Wajah Han Sen berubah pucat. Matanya mengawasi Golden Roar dengan seksama. Segera dia sadar raga monster itu masih mempertahankan aktivitas, vitalitasnya belum punah. Tapi dibandingkan pertemuan terakhir, vitalitasnya telah melemah ribuan kali lipat.
Tubuhnya membeku dalam sikap menerjang, cakar-cakarnya mengarah ke pintu utama kuil, seolah adegan itu dibekukan selamanya.
"Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi pada Golden Roar?" Raut wajah Han Sen berubah-ubah, seketika itu juga tak bisa melihat apa yang sebenarnya terjadi.
Penyihir Wanita sepertinya menyadari perhatian Han Sen pada Golden Roar, setelah mengamati lebih seksama kuil dan makhluk berbulu emas itu berkata: "Tuan Muda, itu adalah kuil Dewa Sekejap. Di antara berbagai dewa yang turun ke dunia di era lalu, terdapat sosok Dewa Sekejap. Beliau adalah Tuhan level tinggi aliran waktu. Jika analisaku tepat, Golden Roar itu kemungkinan terkena mantra 'Sekejap Abadi'-Nya. Satu detik menjadi keabadian, seumur hidupnya mungkin akan terkurung dalam sekejap itu, selamanya tak bisa keluar."
"Tuhan level tinggi? Bagaimana Tuhan dibagi levelnya? Bagaimana kekuatan Dewa Sekejap jika dibandingkan dengan makhluk di Alam Semesta Raya?" Han Sen merasa tak sabar dalam hatinya.
"Menurut pengetahuan kami, para dewa terbagi menjadi empat level: penghancuran, bencana, kehancuran, dan restart. Jika berbicara tentang kekuatan, ini sangat sulit dinilai. Dewa level tinggi lebih kuat dari yang rendah, itu sudah pasti. Tapi karena semua dewa yang mengambil alih tubuh makhluk alam semesta akan terbatas kekuatannya, maksimal hanya mencapai tingkat Dewa sejati. Jadi bahkan dewa tingkat kehancuran pun banyak yang sudah dibunuh oleh Yang Mulia."
"Tapi di dalam kuil, kekuatan para dewa itu benar-benar tak terduga. Dulu ketika aku dan Si Tua Elang memiliki harta mutan kelas atas serta senjata citra ilahi, kami hanya bisa bertarung dengan susah payah melawan dewa tingkat bencana. Dewa Sekejap adalah entitas kehancuran level dewa. Di dalam kuil, kami jelas bukan tandingannya. Saat ramalan ilahi menyebutkan kedatangannya, Yang Mulia sendiri yang turun tangan melukainya parah sampai dia kabur kembali ke kuil."
Han Sen mengerutkan kening berkata: "Aku membawa Santo Qilin bertarung dengannya, menurut kalian siapa yang lebih kuat?"
Penyihir dan Si Tua Elang sama-sama terkejut, cepat-cepat berkata: "Sekali-kali tidak boleh, Tuan Muda! Meski Santo Roh dirancang khusus oleh Santo untuk membunuh dewa, tapi desain awalnya adalah empat roh menyatu, lalu ditambah penguatan dari lampu ras, baru ada kesempatan membunuh dewa tingkat atas. Kekuatan lampu ras kini sudah habis digunakan untuk memecahkan batas dimensi. Dari empat Santo Roh hanya tersisa satu. Jika hanya Santo Qilin saja, kekuatannya mungkin setara dewa bencana. Ditambah kekuatan Tuan Muda sendiri, tetap sulit menantang dewa tingkat kehancuran."
Han Sen mengawasi ketat Golden Roar di depan Kuil Sekejap tanpa bicara. Meski Golden Roar membeku tak bergerak, Han Sen bisa merasakan vitalitasnya semakin berkurang. Menurut perkiraannya, mungkin dalam beberapa tahun vitalitas Golden Roar akan habis sama sekali.
Penyihir itu sepertinya membaca pikiran Han Sen, cepat-cepat berkata: "Tuan Muda, jika ingin mengalahkan Dewa Sekejap tidak sulit. Sepengetahuan saya, di antara dewa bencana ada seorang Dewa Tanpa Batas yang senjata citra ilahinya memiliki kekuatan tanpa batas, tak terikat waktu dan ruang. Jika Tuan Muda bisa membunuh Dewa Tanpa Batas terlebih dahulu dan merebut senjata citra ilahinya, nanti dengan bantuan senjata itu, peluang menang melawan Dewa Sekejap akan jauh lebih besar."
