Peluang manusia mendapatkan darah dewa yang dikaruniakan Tuhan ternyata tidak sesedikit yang dibayangkan Han Sen. Secara rata-rata, sekitar seperlima partisipan berhasil.
Tapi sebagian besar hanya mendapat satu teratai ungu. Yang dapat dua teratai pun sudah langka. Namun ada seorang remaja jenius yang luar biasa, sampai mendapatkan empat teratai ungu!
"Yang Mulia, Benarkah Anda mau ikut tes?" Saat giliran Han Sen semakin dekat, Guru Yang akhirnya tak tahan lagi bertanya dengan suara berbisik.
"Ada masalah apa?" Han Sen meliriknya sambil bertanya.
Yang Fuzi memandang ke kiri dan kanan, akhirnya mendekat ke Han Sen dan berkata dengan suara yang hampir hanya bisa didengar dua orang: "Yang Mulia, Tuhan hanya akan menganugerahkan garis keturunan ilahi kepada manusia."
Han Sen langsung paham maksud Yang Fuzi. Sang guru mengira dirinya adalah spesies gen, karena itulah merasa khawatir.
"Jika darah spesies gen menetes ke dalam tungku batu, reaksi apa yang akan terjadi?" Han Sen bertanya sambil tersenyum.
"Biasanya tidak akan ada reaksi apa pun," jawab Yang Fuzi setelah berpikir sejenak.
"Kalau begitu, paling-paling hanya tidak ada reaksi. Tidak akan berpengaruh apa-apa, kamu tidak perlu khawatir," Han Sen menenangkannya.
Meski menganggap logika itu benar, hati Yang Fuzi tetap gelisah. Mengingat asal-usul Han Sen yang terlalu misterius, bagaimana jika benar-benar memicu masalah? Itu akan menjadi bencana besar.
Sudah mengantri cukup lama, akhirnya tiba giliran Han Sen. Melihat Han Sen masuk ke dalam kuil, Yang Fuzi langsung merasa jantungnya serasa terangkat, sementara Ning Jing yang berada di kejauhan sorot matanya berbinar, dengan semangat dua belas kali lipat mengamati lebih dalam proses tes Han Sen.
Setelah memasuki kuil, Han Sen langsung menuju ke tungku suci, bermaksud meneteskan setetes darah ke dalamnya untuk mencoba. Tapi siapa sangka prajurit di kedua sisinya datang menghentikannya: "Bersujudlah pada Yang Mulia Dewa!"
Han Sen mendengarnya lalu mengerutkan kening halus. Dulu dia bahkan sudah mengalahkan Anak Dewa Yao Lian, sekarang malah disuruh bersujud pada patung batu Yao Lian, mana mungkin dia mau melakukannya?
"Cepat bersujud!" prajurit itu kembali mendesak dengan kesal.
Han Sen berpikir sejenak, lalu langsung berbalik dan pergi. Bagaimanapun ini hanya sekadar iseng, tes atau tidak tidak terlalu menghalanginya. Memaksanya bersujud pada Anak Dewa Yao Lian terasa sangat kikuk, akhirnya ia memutuskan untuk tidak mengikuti tes.
Melihat Han Sen berbalik pergi, pasukan yang menjaga kuil tertegun sejenak, belum menyadari situasi sepenuhnya.
"Kamu mau pergi begitu saja?" Saat Han Sen hampir keluar dari gerbang kuil, seorang pria tiba-tiba muncul menghadang jalannya.
"Tiba-tiba teringat ada urusan penting yang harus diselesaikan. Untuk hari ini tesnya ditunda dulu, tolong minggirlah." Kata Han Sen.
"Tidak ikut tes boleh saja, tapi siapa pun yang masuk kuil wajib bersujud dan berdoa. Jika tidak, itu dianggap menghina Tuhan!" Pria itu tetap bersikukuh menghalangi jalan Han Sen, suaranya berhawa dingin.
Pasukan penjaga kuil yang baru sadar segera mengerumuni Han Sen, mengurungnya di tengah formasi mereka.
"Tuan Muda Shi Bo, ini semua kesalahpahaman. Teman saya ini penduduk pegunungan yang belum paham aturan. Jika ada yang kurang berkenan, sudilah Tuan Muda memaafkannya kali ini melihat muka tua hamba." Yang Fuzi buru-buru mendekat sambil berseru.
Bukan karena takut Han Sen terluka, melainkan khawatir Shi Bo memancing kemarahan Han Sen. Nanti jika Han Sen menampar Shi Bo hingga menjadikannya debu, benar-benar akan menjadi masalah besar.
Shi Bo adalah putra Walikota Kota Dewa Abadi. Jika dia terbunuh, sang Walikota pasti tak akan diam. Lalu jika Han Sen juga menghancurkan Walikota menjadi debu, ini akan menggemparkan petinggi Kekaisaran Qin Besar.
