"Bzzzt!" Saat telapak tangan Han Sen menyentuh kepala Santo Qilin, tubuh makhluk itu seolah meleleh berubah menjadi aliran cahaya menyusup ke telapak tangannya, menyusuri lengan langsung menyerbu otak dan menyelusup ke kedalaman jiwa.
"Memperoleh Santo Roh Santo Qilin."
Hampir bersamaan dengan bunyi pemberitahuan di otaknya, Han Sen mendengar geraman dahsyat menggema: "Hentikan!"
Detik berikutnya, kabut kemerahan membakar separuh langit dunia kegelapan. Seekor binatang buas merah menyala mengaum mendekat, dalam sekejap telah sampai di depan Han Sen. Matanya memancarkan kilatan ganas, mulutnya menyemburkan kilau merah yang tidak seperti api, lebih mirip sinar yang langsung menyelimuti Han Sen dalam cahaya merah.
“Chi Kui... Kamu ternyata masih hidup...” Kaisar Sembilan Ribu tercekat ketakutan, namun sekejap kemudian, dia tiba-tiba berpindah di depan Han Sen. Di baju zirah hijau tuanya, ribuan mata terbuka mengeluarkan cahaya hijau yang bertarung melawan kilau merah itu. Sambil menahan serangan merah Chi Kui, dia berteriak: “Chi Kui, jangan lukai Tuan Han!”
“Oh siapa lagi, ternyata Ribuan Mata si budak tua ini. Budak tua kok belum mati, malah dapat tuan baru?” Chi Kui memandang dingin ke arah Kaisar Sembilan Ribu, setiap katanya bernada merendahkan.
“Diam! Yang Mulia memerintahkanku untuk melindungi Tuan Han. Chi Kui, jangan bertindak semena-mena!” bentak Kaisar Sembilan Ribu, meski jelas terlihat dia sangat waspada terhadap Chi Kui dan tak berani menyerang.
Chi Kui tertawa dingin: “Ribuan Mata, berhenti kentut di sini. Berapa usia anak ini? Saat Yang Mulia masih ada, kakek buyutnya mungkin belum lahir. Katanya Yang Mulia suruh kau jaga dia? Omong kosong pun ada batasnya.”
"Kaisar Sembilan Ribu membuka mulut ingin menjelaskan, tapi Chi Kui mengaum keras. Suaranya bergemuruh seperti guntur menghantam logam, cahaya merah di tubuhnya berubah menjadi kegelapan. Ia menatap Han Sen dengan garang sambil berkata: 'Jangan banyak bicara! Aku tidak peduli apakah kau si budak tua ini mengakui tuan baru atau tidak. Suruh tuanmu menyerahkan Santo Roh! Kalau tidak, hari ini aku akan musnahkan kau dan tuanmu!'"
Setelah berkata demikian, ia langsung menyemburkan cahaya merah ke arah Kaisar Sembilan Ribu yang masih menghalangi di depan Han Sen.
"Chi Kui, jangan kira Sang Ratu benar-benar takut padamu!" Kaisar Sembilan Ribu mengatupkan gigi tak mau mundur. Cahaya hijau berkilauan di tubuhnya, bayangan samar menyeramkan muncul. Ternyata ia menggunakan teknik "Ribuan Tahun dalam Sekejap".
Dengan bantuan kekuatan "Ribuan Tahun dalam Sekejap", barulah Kaisar Sembilan Ribu bisa menahan semburan cahaya merah itu dengan susah payah.
"Ribuan tahun dalam sekejap, sekejap ribuan tahun. Dalam sekejap ini kau sudah menghabiskan beberapa tahun umurmu. Aku ingin lihat berapa lama lagi umurmu bisa bertahan." Sembari berkata, kilau merah dari mulut Chi Kui terus menerus menghujam ke Kaisar Sembilan Ribu.
Sorotan mata hijau di tubuh Kaisar Sembilan Ribu yang diperkuat oleh teknik sekejap ribuan tahun itu berhasil menahan guncangan kilau merah. Namun penampilannya semakin menua, rambutnya berubah semakin pucat kehijauan.
"Tuan Han cepat pergi!" teriak Kaisar Sembilan Ribu sambil terus menahan serangan kilau merah.
Han Sen agak terkejut. Tak disangkanya Kaisar Sembilan Ribu benar-benar mempertaruhkan nyawa untuk melindunginya, tidak seperti yang dipalsukan.
Baru hendak berkata sesuatu, tiba-tiba awan hitam yang menutupi langit muncul dari kegelapan. Berputar-putar di udara, awan itu berkata dengan sinis: "Pergi? Mau ke mana? Tanpa meninggalkan Santo Roh, kalian semua akan mati!"
“Kunpeng……Kamu juga masih hidup……” Ekspresi Kaisar Sembilan Ribu semakin masam.
“Yang hidup bukan cuma mereka.” Seiring suara dingin nan memesona, seorang wanita jelmaan siluman muncul dari kegelapan.
Di sisi lain, monster tanpa mata merangkak keluar. Keempat makhluk mengerikan dengan bentuk berbeda-beda itu langsung mengepung area sekitar lampu penerang, memblokir pergerakan Bangsawan Agung Gu Yuan yang hendak menjauh.