"Ayah, Si Emas kecil terlihat kesakitan. Ayo kita selamatkan dia, ya?" Bao'er yang terus menempel di bahu Han Sen, memandang penuh harap ke arah Golden Roar di depan Kuil Sekejap.
Han Sen masih merenung belum sempat bicara, tiba-tiba dari kehampaan terdengar suara menggeram. Seorang perempuan bertubuh ular dan seekor monster berbulu hijau melintasi ruang angkasa, menyerang kuil Dewa Sekejap.
Han Sen langsung mengenali monster berbulu hijau itu, persis monster yang dulu merampas Golden Roar.
Perempuan bertubuh ular itu tidak dikenali Han Sen, tapi sepertinya berasal dari ras Gana.
"Lho, ternyata ras Gana masih punya petarung Tingkat Dewa yang hidup? Kenapa tak pernah kudengar sebelumnya?" Si Tua Elang melirik perempuan itu dengan terkejut.
Penyihir merenung sambil menatapnya: "Legenda menyebut Leluhur Gana punya adik kembar yang diculik monster mengerikan saat kecil. Kemungkinan besar inilah dia. Kalau diprediksi, monster yang menculiknya pasti Raja Binatang Roar dari Gunung Wuding."
"Dulu penguasa Gunung Wuding adalah sahabat karib Yang Mulia. Setelah lolos ke Kuil Gen, ia menghilang. Tak disangka masih menyisakan keturunan, sayangnya tetap terjebak di kuil ini." ujar Si Tua Elang.
“Meski wanita Gana dan makhluk hijau itu termasuk makhluk top di Alam Semesta Raya, tapi niat mereka menyelamatkan Golden Roar dengan menerobos Kuil Sesa Detik jelas tindakan tidak bijaksana.” Chi Kui menggelengkan kepala sambil berkata.
Sambil berbicara, wanita ras Gana dan Qingmao Hou sudah menerobos masuk ke area istana suci, langsung menuju ke kuil Dewa Sesa Detik.
“Penguasa Gunung Kecil, kami datang menyelamatkanmu!” Qingmao Hou mengaum keras, tubuhnya memancarkan cahaya hijau, lalu menyemburkan pilar cahaya hijau kebiruan ke arah Golden Roar.
Pilar cahaya hijau itu seketika mencapai jarak kurang dari satu meter di depan Golden Roar. Tapi satu sentimeter pun dari jarak tersisa itu tak bisa ditembusnya.
Jika diputar ulang dengan kecepatan seratus kali lipat, akan terlihat pilar cahaya itu memang bergerak maju. Hanya saja pergerakannya sangat lambat, praktis sama dengan diam di tempat.
Han Sen melihat dan hatinya berdesir. Ternyata di luar tubuh Golden Roar menyelimuti bidang waktu yang mirip dengan Hantu Waktu, hanya saja kekuatan bidang waktu itu bahkan puluhan kali lebih dahsyat dari bidang Hantu Waktu.
Hingga kekuatan sekuat Makhluk Bulu Hijau pun, di dalam kekuatan waktu itu terlihat hampir diam statis.
Tidak, bukan diam sepenuhnya. Pilar cahaya hijau itu terkuras dengan cepat dalam kekuatan waktu, dalam sekejap mata habis total tanpa menyisakan sedikit pun sisa cahaya.
Perempuan ras Gana mengangkat bola kristal dengan kedua tangan. Di dalam bola kristal muncul gelombang cahaya, namun kilauan itu juga tergerus oleh kekuatan waktu di sekitar Golden Roar, sama sekali tak bisa meruntuhkan kekuatan tersebut.
Gemuruh!
Pintu kuil sekejap terbuka. Seorang perempuan dewa berpostur jenjang mengenakan baju zirah hitam ketat keluar dengan wajah dingin tanpa secercah emosi manusiawi.
Setiap langkahnya, ruang di sekelilingnya bergetar bagai permukaan danau, seolah lingkaran riak menyebar di kehampaan.
Han Sen yang menyaksikan penampilan Dewa Sekejap tertegun sejenak, karena sosok dan aura-Nya sangat mirip dengan Nyonya Sekejap.
Bahkan sebenarnya Nyonya Sekejap-lah yang menyerupai Sang Dewa. Dibandingkan, sang Nyonya ibarat versi lemah Sang Dewa Sekejap, baik aura maupun medan energinya jauh tertinggal.
"Ada apa ini..." Berjuta-juta pikiran melintas di benak Han Sen.
