"Selama kamu mau menjelaskan, seharusnya bisa membuatku pahami." Han Sen menatap Han Yufei.
Han Yufei tidak mengkonfirmasi, hanya berkata dengan datar: "Kecuali Klan Dewa Kuno dan Tuhan, semua makhluk hidup di Alam Semesta Raya memiliki batas umur. Tahukah kamu apa yang menentukan panjang-pendeknya umur?"
Han Sen berpikir sejenak lalu berkata: "Umur makhluk hidup yang berbeda-beda memang tidak sama. Seharusnya ini dipengaruhi oleh gen mereka sendiri?"
Han Yufei mengangguk: "Memang benar. Kecuali tewas secara tak terduga, faktor terbesar yang mempengaruhi umur adalah gen itu sendiri. Gen yang berbeda menentukan umur yang berbeda. Tapi ini bukan mutlak. Kenyataannya masih banyak metode khusus untuk mempengaruhi umur, contohnya teknologi Ning yang sudah tersebar luas di Alam Semesta Raya. Teknologi ini bisa memperlambat pembaruan informasi genetik demi tujuan memperpanjang umur."
“Teknologi kondensasi hanyalah Metode Khusus, karena selama periode kondensasi, makhluk hidup hampir setara dengan status kematian. Jadi periode ini sepenuhnya tidak bermakna. Dengan membandingkan, ada teknik gen waktu level tinggi yang bisa menghentikan waktu tubuh. Dengan ini, informasi genetik tubuh akan selamanya tidak diperbarui lagi, secara teori berarti mencapai keabadian sekaligus mempertahankan kemudaan selamanya.”
“Seperti Kamu ya?” Han Sen mengawasi Han Yufei sambil berkata. Han Yufei yang terjebak di Gunung Dua Dunia selama mungkin miliaran tahun, tetap mempertahankan kemudaannya tanpa mati. Ini sepertinya merupakan manifestasi kekuatan waktu.
Han Yufei tidak menjawab Han Sen, hanya melanjutkan: "Secara teori, seharusnya banyak makhluk yang bisa mencapai keabadian, tapi kenyataannya tidak demikian. Baik makhluk biasa maupun varietas langka Tuhan yang memiliki kemampuan waktu kuat, begitu hidup melebihi batas umur genetik mereka, akan muncul berbagai kematian tak terduga. Sebelum Tanah Suci muncul, situasi seperti ini sangat umum. Makhluk sekuat naga sejati dan Phoenix sekalipun, betapapun kuat fisiknya atau berlimpah vitalitasnya, pada waktu tertentu tetap akan mati tanpa alasan."
"Maksudmu, para Tuhan telah merampas umur makhluk-makhluk itu?" Kilatan ide muncul di kepala Han Sen, teringat kemampuan para Tuhan merebut umur yang pernah dilihatnya.
Han Yufei mengangguk: "Benar, begitu adanya. Setelah kemunculan Tanah Suci, mereka berhasil membobol batas dimensi, memaksa Istana Dewa menampakkan diri. Tak terhitung dewa yang turun ke dunia dibunuh, membuat Istana Dewa menderita luka berat. Sejak bebas dari kurungan, aku telah bertemu banyak kaum kolot peninggalan Era Tanah Suci. Dengan umur genetik asli mereka, mustahil bisa bertahan sampai sekarang. Satu-satunya penjelasan adalah, akibat perang para dewa yang terjadi kala itu, kontrol para dewa muncul celah. Karenanya mereka bisa memanfaatkan berbagai metode untuk bertahan hidup. Sebelum Era Tanah Suci, situasi seperti ini tak pernah ada."
"Kalau begitu, membunuh dewa demi keabadian?" Han Sen mengerutkan kening halus. Meski penjelasan Han Yufei terdengar masuk akal, tetap ada yang terasa tidak beres di hatinya.
"Keabadian bukanlah sesuatu yang kukejar, tapi aku tidak suka perasaan terkekang dan dikalkulasi. Berapa lama aku bisa bertahan adalah kemampuan dan takdirku sendiri. Jika Tuhan ingin merampas hakku untuk hidup, justru aku akan menggagalkan keinginan mereka. Bahkan akan membuat mereka merasakan bagaimana rasanya kehidupan dikendalikan oleh orang lain." Han Yufei menyesuaikan kacamata hitamnya sambil berkata.
"Wanita ini... benar-benar gila..." Han Sen harus mengakui, Han Yufei adalah salah satu wanita paling mengerikan yang pernah ditemuinya.
Tiba-tiba Han Sen teringat dalam gulungan lukisan itu, dosa Han Yufei adalah menghujat Tuhan, namun hukumannya lebih berat daripada membunuh dewa. Ini memang bukan tanpa alasan.
Han Sen bahkan yakin, di Era Tanah Suci, wanita ini pasti pernah menggunakan Tuhan sebagai bahan percobaan. Itu jelas lebih berat dosanya daripada membunuh dewa.
"Lalu bagaimana dengan Santo? Apakah dia juga membunuh dewa demi alasan ini?" Han Sen menatap ketat Han Yufei sambil bertanya.
