"Qin Xiu, tiga cangkir penghormatanmu telah kuteguk. Kelak hidup-mati Wan'er akan kupikul. Namun jalan-Mu dan jalanku berbeda. Untuk mewujudkan jalanku, terpaksa jalammu harus kuputus hari ini." Han Sen menatap patung Qin Xiu sambil perlahan mengangkat Pisau Karma-nya.
"Han Sen... Beraninya kau...!" Si Tua Elang, Penyihir, Tanpa Mata, dan Merah menggeram kompak. Empat tenaga mengerikan yang sama sekali berbeda mewujud dan menghujam ke arah Han Sen, berusaha menghentikan perusakan Ordo Ksatria Suci.
Pedang di tangan Han Sen mengayun horizontal, sinar pedang yang membawa kekuatan Santo Roh, dalam sekejap membelah seluruh tenaga empat orang itu. Satu tebasan melukai empat, darah mengalir ke segala penjuru.
Penyihir dan ketiga rekannya terjatuh di luar Ordo Ksatria Suci, darah menyembur deras dari dada mereka berubah menjadi untaian cahaya suci yang melayang-layang. Meski meronta, tak satu pun bisa bangkit.
"Karma Xiao Hua harus diselesaikan sendiri. Hari ini aku takkan membunuh kalian, tapi Ordo Ksatria Suci ini harus dihancurkan." Ucap Han Sen sambil menebaskan pedangnya ke arah patung Qin Xiu.
"Jangan...!" Teriak Penyihir putus asa di tanah, namun tak berdaya menghentikan pedang Han Sen yang menghantam patung Santo.
Si Tua Elang, Chi Kui, dan Tanpa Mata hanya bisa menyaksikan dengan pasrah. Sekeras apa pun mereka berpikir, tak pernah terbayangkan Ordo Ksatria Suci akan hancur oleh kekuatan Santo Roh ciptaan Sang Santo sendiri.
Ordo yang bahkan para dewa tak sanggup memusnahkannya, kini akan runtuh oleh senjata yang di tangan Sang Penciptanya sendiri.
Kres!
Pisau di tangan Han Sen menghujam ke bawah dengan keteguhan baja, cahaya pisau putih menyala-nyala berhasil membelah patung batu Qin Xiu menjadi dua bagian yang tumbang ke kedua sisi dengan gemuruh.
Namun lampu ras di tangan patung Qin Xiu tetap mengapung di udara, tidak ikut tumbang bersama reruntuhan patung.
BOOM!
Dengan runtuhnya patung Qin Xiu, semua patung di sekelilingnya ikut ambruk. Seluruh Ordo Ksatria Suci bergetar hebat sebelum akhirnya hancur berantakan bagaikan kiamat melanda alam semesta.
"Tidak..." Penyihir itu memandang dengan wajah penuh keputusasaan, tak percaya Ordo Suci telah hancur sementara harapan membangun kembali Tanah Suci pun ikut pupus.
Si Tua Elang dan yang lain meneteskan air mata darah. Ini adalah satu-satunya harapan yang mereka jaga selama jutaan tahun, kini musnah seketika membuat hati mereka bagai abu dingin yang tak bernyala lagi.
“Sejak sudah menjadi debu sejarah, seharusnya dikubur selamanya, untuk apa lagi mengacau alam semesta yang sudah sangat rapuh ini?” Pemimpin Istana Surgawi di kejauhan mengawasi semua ini sambil diam-diam menghela nafas lega.
“Yang Mulia, mengapa ini terjadi?” Kaisar Sembilan Ribu juga terpaku menatap Han Sen, tak percaya bahwa Santo yang memintanya mengawal Han Sen ternyata menghancurkan Ordo Ksatria Suci. Seribu perasaan saling bergulat di hatinya, membuatnya bagai patung berdiri di sana tanpa tahu harus berbuat apa.
Saat semua orang tenggelam dalam pikiran masing-masing, tiba-tiba di bawah reruntuhan Ordo Ksatria Suci yang hampir menjadi puing itu muncul cahaya yang saling bersilangan. Semakin banyak kilatan cahaya bermunculan, mengangkat semua reruntuhan batu yang ambruk. Di bawahnya, terlihat kristal raksasa seperti roda yang mulai menampakkan diri.
Lima buah lampu ras Santo mendarat di lima sudut kristal roda tersebut, di mana masing-masing terdapat sebuah podium lampu. Cahaya lima lampu itu semakin terang benderang, lebih berkilau dibandingkan saat masih berada di atas patung batu.
Transformasi aneh ini membuat sang penyihir yang tadinya putus asa membeku sejenak, menatap kristal roda itu bagai patung dengan ekspresi bingung, tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi.
Han Sen juga mengerutkan kening melihat kristal roda itu. Tiba-tiba ia merasakan sesuatu melesat dari pelukannya dan langsung mendarat di pusat kristal roda - ternyata itu adalah patung giok Wan'er.