“Tanpa mata……Penyihir……Bagaimana mungkin kalian masih hidup……” Kaisar Sembilan Ribu panik, matanya berdebar kencang menatap empat makhluk mengerikan itu.
“Kami bertugas melindungi Ordo Ksatria Suci. Selama Ordo masih berdiri, mana mungkin kami mati.” Mata Penyihir berbinar ke arah Han Sen sambal melanjutkan, “Tapi kamu, budak tua ini, bisa bertahan sampai sekarang dan bahkan mendapat majikan baru – sungguh di luar dugaan.”
Kaisar Sembilan Ribu sambil menahan kilau merah Chi Kui berseru: "Sang Ratu sama sekali tidak berkhianat pada Yang Mulia, Yang Mulia sendiri yang memerintahkan hamba untuk melindungi Tuan Han..."
"Kini tibalah masamu masih bersikap keras kepala! Pertama bunuh si budak tua ini, baru urusi anak muda yang berani mencuri Santo Roh itu!" Elang Tua yang melayang di udara mendengus keras, mengeluarkan semburan asap hitam dari paruhnya.
Asap hitam itu tak bergerak agresif, namun berkelok-kelok aneh seperti ular berbisa berwarna gelap yang melilit ke arah Kaisar Sembilan Ribu.
Kaisar Sembilan Ribu yang sudah mengerahkan seluruh tenaga untuk menahan serangan Chi Kui sama sekali tak punya cadangan tenaga lagi untuk menghadapi asap hitam itu. Wajahnya memucat ketakutan, namun tak ada yang bisa dilakukan.
Tiba-tiba bahu Kaisar Sembilan Ribu tertarik kuat oleh suatu gaya misterius, membuatnya mundur menghindar dari jangkauan asap hitam sekaligus lepas dari radius serangan kilau merah.
Sorot mata berputar, Kaisar Sembilan Ribu melihat dirinya telah berada di belakang Han Sen, sementara kilau merah dan asap hitam bergulung-gulung menuju ke arahnya.
"Tuan Muda, berhati-hatilah..." Kaisar Sembilan Ribu panik, masih ingin menerjang untuk membantu Han Sen menahan serangan, namun merasakan perubahan misterius di ruang sekitarnya. Kilau merah dan asap hitam yang mengerikan itu melambat secara tak wajar, sama sekali tidak bisa mendekati Han Sen.
"Bidang Waktu Hantu Waktu!" Chikui dan Kunpeng sama-sama terkejut, segera menyembunyikan tenaga mereka dan menghentikan serangan.
"Bidang Waktu tidak ada yang istimewa." Kunpeng mendengus keras, menggetarkan sayap besarnya bersiap menerjang Han Sen.
"Si Tua Elang, hentikan dulu." Penyihir Bibi Mei tiba-tiba berbicara, memanggil Si Tua Elang.
"Untuk apa?" Si Tua Elang memutar matanya yang aneh, menatap Penyihir Bibi Mei dan bertanya.
"Lenyapkan dulu yang mengganggu ini, baru urus dia nanti." Bibi Mei si Penyihir berkata dengan datar.
"Baiklah." Si Tua Elang menggerakkan sayapnya, asap hitam menyembur dari mulutnya melilit Bangsawan Agung Gu Yuan dan tiga Shenhua Klan Huangji.
Sementara itu, monster tak bermata di seberang menggeser tubuh besarnya menggelinding ke arah Pemimpin Istana Surgawi.
"Tunggu, hamba ada yang ingin disampaikan!" Teriak Bangsawan Agung Gu Yuan sambil mundur, tenaga awan kemerahannya tak mampu menahan semburan asap Si Tua Elang.
Tiga petarung Shenhua Klan Huangji tak sehebat Gu Yuan. Tenaga mereka lenyap ditelan asap, tubuh mereka terjatuh ke tanah seperti kehilangan jiwa.
"Bicaralah sampai puas di alam baka nanti!" Si Tua Elang menyeringai sinis, sayapnya berkibar-kibar menyerbu Gu Yuan kembali.
Di sebelah sana, monster mengerikan tanpa mata itu menghantam Pemimpin Istana Surgawi bagaikan sepotong daging yang berputar. Namun sang Pemimpin hanya menyatukan kedua telapak tangan lalu memutarnya, arah gerakan monster itu pun berbalik 180 derajat, langsung menggelinding masuk ke dalam kegelapan.
"Hamba adalah Konduktor Elder Istana Surgawi. Kedatangan hamba sama sekali tidak bermaksud berselisih dengan Saudara sekalian. Mohon dapatkah mendengarkan sepatah kata hamba?" Meski memiliki kemampuan luar biasa, Pemimpin Istana Surgawi itu tak berani bersikap sok di tanah ini, nada bicaranya penuh kepasrahan.
Tapi sama sekali tak ada yang menghiraukannya. Monster tanpa mata itu tiba-tiba muncul kembali dari kegelapan, kembali meningkatkan ke arah Pemimpin Istana Surgawi.
