Han Sen mendapat banyak jawaban dari Kaisar Manusia, tapi saat meninggalkan Sekte Darah Hidup, pertanyaan dalam hatinya tidak berkurang.
Seperti yang dikatakan Kaisar Manusia sendiri, dia tidak meminta Han Sen melakukan apapun, seolah hanya menyarankannya untuk tidak mengekspos identitas manusia.
Selain itu, Kaisar Manusia juga memberinya bagian lanjutan dari 《Kitab Darah dan Saraf Hidup》, mengatakan jika dia mau, cukup mempelajari bagian lanjutan untuk secara bertahap mengubah garis keturunannya menjadi Blue Blood. Meski konversi ini tidak semurni pelengkapan generasi demi generasi, tapi tetap bisa memberinya tenaga Blue Blood.
Namun sebagai harga yang harus dibayar, Han Sen akan kehilangan semua teknik gen yang pernah dipelajari sebelumnya, juga tidak bisa lagi menggunakan roh binatang. Dia hanya bisa memanfaatkan tenaga Blue Blood murni.
Kaisar Manusia tidak memaksa Han Sen untuk melakukan ini, hanya menyuruhnya membuat pilihan sendiri.
Han Sen juga menanyakan tentang Han Jingzhi. Kaisar Manusia hanya menjawab bahwa Han Jingzhi bukan jemaat Sekte Darah Hidup, dan dia juga bukan Blue Blood. Selain itu tidak ada penjelasan lebih lanjut.
“Banyak yang diucapkan Kaisar Manusia, tapi aku selalu merasa masih ada hal-hal penting yang belum dia ungkap.” Sepanjang perjalanan pulang, Han Sen terus bergolak dalam berbagai pemikiran. Banyak pertanyaan masih belum terjawab, dan dia merasa ada satu masalah besar di balik semua ini, namun tak bisa menebak apa itu.
“Lalu bagaimana dengan Han Jingzhi? Kaisar Manusia seharusnya tidak berbohong tentang hal seperti ini, tapi mengapa ada yang mengatakan Han Jingzhi adalah Blue Blood di antara anggota Tim Aksi Ketujuh? Apa yang sebenarnya terjadi?” Han Sen juga sangat bingung.
Awalnya mengira kunjungan ke Sekte Darah Hidup kali ini bisa menjawab teka-teki tentang Han Jingzhi, namun nyatanya tak berguna. Pengetahuannya tentang sang kakek buyut tetap nihil.
Mungkin Kaisar Manusia tahu sesuatu, tapi jelas dia enggan membahas lebih jauh tentang Han Jingzhi.
Saat Han Sen kembali ke Taman di Udara, Kaisar Sembilan Ribu belum kembali. Justru ada dua tamu yang sudah menunggu.
Qingmao Hou dan wanita ras Gana datang ke Taman di Udara. Ketika Han Sen bertemu mereka, makhluk berbulu hijau itu langsung menjulurkan kepalanya ke hadapan Han Sen sambil merendahkan sura: "Aku pernah berselisih denganmu di masa lalu. Nyawaku ini silakan kau ambil. Aku hanya mohon, demi hubungan kita dulu, selamatkanlah penguasa gunung kecil."
"Bangunlah. Aku pasti akan menyelamatkan Si Emas kecil. Tapi kalian juga paham, kekuatan sekarangku belum cukup untuk melawan Sang Dewi Sekejap. Aku butuh waktu untuk persiapan," ujar Han Sen sambil mengangkat tangan.
"Yang Mulia, perintah apa pun silakan berikan. Asalkan bisa menyelamatkan penguasa gunung kecil, kami bersedia melakukan apapun," kata wanita ras Gana itu dengan raut wajah tenang.
"Ingin menyelamatkan Si Emas kecil dari Kuil Sekejap, hanya mengandalkan kita tidak cukup. Diperlukan lebih banyak sekutu kuat. Jadi aku butuh beberapa sumber daya untuk membuat rekan semakin perkasa. Kalian punya gen varietas langka mitos, bisa pinjamkan dulu." Han Sen berpikir Gunung Wuding pasti punya banyak barang bagus, mungkin bisa mendapatkan sebagian sumber daya dari sana.
"Gen varietas langka mitos masih ada di Gunung Wuding. Nanti kami akan ambilkan untukmu," kata wanita ras Gana.
Sekarang mereka sudah tak punya tempat meminta tolong selain Han Sen. Setidaknya mereka tahu, Han Sen tulus ingin menyelamatkan Golden Roar.
"Koin emas itu benar-benar bukan barang! Percuma penguasa gunung kecil menyerahkan posisi peringkat pertama di Prasasti Suci padanya. Saat penguasa dalam kesulitan, bahkan bayangannya pun tak kelihatan," geram Qingmao Hou.
Dalam hati Han Sen tersenyum pahit: "Bukan tidak muncul, tapi sudah dihancurkan."
Namun ucapan Qingmao Hou ini memberi peringatan pada Han Sen: Golden Roar bahkan telah menyerahkan posisi pertama Sacred Ranking pada Koin Emas. Jika Koin Emas terus-menerus tidak muncul, ini benar-benar terlihat tidak masuk akal.