Setelah patung giok Wan'er mendarat di atas kristal roda, benda itu tersangkut di slot kristal roda. Patung sebesar telapak tangan itu perlahan membesar, dan dalam sekejap telah kembali ke ukuran aslinya seperti saat di Taman Suci dulu.
Seluruh kristal roda juga karena intervensi patung giok, diselimuti banyak simbol dan pola aneh, terlihat seperti cahaya papan sirkuit yang terjalin di atas kristal roda. Di setiap titik persilangan cahaya, terdapat sebuah simbol aneh.
Di antara cahaya yang menyelimuti itu, patung giok seolah memiliki spiritual. Sorot matanya semakin hidup, pandangannya tertuju pada wajah Han Sen sambil tersenyum berkata: "Aku tahu, Kamulah orang yang kubutuhkan."
"Aku bukan Juru Selamat apa pun." Han Sen mengawasi ketat Qin Xiu.
"Aku juga tidak butuh Juru Selamat. Yang kulakukan bukan menyelamatkan dunia ini, juga tidak membutuhkan orang yang mengikuti jejakku. Tidak ada kehancuran, tidak ada pembaruan. Yang kubutuhkan adalah perintis, seseorang yang mampu menghancurkan keteraturan yang ada." Suara Qin Xiu kembali terdengar dari patung giok.
"Yang Mulia!" Kaisar Sembilan Ribu berteriak sambil bersujud.
"Penyihir, Chi Kui, Si Tua Elang, dan yang tanpa mata" dengan susah payah menopang raga mereka, memberi hormat kepada Qin Xiu. Wajah mereka dipenuhi ekspresi takjub dan ketidakpercayaan.
"Aku bukan orang yang kau cari. Selain Wan'er, aku tidak akan melakukan apapun untukmu." Han Sen mengerutkan kening.
"Kamu tidak perlu melakukan apapun untukku. Cukup ikuti suara hatimu. Karena kita adalah jenis manusia yang sama. Sekalipun tanpa aku, kamu pasti akan mencapai titik itu. Aku hanya mempercepatmu melihat garis finish." Kilatan cahaya pada patung giok semakin terang menyatu dengan kristal roda, bagaikan berdiri di atas bulan perak.
Sebelum Han Sen sempat bicara, Qin Xiu memandang para penyihir dan tersenyum tipis: "Terima kasih atas kerja keras kalian. Mulai sekarang, lautan luas dan langit terbuka. Kebebasan ada di tanganmu. Lakukanlah yang kalian inginkan. Tak perlu lagi menjaga tempat ini."
"Yang Mulia, sebenarnya mengapa? Bukankah Baginda berkata hanya dengan menguasai tubuh suci seseorang bisa menjadi penguasa baru Tanah Suci... Mengapa dia bukan tubuh suci..." Hati penyihir dipenuhi ribuan keraguan.
"Memiliki tubuh suci memang bisa menjadi penguasa baru Tanah Suci, bisa menjadi Santo berikutnya, bisa membangkitkan kembali sebuah kerajaan suci. Tapi itu hanyalah kebutuhan paling primitif, pilihan terpaksa demi mempertahankan secercah harapan. Yang kubicinkan bukan hanya itu. Aku butuh seseorang yang bisa melangkah lebih jauh dariku... seseorang dengan kemungkinan tak terbatas..."
Qin Xiu berbicara sambil berdiri di depan kristal roda, mendongak ke kehampaan. Sorot matanya semakin dalam, kedua lengannya terangkat perlahan seolah memeluk seluruh langit berbintang.
"Biarkan aku memperkenalkan kalian pada alam semesta yang menakjubkan ini." Senyuman di wajah Qin Xiu semakin memancar terang.
Han Sen masih ingin mengatakan sesuatu, namun tiba-tiba roda kristal itu menyala terang benderang. Kristal roda berputar gila-gilaan. Seiring dengan tangan Qin Xiu yang terangkat, cahaya dari roda kristal itu bagai letusan gunung berapi, berubah menjadi pilar cahaya yang langsung menerjang kehampaan.
Boom!
Seluruh Alam Semesta Raya bergetar hebat. Bintang-bintang di jutaan bidang bintang bergetar. Berbagai ras makhluk tertegun memandang kehampaan, menyaksikan pilar cahaya yang bagai poros alam semesta itu menerobos ruang kosong.
Di puncak pilar cahaya tersebut, kehampaan seolah es hitam yang meleleh, perlahan menyingkapkan dunia di baliknya.
Kuil-kuil mistis dan bangunan suci kuno bermunculan bagai fatamorgana di tengah kehampaan. Seiring melelehnya kegelapan di bawah terang pilar cahaya, segalanya semakin jelas dan nyata terpapar.
“Itu... Kuil Gen...” Han Sen memicingkan matanya, menatap bangunan kuno penuh misteri di kehampaan itu.
