin ini membuat Han Sen sangat terkesan.
Selain itu, ada alasan lain yaitu wanita ini memiliki marga Han yang sama dengannya, sehingga Han Sen mengingat jelas nama ini.
"Han Yufei berasal dari ras apa? Apa posisinya di Tanah Suci?" Han Sen bertanya lagi.
Kaisar Sembilan Ribu menggelengkan kepala: "Tidak tahu, tidak ada yang tahu Han Yufei dari ras mana. Wanita ini sangat mistis, bahkan Yang Mulia memperlakukannya sebagai Tamu Kehormatan, hampir selalu menuruti semua perkataannya. Banyak eksperimen rahasia Yang Mulia ditangani oleh wanita ini. Legenda mengatakan Han Yufei pernah mempelajari kekuatan Tanah Suci Yang Mulia dan menemukan metode pemecahannya, tapi ini hanya desas-desus, kebenarannya tidak jelas. Sekalipun benar, tidak ada gunanya bagi kondisi kita sekarang. Saat ini mustahil untuk menemukan Han Yufei."
"Seperti apa rupa Han Yufei?" Hati Han Sen berdebar mendengar deskripsi Kaisar Sembilan Ribu: "Kisah Han Yufei ini terdengar sangat familiar... Jangan-jangan dia wanita yang terkurung di Gunung Dua Dunia itu..."
Han Sen semakin berpikir semakin yakin. Wanita di Gunung Dua Dunia itu juga bekerja sama dengan Santo dalam penelitian. Lagipula dia terjebak di dalam Gunung Dua Dunia, hampir benar-benar abadi dan tak bisa mati. Ini sepertinya mirip dengan dosa yang tercatat dalam gulungan lukisan.
"Tidak tahu. Selain Santo dan beberapa anggota inti, tidak ada yang pernah melihat wajah aslinya. Biasanya dia memakai cadar aneh. Bahkan teknik gen penglihatan melalui benda tingkat Dewa pun tak bisa menembusnya. Jika ada yang mungkin pernah melihat wajah aslinya selain Santo, kemungkinan besar itu Jendral Suci Zi Dou. Santo selalu menyuruh Zi Dou melindungi Han Yufei." Sembilan Ribu Kaisar semakin terlihat tergesa, menatap Han Sen: "Membicarakan ini sekarang percuma. Bukankah kau punya teknik gen yang bisa menjatuhkan dewa? Bisakah teknik itu memecahkan kekuatan Tanah Suci?"
"Tenagaku hanya efektif terhadap makhluk hidup. Taman Suci bukanlah makhluk hidup, jadi teknik gen-ku tidak berguna." Han Sen menggelengkan kepala.
Walaupun Kitab Xuan Huang memang tidak berguna, bahkan jika berguna pun Han Sen tidak akan memecahkan segel Taman Suci. Dia masih ingin mengeluarkan lebih banyak rahasia dari mulut Kaisar Sembilan Ribu.
Entah karena Kaisar Sembilan Ribu memang tidak tahu banyak, atau karena masih hati-hati dan tidak mengatakan semuanya, Han Sen tidak berhasil mendapatkan informasi berguna lagi darinya.
Luka di mata Yang Yunsheng mulai membaik. Melihat lubang darah di matanya, Han Sen merenung: "Tampaknya siklus ruang-waktu hanya mempengaruhi hal-hal yang awalnya ada di Taman Suci. Kita orang luar ini tidak terpengaruh, setidaknya kondisi fisik kita tidak sepenuhnya pulih ke keadaan sebelumnya."
"Tapi daging yang dimakan, gen ilahi yang dihasilkan justru hilang. Ini membuktikan meskipun barang di sini dipindahkan, pasti akan dipulihkan." Han Sen menatap patung giok Wan'er: "Mengingat tempat ini dibangun untuk Wan'er, dan dia dulu terus tinggal di sini, mungkin dia tahu cara keluar."
Namun untuk sementara Han Sen tidak berniat membangunkan Wan'er, hanya mengawasi Kaisar Sembilan Ribu dari samping.
Kaisar Sembilan Ribu impulsif mondar-mandir, sesekali menerobos keluar gerbang utama, tapi akhirnya muncul kembali dari gerbang belakang. Seluruh Taman Suci bagai penjara mengerikan, penjara besar yang mustahil dikaburi.
Tiba-tiba, Kaisar Sembilan Ribu yang berdiri di dalam paviliun batu sambil menatap kuali batu menjerit kencang, matanya terpaku pada patung giok Wan'er.
"Ada yang ditemukan?" Han Sen cepat-cepat mendekat, mengikuti arah tatapan Kaisar Sembilan Ribu. Patung giok itu tetap seperti semula, tak ada perubahan.
Han Sen sebelumnya sudah melakukan pengamatan mendalam pada patung giok itu cukup lama, namun tidak menemukan keistimewaan apa pun pada patung tersebut.
