Pemimpin Istana Surgawi kembali menggunakan taktik Mengubah Keadaan, berusaha mengubah ruang sehingga monster tanpa mata itu sulit mendekatinya.
Tapi kali ini, makhluk tanpa mata itu tidak terpengaruh oleh teknik Mengubah Keadaan. Meski arah ruang telah diubah, makhluk itu tetap menggelinding ke arah Pemimpin Istana Surgawi dengan kecepatan yang semakin meningkat. Dalam sekejap mata, makhluk itu sudah berada di hadapannya.
Ekspresi Pemimpin Istana Surgawi berubah. Dengan gerakan lengan bajunya yang lebar yang seolah menyimpan dimensi ruang sendiri, ia berusaha menyedot makhluk itu ke dalamnya.
Saat makhluk tanpa mata itu hampir masuk ke lengan baju, tiba-tiba ia berhenti. Mulutnya menyempit membentuk seperti klakson, lalu meniupkan udara kencang ke arah sang Pemimpin.
Dut!
Suara itu mirip sirene kapal laut. Pada saat bunyi itu keluar, gelombang suara kasat mata bergemuruh dari mulut makhluk itu, menyelimuti Pemimpin Istana Surgawi dalam lingkaran-lingkaran gelombang akustik yang mengikat raganya dengan erat.
Kekuatan Tai Shang di tubuh Pemimpin Istana Surgawi bergolak gila, tapi tak mampu merobek cincin gelombang suara itu. Tubuhnya terkunci erat di dalam lingkaran gelombang suara.
Makhluk raksasa tanpa mata itu berbalik dan berjalan mundur. Cincin gelombang suara otomatis menarik Pemimpin Istana Surgawi. Tak lama kemudian mereka tiba kembali di sisi sang penyihir.
Di seberang, Bangsawan Agung Gu Yuan sama sekali tak mendapat kesempatan bicara. Kecepatan Kunpeng sungguh di luar dugaan. Serangan bertubi-tubi membuat Bangsawan Agung Gu Yuan kelelahan menahan serangan. Dalam sekejap, luka-luka mulai bermunculan di tubuhnya. Akhirnya dengan gerakan kilat, dia mundur masuk ke dalam kegelapan. Kunpeng mengejar sejenak lalu kembali, tapi dari raut wajahnya terlihat dia gagal menyusul Gu Yuan.
"Teknik gen anggota itu aneh. Dia bisa bergerak bebas di tengah kekuatan sunyi. Akhirnya kabur," kata Kunpeng setelah kembali.
"Tak apa. Tujuan Klan Huangji ke sini tidak sulit ditebak. Abaikan saja," ujar sang penyihir.
Sorot mata semua orang kembali tertuju pada Han Sen dan yang lain. Pemimpin Istana Surgawi terus meronta-ronta, namun sulit melepaskan diri dari ikatan cincin gelombang suara.
"Serahkan Santo Roh, aku bisa menjamin nyawamu selamat," penyihir itu mengawasi ketat Han Sen.
Han Sen tidak menjawab penyihir itu. Tatapannya menyapu tubuh penyihir dan kawan-kawannya. Dalam rekaman yang dibawa kucing tua, dia pernah melihat mereka. Sekarang dia yakin telah menemukan tempat yang tepat, bunga kecil pasti ada di sini.
"Diam saja kenapa? Dengar nggak omongan orang?" Si Tua Elang membentak marah.
Kaisar Sembilan Ribu segera melesat ke depan Han Sen. "Penyihir, kalian harus percaya padaku. Sungguh Yang Mulia yang menyuruhku melindungi Tuan Han ke Ordo Ksatria Suci. Di dalam patung giok Taman Suci, Yang Mulia meninggalkan sisa fragmen jiwa..."
"Ngibul terus! Ngaco!" Chi Kui menyeringai dingin. "Patung giok Taman Suci kan disiapkan Yang Mulia untuk Nona Wan'er. Mana mungkin ada sisa jiwa di situ?"
"Kaisar Sembilan Ribu langsung terdiam, ternyata tak bisa menjelaskan. Dalam hati ia menggerutu: 'Yang Mulia, demi kekasih-Mu, hamba tua ini bahkan rela mempertaruhkan nyawa. Tapi mati di tangan orang dalam sendiri, sungguh penuh kekesalan. Dengan kemampuan prediksi-Mu yang seperti dewa, bagaimana mungkin Yang Mulia tidak memperhitungkan langkah ini?'"
"Tuan Han, silakan pergi duluan. Hamba tua ini akan menahan mereka." Kaisar Sembilan Ribu nekat berkata kepada Han Sen di belakangnya.
Si Tua Elang dan Chi Kui mendengar itu langsung menyeringai licik: "Kau menahan kami? Dengan cara apa? Menggunakan teknik 'ribuan tahun dalam sekejap'-mu? Sekalipun kau habiskan seluruh umurmu, berapa detik bisa kau tahan?"
"Budak tua, kau benar-benar setia pada majikan barumu ya." Penyihir itu memicingkan matanya mengamati Han Sen.
"Lao Jiu, mundurlah." Han Sen tiba-tiba menyela Kaisar Sembilan Ribu yang berada di depannya.
