Si Tua Elang merengut sambil berkata: "Meski kamu kerabat darah majikan kecil, tapi sekalipun darah daging sendiri, tidak boleh seenaknya membawa Santo Roh milik majikan. Serahkan Santo Roh itu sekarang!"
"Bagus, Santo Roh harus dikembalikan." Chi Kui juga melototi Han Sen.
"Kalian ini mau memberontak?" Ekspresi Kaisar Sembilan Ribu berubah drastis.
Bibi Mei si Penyihir tersenyum kepada Han Sen: "Anda adalah ayah majikan kecil, tentu juga tamu terhormat Ordo kami. Tapi Santo Roh ini sangat penting dan merupakan milik anak Anda sendiri. Pasti Anda tidak akan merebut barang anak sendiri. Kami harap Anda bisa mengembalikannya."
"Mengembalikan Santo Roh boleh saja, bawa Xiao Hua ke sini. Aku akan langsung memberikannya padanya." Han Sen berkata dengan datar.
"Xiao Hua saat ini tidak berada di Tanah Suci. Anda cukup menyerahkan Santo Roh kepada kami." Kata Bibi Mei si Penyihir.
"Kalau begitu aku akan menunggunya kembali." Jawab Han Sen.
"Jika mau menyerahkan, harus langsung ke majikan kecil! Mengapa harus ke kalian? Cepatlah tunjukkan jalan dan persilakan Tuan Han masuk ke Kuil Suci untuk menunggu majikan kecil!" Kaisar Sembilan Ribu berseru dari samping dengan suara melengking.
"Dia tidak boleh masuk Kuil Suci." Suara Chi Kui terdengar dingin.
"Kenapa tidak bisa masuk Ordo Ksatria Suci? Dia adalah ayah kandung majikan kecil, bagaimana mungkin tidak boleh masuk?" Kaisar Sembilan Ribu langsung protes dengan suara tinggi.
"Kau berteriak soal telur! Kupu-kupu berevolusi dari ulat bulu, kupu-kupu bisa terbang, apa ulat bulu bisa terbang?" Chikui melirik Kaisar Sembilan Ribu, suaranya bergema seperti dengung lebah.
"Apa maksud ucapanmu ini?" Kaisar Sembilan Ribu membentak marah.
"Persis seperti yang kau dengar. Serahkan Santo Roh dan pergi dengan hina. Saat majikan kecil membutuhkan, dia sendiri akan mencarinya." Chikui dan Kaisar Sembilan Ribu saling memandang seperti dua ayam jago yang hendak bertarung.
"Kau berani mengabaikan Tuan Han? Tuan Han adalah orang yang Yang Mulia sendiri perintahkan untuk dikirim ke Ordo Ksatria Suci... Apakah kalian memberontak..." Kaisar Sembilan Ribu gemetar ketakutan.
"Kau pikir kami percaya begitu saja omonganmu?" Chikui mencibirkan bibir penuh cibir.
"Kaisar Sembilan Ribu masih ingin mengatakan sesuatu, tapi si penyihir menyelanya: 'Mata Seribu, Kuil Suci bukanlah tempat biasa. Itu adalah harapan terakhir Tanah Suci kita. Hanya Sang Majikan Kecil yang berhak masuk. Tak seorang pun boleh mendekat walau setengah langkah, bahkan kita sendiri pun demikian. Jika kau benar-benar tulus untuk Tanah Suci, seharusnya kau bisa memahami ini.'"
Setelah terdiam sejenak, si penyihir Bibi Mei melanjutkan kepada Han Sen: "Kucing Tua pasti sudah memberitahumu tentang situasi Sang Majikan Kecil di sini. Dengan perlindungan kami, dia baik-baik saja tanpa bahaya apa pun. Kini Sang Majikan Kecil hampir mencapai level mitos. Tak lama lagi dapat membuat Tanah Suci muncul kembali di dunia. Saat Pintu Tanah Suci terbuka nanti, kau bisa bersatu kembali dengannya dan menjadi Tamu Kehormatan di Tanah Suci kami."
"Adapun Santo Roh, itu adalah benda yang harus dimiliki majikan kecil untuk membuka kembali Tanah Suci. Jika tidak, saat Tanah Suci dihidupkan kembali, majikan kecil akan menghadapi bahaya. Sebagai ayahnya, tentu Tuan tidak ingin melihatnya dalam bahaya dan mengabaikannya, bukan?" Penyihir merapikan rambut panjangnya sambil memicingkan mata melanjutkan, "Alasan saya berbicara panjang lebar hanya karena Anda adalah ayah majikan kecil. Seandainya bukan, membunuhmu dan merebut kembali Santo Roh akan semudah membalikkan telapak tangan. Pada orang lain, kami takkan buang-buang waktu seperti ini. Kami menghormati status Anda sebagai ayah majikan kecil, dan berharap Anda bisa memahami kesulitan kami."
"Apa maksud 'menghidupkan kembali Tanah Suci'? Bahaya apa yang akan dihadapi Xiao Hua?" Han Sen mengerutkan kening sambil menatap Bibi Mei sang Penyihir.