Sembilan Ribu Kaisar justru menunjuk patung giok dengan wajah bersemangat sambil berkata: "Patung giok ini... patung giok ini mungkin merupakan pusat Segel Taman Suci..."
"Apa dasarmu mengatakan itu?" Han Sen justru terlihat tidak sependapat.
"Patung giok ini terbungkus pakaian dan perhiasan, sebelumnya aku belum memperhatikan. Sekarang setelah kulihat lebih seksama, ternyata ia menyatu dengan seluruh paviliun batu. Selain itu, patung giok ini... patung giok ini..." Di sini suara Sembilan Ribu Kaisar sudah gemetar karena terlalu bersemangat.
"Apa yang terjadi dengan patung giok ini?" Han Sen mendesak bertanya.
"Jika saya tidak salah lihat, patung giok ini seharusnya diukir dari tanduk Santo Qilin. Ini bukan patung giok biasa... Ini benar-benar artefak suci sejati..." Kaisar Sembilan Ribu terus berbicara dengan wajah penuh kejutan: "Semua barang lain di Taman Suci ini biasa-biasa saja, pepohonan dan tumbuhan hanyalah barang kelas rendah. Hanya patung giok ini yang ternyata adalah artefak suci sejati. Sangat mungkin di sinilah titik kontrol segel Taman Suci berada..."
Meski perkataan Kaisar Sembilan Ribu terdengar masuk akal, Han Sen tidak sepenuhnya setuju.
Menurut Kaisar Sembilan Ribu, Sang Santo sangat memanjakan Wan'er. Jika demikian, mengapa Dia menggunakan patung giok Wan'er sebagai titik kontrol, membiarkan orang sembarangan menyentuhnya?
Jika posisinya ditukar, Han Sen juga sama sekali tidak akan menggunakan patung Bao'er atau Ling Er sebagai titik kontrol utama.
Tapi Kaisar Sembilan Ribu tak peduli, yakin patung giok itu adalah mekanisme perangkap. Namun dia sendiri tak berani menyentuh patung itu. Matanya berbinar licik sambil mengawasi Yang Yunsheng dengan tatapan dingin: "Kamu, geser patung itu!"
"Prajurit bisa dibunuh tapi tak bisa dihinakan. Bunuh saja jika mau. Ingin memaksaku mengintai jalan untukmu? Jangan bermimpi!" Yang Yunsheng menunjukkan semangat juang. Aura di sekujur tubuhnya tiba-tiba meningkat, bersiap bertarung habis-habisan melawan Kaisar Sembilan Ribu.
"Bukan pilihanmu!" Kaisar Sembilan Ribu menyeringai dingin. Di atas zirah hijau tuanya, mata-mata terbuka lebar bagai monster bertubuh penuh bola mata, memancarkan sorotan mata magis yang mengerikan.
Mata Yang Yunsheng memang sudah buta, tapi di bawah sorotan mata magis itu, dia seperti kehilangan jiwa. Aura pertarungannya lenyap. Dengan wajah bingung, dia berjalan limbung menuju patung giok di dalam paviliun batu.
Han Sen mengerutkan kening halus namun tidak menghentikan. Dia bukan teman Yang Yunsheng, juga tidak punya hubungan baik dengan Klan Huangji, sehingga tak ada alasan untuk menyelamatkannya.
"Meski Kaisar Putih memberiku banyak keuntungan, dia juga hampir membunuhku. Aku sudah cukup bermurah hati tidak menagih hutang pada anggota Klan Huangji, tentu tak mungkin menyelamatkan Yang Yunsheng," pikir Han Sen sambil diam berdiri menyaksikan Yang Yunsheng mendekati patung giok dan mengulurkan tangan untuk menyentuhnya.
Sebelumnya Han Sen belum pernah menyentuh patung giok. Kaisar Sembilan Ribu juga tidak berani menyentuh patung itu karena kekaguman terhadap Santo. Yang Yunsheng menjadi orang pertama yang menyentuh patung giok.
Saat jari Yang Yunsheng menyentuh pakaian patung giok, tiba-tiba terdengar jeritan keras darinya. Seluruh tubuhnya terlempar seolah didorong kekuatan tak kasat mata, menghantam dinding Taman Suci hingga mulutnya memuntahkan darah deras.
“Percuma!” Ekspresi Sembilan Ribu Kaisar berubah drastis. Dia sendiri semakin tak berani menyentuh patung giok hidup itu. Sorot matanya menyapu Han Sen dan Bao'er, akhirnya menimpa Ikan Mas Besar. "Kini kita di perahu yang sama. Suruh hewan peliharaanmu mencoba. Ini satu-satunya vitalitas kita," katanya pada Han Sen.
"Kalau mau coba, kau sendiri yang lakukan. Aku tidak menganggap patung giok itu sebagai mekanisme perangkap," Han Sen berkata dengan datar.