"Tuan Han..." Kaisar Sembilan Ribu ingin membantah, namun dihentikan oleh lambaian tangan Han Sen.
Han Sen memberi isyarat pada Kaisar Sembilan Ribu untuk mundur ke samping, lalu menatap si penyihir dan bertanya: "Yang Mulia apakah Bibi Mei?"
Penyihir dan Si Tua Elang sama-sama tertegun sejenak. Panggilan "Bibi Mei" dan "Si Tua Elang" ini hanya digunakan di antara mereka sendiri, orang luar sama sekali tidak mengetahuinya.
Khususnya sebutan "Bibi Mei", itu baru muncul setelah kehadiran Bunga Kecil, dan hanya Bunga Kecil satu-satunya yang memanggilnya demikian. Si Tua Elang dan yang lain biasa menyebut penyihir ini sebagai Wanita Mesum.
"Kau mengenalku?" Penyihir itu mengerutkan kening sambil menyapu seluruh tubuh Han Sen dengan tatapannya, seolah memang menemukan sesuatu yang familiar.
"Hamba Han Sen, datang ke sini mencari Bunga Kecil. Semoga para hadirin berkenan mengulurkan tangan, mempertemukan ayah dan anak ini." Han Sen membungkuk santun sambil merencanakan strategi: sopan dahulu, bila tidak berhasil, baru bertindak tegas.
"Kau Han Sen!" Bibi Mei dan yang lain membeku mendengar nama itu.
Mereka tahu ayah kandung bunga kecil bernama Han Sen, tapi bagi mereka siapa ayah kandung bunga kecil sama sekali tidak penting. Jadi mereka sama sekali tidak mempedulikan seperti apa rupa Han Sen. Sekalipun pernah melihat, tidak dipikirkannya. Tiba-tiba mereka tidak bisa mengenali.
"Kamu...ayah majikan kecil..." Si Tua Elang juga mata membelalak menatap Han Sen, langsung berteriak.
Kaisar Sembilan Ribu langsung linglung, tidak tahu sebenarnya apa yang terjadi. Otaknya tiba-tiba macet: "Apa maksudnya? Si Tua Elang bilang Han Sen adalah ayah majikan mereka? Mereka ternyata mengakui penguasa baru, itu pun anak Tuan Han...Tunggu..."
Tiba-tiba mata Kaisar Sembilan Ribu berbinar, seolah menyadari sesuatu. Langsung menepuk paha sambil bergumam: "Oh begitu...Oh begitu rupanya...Aku saja, Yang Mulia perhitungannya tak pernah meleset, mana mungkin tidak memperhitungkan tingkat pertama ini...Begitu rupanya...Haha..."
"Tidak disangka, benar-benar tak terduga, Yang Mulia ternyata sudah punya anak dengan Tuan Han. Dengan karakter Si Elang Tua dan Penyihir seperti itu, kalau bukan keturunan darah daging Yang Mulia sendiri, mana mungkin mereka mau mengakui tuan baru. Benar, pasti seperti ini! Rupanya yang harus kulindungi selama ini adalah ayah kandung majikan kecilku... Eh... Tapi... Ayah kandung... Bagaimana cara melahirkannya? Ah, sudahlah... Dengan Kewibawaan Ilahi Yang Mulia... Apa sih yang tidak mungkin?" Kaisar Sembilan Ribu semakin yakin dengan analisisnya, merasa kali ini pasti ada jalan keluar.
Sambil tersenyum lebar, Kaisar Sembilan Ribu berkata dengan santai: "Ternyata kita satu keluarga! Buat apa lagi berkelahi? Cepat sambut Tuan Han masuk ke Ordo Ksatria Suci!"
Para Penyihir dan yang lain saling pandang bingung. Mereka sama sekali tak menyangka ayah Xiao Hua - seorang anggota dari tempat perlindungan - tanpa bantuan siapa pun ternyata bisa naik level sampai mitos, bahkan menaklukkan monster tua seperti Kaisar Sembilan Ribu, lalu berani datang ke Tanah Suci untuk merekrut anggota.
Ini benar-benar di luar dugaan mereka, sebelumnya sama sekali tidak memikirkan hal seperti ini akan terjadi.
Pemimpin Istana Surgawi yang terjebak sebelumnya berencana memanfaatkan kesempatan saat mereka bertarung dengan Kaisar Sembilan Ribu dan Han Sen untuk kabur. Siapa yang tahu mereka tiba-tiba mengklaim hubungan saudara, Han Sen ternyata berubah menjadi ayah kandung majikan kecil Tanah Suci, membuatnya juga kaget dalam hati.
"Mungkinkah... anak itu telah menjadi penguasa baru Tanah Suci..." Pemimpin Istana Surgawi teringat pada bunga kecil. Dulu dia ingin membawa bunga kecil kembali ke Istana Surgawi, sayangnya karena lengah direbut kembali oleh Han Sen. Siapa sangka anak-anak itu akhirnya menjadi generasi baru penguasa Tanah Suci.
Tiba-tiba semua orang masing-masing menyimpan isi hati, tidak ada yang berani memulai pembicaraan. Suasana menjadi semakin mengerikan.