Menurut Shi Bo, setinggi apapun level Han Sen, tetaplah dia hanya benih genetik. Mana mungkin bisa melawan petinggi Kekaisaran Qin Besar? Nanti dirinya pun akan terlibat dalam masalah ini.
"Ternyata orang gunung, pantas saja." Shi Bo tersadar, tapi sekejap kemudian wajahnya berubah masam: "Aku tidak peduli dia orang gunung atau apa, menghina Tuhan adalah hukuman mati. Jika bersujud dengan tulus, mungkin bisa diampuni nyawanya. Tapi hukuman mati boleh dihapus, hukuman hidup tetap sulit dihindari..."
"Bagaimana jika aku tidak menyembah hari ini?" Sebelum Shi Bo selesai bicara, Han Sen sudah menyela.
"Tidak menyembah juga boleh." Shi Bo menyeringai dingin, mengangkat jari telunjuk ke langit. Detik berikutnya, terdengar suara Boom!
Seekor makhluk bercangkang hitam sebesar gajah mendarat di depan Shi Bo, mengguncang alun-alun hingga bergetar tiga kali.
Han Sen mengamati makhluk bercangkang itu. Tubuhnya mirip kumbang tanduk tunggal, seluruh cangkangnya hitam legam mengilap. Sepasang sayap hitamnya tegak berdiri, menunjukkan sikap siap menerkam mangsa.
“Asalkan kau mau menjadi makanan Serangga Raja-ku, Tuan Muda ini akan menghapus dakwaan penghinaan terhadap Tuhan-mu.” Shi Bo mencibirkan bibir sambil berkata, wajahnya penuh dengan ekspresi berbangga.
“Itukah Serangga Raja milik Tuan Muda Shi Bo? Konon ini spesies gen level Raja dengan tenaga dan pertahanan yang luar biasa dahsyat.”
“Andai aku memiliki spesies gen sekuat ini, seumur hidup pun sudah merasa cukup.”
……
Rakyat di alun-alun memandangi Serangga Raja dengan wajah iri, sama sekali tidak menunjukkan belas kasihan pada Han Sen.
Bagi mereka, Han Sen hanyalah seorang penduduk gunung. Seorang penduduk gunung berani menghujat Tuhan bahkan melawan bangsawan seperti Shi Bo? Itu sama saja mencari masalah yang berujung kematian.
Guru Yang gelisah bukan main, namun tak bisa berbuat apa-apa selain berdiri di pinggir sambil hanya bisa gelisah.
"Kamu ingin bersujud berdoa, lalu biarkan Tuan Muda mematahkan satu kakimu, atau ingin menjadi makanan Raja Serangga?" Shi Bo memandang Han Sen dengan penuh kebanggaan.
"Aku hanya ingin pergi." Han Sen bicara sembarangan sambil berusaha melewati Raja Serangga, bersiap meninggalkan kuil.
"Cari mati!" Shi Bo langsung membentak marah.
Ini pertama kalinya dia memimpin upacara kuil, awalnya tak ingin menumpahkan darah. Tapi siapa sangka Han Sen ternyata sekeras kepala ini? Mana mungkin dia masih mempertimbangkan banyak hal? Langsung memberi perintah ke Raja Serangga.
Raja Serangga mengaum keras, membuka proboscisnya yang dipenuhi duri, lalu menerjang untuk menelan Han Sen.
Shi Bo menyilangkan tangan di dada, mengawasi Han Sen dengan dingin, siap menyaksikan pemandangan Han Sen ditelan hidup-hidup oleh Raja Serangga.
Ning Jing mengerutkan kening melihat semua ini, dia benar-benar tidak bisa memahami, tujuan sebenarnya Han Sen melakukan ini, dari sudut pandang manapun Han Sen terlihat sengaja cari masalah.
Di negara mana pun, menghormati Tuhan adalah protokol paling dasar. Han Sen masuk kuil tapi enggan bersujud kepada Tuhan, ini jelas-jelas mencari masalah, tidak heran Shi Bo mengamuk.
"Bagus juga, lihat seberapa kuat sebenarnya dia." Ning Jing bergumam dalam hati.
Saat Raja Serangga hampir menelan Han Sen, Han Sen sama sekali tidak memanggil gen-gen, hanya mengangkat tinju dan menghantam kepala Raja Serangga dengan keras.
Ning Jing langsung membeku, Shi Bo bahkan terlihat seperti melihat orang bodoh.
Tidak menggunakan gen-gen, juga tidak memanfaatkan darah Tuhan, malah ingin melawan Raja Serangga dengan kekuatan fisik, siapa pun pasti mengira Han Sen bukan orang bodoh ya orang gila.
Tapi saat tinju Han Sen menghantam bagian atas kepala Bug King, semua orang ternganga, lama tidak bisa menutup mulut mereka.