"Ini urusan internal Tanah Suci kami, tak perlu Yang Mulia ikut campur!" Si Tua Elang bersuara melengking.
Ekspresi Han Sen langsung masam: "Urusan Tanah Suci kalian? Xiao Hua adalah anak saya. Kalian bilang urusannya tidak ada hubungannya dengan saya?"
“Anak muda, jangan tidak mau menghormati minuman baik malah memilih hukuman. Jika kami terpaksa merebut Santo Roh dengan paksa, nanti bila terjadi sesuatu, jangan salahkan kami yang tidak mengingat kebaikan majikan kecil.” Aura mengerikan bergolak dari tubuh Chi Kui seperti monster raksasa yang hendak menelan langit, menekan Han Sen.
Sifat Han Sen memang keras kepala, lebih suka kelembutan daripada kekerasan. Apalagi ini menyangkut keselamatan Xiao Hua, mana mungkin dia mau mengalah.
"Justru aku khawatir kau tak punya kemampuan itu." Han Sen mendengus dingin, mencabut Pisau Karma sementara tangan satunya erat menggenggam Perisai Medusa.
Meski nama Santo Roh berbeda dengan Roh Binatang, esensi keduanya sama. Seperti Roh Binatang yang tak bisa direbut paksa, Santo Roh pun demikian. Begitu pemiliknya mati, Santo Roh juga akan ikut menghilang. Han Sen tak percaya para penyihir bisa mengeluarkan Santo Roh dengan paksa.
"Kalau bisa memaksakan diri untuk mengeluarkannya, mungkin para penyihir itu udah dari awal langsung bertindak, tidak akan banyak bicara basa-basi sama dia."
"Apa maksudmu?" Ekspresi Chi Kui dan Lao Diao langsung suram. Tidak menyangka Han Sen berani Berbalik Melawan mereka.
Di Era Tanah Suci, mereka adalah makhluk yang kebal tak tertandingi. Di era sekarang, mereka semakin menjadi personifikasi kekebalan mutlak.
Bahkan Pemimpin Istana Surgawi yang disebut-sebut sebagai petarung tingkat tertinggi di Alam Semesta Raya, bisa dengan mudah terjebak oleh monster mengerikan tanpa mata.
Makhluk dari perlindungan seperti Han Sen yang cuma level Transformasi Kupu-Kupu, berani terang-terangan melawan mereka di tempat - ini benar-benar di luar perkiraan.
"Untuk apa?" Han Sen dengan ekspresi tetap tenang, sorot matanya menembus Lao Diao menatap kegelapan yang tak berujung.
Arah pandangan Han Sen persis ke sumber kedatangan Chi Kui. Jika tebakannya benar, di sanalah lokasi Ordo Ksatria Suci.
"Aku tidak peduli ini tempat apa, kalian makhluk apa, apa itu restart Ordo Ksatria Suci, apa itu cahaya sepuluh ribu generasi, di mataku semua cuma omong kosong. Kalau merugikan bunga kecilku, meski ini Neraka Yama, Bapak akan menghancurkannya." Han Sen sambil mengulurkan tangan mengambil lentera batu dan menyerahkan pada Bao'er, seraya berkata: "Bao'er, pegang lentera untuk Ayah. Hari ini kita bapak-anak akan merobohkan Ordo Ksatria Suci usang ini. Sudah jadi bagian debu sejarah, biarkan lenyap selamanya."
"Bongkar!" Bao'er duduk di bahu Han Sen, satu tangan memegang lentera batu, berseru gembira.
"Kau pikir diri layak?" Chi Kui mendengus penuh cibir.
Sorot mata Penyihir tertuju pada lentera batu, menunjukkan keheranan: "Lentera ras Santo... Kenapa ada di tanganmu?"
“Apa! Lampu ras?” Chi Kui, Lao Diao, dan Wu Yan juga terkejut, sorot mata mereka tertancap pada lentera batu di tangan Bao'er.
Sekilas melihat, ekspresi mereka berubah pucat. Chi Kui bahkan menjerit: "Lampu ras... Benar-benar lampu ras Santo... Kenapa bisa ada di tangannya..."
"Lampu ras masih utuh... Bukankah ini berarti..." Lao Diao semakin bersemangat hingga seluruh tubuhnya gemetar.
Han Sen tentu mendengar ucapan Lao Diao. Meski merasa aneh kenapa lampu ras Santo tidak berada di dalam Kuil Gen, malah tertinggal di Alam Semesta Raya, tapi Han Sen tak berminat merenung lebih lama. Posturnya langsung melompat bangkit, menerjang ke arah kuil yang tersembunyi dalam kegelapan.
"Urusan Santo Tanah Suci atau Ruang Leluhur dengan Lampu Ras, yang penting merusak anak saya, semua akan kubongkar!" Han Sen bertekad bulat. Darah Sutra Saraf dan Teknik Tulang Giok Kulit Es bekerja hingga batas maksimal, membuat seluruh tubuhnya bagai giok es, kulit berubah semi-transparan memancarkan cahaya samar.