“Dia mengatakan seperti itu padaku, tapi menurut tebakanku, mungkin tidak sepenuhnya. Setidaknya, dia tidak murni untuk dirinya sendiri, pasti ada hubungan dengan orang lain juga.” Han Yufei berkata sambil merenung.
“Wan'er?” Han Sen langsung menyebut nama itu, mengamati reaksi Han Yufei.
Han Yufei menunjukkan ekspresi terkejut: “Kamu ternyata tahu Wan'er?”
Han Sen bergumam dalam hati: “Bahkan lebih dari sekadar tahu.”
Han Yufei tidak menunggu jawaban Han Sen, lanjut berbicara: “Benar, itu adalah orang yang paling dimanjakan Sang Santo. Kurasa keinginan kuat Santo untuk membunuh dewa mungkin ada hubungannya dengan Wan'er. Kalau tidak, dengan kemampuannya, tidak sulit baginya menghindari Tuhan dan bertahan hidup.”
“Apakah Wan'er adik perempuan kandung Santo?” Han Sen yang menangkap nada bicaranya terdengar tidak beres, cepat-cepat bertanya.
“Meski Santo terus-menerus mengatakan Wan'er adalah adik perempuan kandungnya, tapi aku yakin Wan'er pasti bukan saudara kandungnya, karena Wan'er dan dia sama sekali bukan satu ras.” Han Yufei berkata dengan tegas.
“Kamu yakin mereka bukan satu ras?” Han Sen bertanya.
“Tentu saja, Wan'er adalah kerabatku. Dalam hierarki keluarga, dia harus memanggilku bibi. Aku hampir-hampir mengawasinya tumbuh besar, menurutmu mungkin tidak aku salah?” Han Yufei mencibirkan bibir berkata.
“Apa? Wan'er satu klan denganmu? Kalian termasuk ras apa?” Han Sen mata membelalak menatap Han Yufei, hingga detik ini dia pun tidak tahu Han Yufei termasuk ras mana.
"Suku Wu." Han Yufei menghela napas: "Tapi suku kami di era yang sangat lampau hampir punah. Di Alam Semesta Raya, mungkin sudah jarang yang mendengar nama ini. Selain aku, entah apakah masih ada kerabat yang hidup. Dulu setidaknya masih ada Taiyi, Di Jun, dan Zi Dou... Kini..."
"Apakah Taiyi, Di Jun, dan Zi Dou juga anggota Suku Wu?" Mata Han Sen membelalak.
Han Yufei tersenyum pahit: "Sekarang bukan lagi. Di Jun sudah berubah menjadi Dewa, tentu bukan lagi anggota Suku Wu. Zi Dou bahkan sudah lama tewas. Yang ada di Gunung Dua Dunia hanyalah obsesinya yang tersisa. Taiyi pun hilang tanpa jejak, mungkin sudah gugur dalam Perang Para Dewa."
Ekspresi Han Sen semakin aneh. Tak disangka Wan'er dan Han Yufei ternyata satu ras. Bahkan Di Jun dan Taiyi dulunya adalah Suku Wu.
Sejak Istana Dewa menampakkan diri, Han Sen diam-diam mencari kuil Kaisar Di Jun, ingin mengeliminasinya untuk membalas dendam masa lalu. Tapi setelah menyisir seluruh Istana Dewa, Han Sen tidak menemukan bendera suci bertuliskan dua kata "Di Jun", tidak tahu di kuil mana Kaisar Di Jun bersemayam.
Adapun Taiyi dan Kuil Logam itu, Han Sen juga gagal menemukannya. Hal ini membuatnya merasa aneh.
Han Sen segera menceritakan pertemuannya dengan Taiyi, serta fakta bahwa Taiyi telah memperbaiki Kuil Logam lalu terbang menghilang, kepada Han Yufei. Ia ingin mendengar pandangan Han Yufei.
Setelah mendengar itu, wajah Han Yufei dipenuhi keheranan: "Taiyi ternyata masih hidup?!"
"Ya, tapi setelah dia memperbaiki Kuil Logam dan menyatu dengan dimensi lain, saat Istana Dewa muncul, aku tidak melihat Kuil Logam di sana. Ada apa ini?" tanya Han Sen.
Han Yufei tersenyum: "Tentu saja kamu tidak bisa menemukannya, karena Kuil Logam itu pada awalnya adalah kuil tiruan yang dibuat oleh Saint Domain pada masa itu, tujuannya untuk menggantikan kuil asli dan menjadi penguasa semesta baru, tidak lagi terikat oleh Istana Dewa dan Kuil Gen. Tujuan akhirnya adalah menggantikan seluruh Istana Dewa. Sayangnya belum berhasil, Saint Domain sudah hancur, Kuil Logam juga dihancurkan. Tidak disangka Taiyi malah menghidupkan kembali Kuil Logam."
Han Sen masih ingin membantah, tiba-tiba seluruh laboratorium berguncang hebat. Dinding es retak, logam pecah berantakan, seolah terjadi gempa bumi.
Sebuah aura menakutkan menyelimuti tanah. Bahkan dengan tingkat ketumpulan Han Sen saat ini, masih bisa merasakan mengerikannya aura tersebut.