Meski ras Koin Emas sama sekali berbeda dengan Han Sen, orang lain juga tidak akan curiga padanya. Tapi tetap saja ada yang terasa tidak pantas.
Setelah mengirim pergi Qingmao Hou dan wanita ras Gana, Han Sen merenung cukup lama. Akhirnya dia memutuskan untuk menantang dewa menggunakan identitas Koin Emas terlebih dahulu.
Tapi kali ini dewa yang akan ditantang Han Sen bukanlah Sang Dewi Sekejap, melainkan Dewa Tanpa Batas tingkat bencana.
Han Sen ingat perkataan Penyihir: Kekuatan Dewa Tanpa Batas bisa memberikan kekebalan tertentu terhadap kekuatan waktu. Jika bisa mendapatkan senjata citra ilahinya, mungkin akan sangat berguna untuk operasi penyelamatan Golden Roar di masa depan.
Di tempat sepi, Han Sen memasuki status transformasi varietas langka. Dia mengenakan Rompi Tempur Dongxuan sambil mengeluarkan Mahkota Tian Shen dari inventory-nya.
Mahkota Tian Shen adalah senjata citra ilahi tingkat kehancuran, dua level lebih tinggi dibanding Senjata Dewa Tianluo, setara dengan senjata citra ilahi Sang Dewi Sekejap.
Hanya saja Han Sen sama sekali tidak pernah memakai Mahkota Tian Shen ini, tidak tahu kemampuan apa sebenarnya yang dimilikinya.
Bukan berarti level tinggi pasti berguna, seperti roh binatang Lotus Sumur Terang meskipun termasuk roh binatang level tinggi, kemampuannya untuk menenangkan tidak terlalu berguna dalam pertempuran garis tipis antara hidup dan mati.
"Dulu Sang Dewi berkata, Mahkota Tian Shen ini memungkinkanku bebas masuk-keluar Kuil Gen. Kini Kuil Gen sudah menampakkan diri di dunia nyata, apakah Mahkota Tian Shen masih memiliki fungsi lain?" Setelah ragu sejenak, Han Sen pun mengenakan mahkota itu.
Saat Mahkota Tian Shen menyentuh ubun-ubun Han Sen, cahaya ilahi berwarna pelangi langsung mengalir deras menyelimuti seluruh tubuhnya. Dari kejauhan, Han Sen tampak bagaikan dewa yang diselubungi sinar pelangi.
Kres!
Han Sen melihat operasi gir alam semesta di hadapannya, seolah ada gerbang mesin raksasa yang terbuka di hadapannya, sangat mirip dengan cara pembukaan bidang inti dan bidang ilahi.
Tapi yang membuka gerbang ini bukan Han Sen sendiri, melainkan Mahkota Tian Shen di kepalanya.
Sorot mata Han Sen menatap ke dalam gerbang kehampaan, hanya melihat hamparan cahaya pelangi dan sinar jingga, rantai keteraturan tak terhitung terjalin erat, sama sekali tidak melihat apa yang ada di dalamnya.
Setelah ragu sejenak, Han Sen melangkah menuju gerbang yang memancarkan cahaya pelangi. Saat posturnya sepenuhnya masuk ke dalam gerbang, pintu itu tertutup keras dan menghilang di kehampaan, berbagai fenomena aneh pun ikut lenyap.
"Ini... Kuil..." Han Sen mengerutkan kening melihat segala sesuatu di hadapannya.
Ini adalah sebuah kuil batu giok, dan yang berada di bawah kaki Han Sen jelas adalah sebuah altar dewa. Han Sen pernah menyaksikan langsung Tian Luo Shen beregenerasi di altar serupa, sama sekali tidak mungkin salah mengenali. Di sini pasti adalah sebuah kuil, dan dia sekarang berdiri di atas altar dewa kuil tersebut.
"Kuil Tingkat Kehancuran telah diaktifkan. Silakan beri nama untuk kuil ini." Sebuah suara bergema di dalam kuil, sementara selembar bendera suci melayang di hadapan Han Sen.
"Apa yang terjadi ini? Mungkinkah aku telah menjadi dewa?" Han Sen mengerutkan kening melihat bendera suci kosong di depannya. Bendera-bendera suci yang pernah dilihatnya sebelumnya sudah memiliki nama dewa, namun yang ini masih benar-benar polos tanpa tulisan apapun.
Han Sen sama sekali tidak ingin menjadi dewa. Bahkan jika harus menjadi dewa tingkat kehancuran sekalipun, dia tak bisa menerimanya.
"Akhirnya kamu datang." Saat Han Sen masih ragu, pintu kuil tiba-tiba menganga lebar. Seorang gadis remaja masuk ke dalam, tak lain adalah Gu Wan'er.
Tapi dari nada bicaranya sudah jelas, yang sekarang mengendalikan raga ini bukanlah Wan'er, melainkan anggota yang mengaku sebagai Tuhan itu.
