Kali ini reaksi pemuda berbaju putih sangat cepat. Dia langsung menyelinap di belakang Han Sen, tangan mencengkeram erat baju bagian punggung Han Sen.
Han Sen awalnya ingin melemparkan anak bodoh tuan tanah ini. Mereka tidak saling kenal, Han Sen juga tidak tahu apakah dia baik atau jahat, dan tak ingin menghalangi pisau untuknya.
Tapi gadis cantik mirip malaikat yang membelah angkasa itu sama sekali tidak peduli. Pedang indah berhiaskan ornamen mewah di tangannya menunjuk ke arah Han Sen, tiba-tiba petir mengerikan menerobos kehampaan menghujam—jelas bermaksud mengubah Han Sen beserta pria berbaju putih di belakangnya menjadi arang.
Han Sen bukan pencari masalah, tapi mutlak takkan membiarkan diri direndahkan. Langsung ia balas tinju menghadang petir yang menyambar itu.
Ning Jing berteriak dari samping: "Berhati-hati! Dia sudah mengasimilasi Bibit Gen Tingkat Dewa Elang Petir Kehampaan Besar! Petir Surgawi Kehampaan bisa membinasakan segalanya sekaligus menghantarkan energi ribuan li—tak bisa dihadapi dengan kekuatan fisik!"
Tapi petir itu terlalu cepat. Ucapan Ning Jing bahkan belum selesai, tinju Han Sen sudah menghantam kilatan mengerikan itu.
Boom!
Cahaya petir berhamburan, Listrik mengerikan itu ternyata dihancurkan oleh satu pukulan Han Sen. Kilatan cahaya petir memenuhi langit, tapi sama sekali tidak melukai Han Sen, juga tidak mengalir ke remaja berbaju putih di belakangnya.
Ning Jing ternganga lama tak bisa menutup mulutnya. Bertahan dengan fisik terhadap Petir Suci Kehampaan Agung tapi tetap utuh? Ini sudah melebihi batas kepercayaannya.
Kecantikan di langit itu juga menunjukkan raut terkejut di pupil matanya. Namun hanya sesaat. Detik berikutnya, pedang indah berhiaskan ornamen mewah di tangannya mulai terayun cepat, meluncurkan gelombang demi gelombang Petir Suci Kehampaan Agung ke arah Han Sen.
"Ternyata masih ada jagoan di dunia ini." Han Sen merasakan tinjunya kesemutan. Meski Listrik itu tak melukainya, tetap membuatnya tak nyaman.
Menatap deretan petir yang membelah angkasa, Han Sen terus mengayunkan tinju. Tinju demi tinju menghantam kilat-kilat itu hingga serpihan api beterbangan, bagaikan Dewa Perang yang lahir dari mandi petir.
Yang Fuzi dan Ning Jing sama-sama terpana, Yang Fuzi semakin yakin Han Sen mutlak bukan manusia biasa, sementara Ning Jing semakin melihat Han Sen tidak seperti manusia.
Remaja berbaju putih di belakang Han Sen malah menunjukkan ekspresi girang. Bersembunyi di balik postur perkasa Han Sen, ia seolah tak merasakan ketakutan di dunia ini, berteriak lantang: "Han Sen, bukankah kau suka budak wanita? Cepat jatuhkan wanita hebat itu! Aku akan memberikannya bersama Ning Jing sebagai budak wanitamu!"
Han Sen mendengar ucapan ini merasa jengkel sekaligus terhibur. Dirinya yang seperti Han Sen, bukankah bisa mendapatkan wanita cantik mana pun? Mana mungkin benar-benar tergila-gila pada kecantikan fisik.
Lagipula, jika benar-benar berhasil mengalahkan wanita cantik mirip malaikat itu, untuk apa perlu diberi olehnya?
Ekspresi Ning Jing di samping malah lebih masam dari Han Sen. Anak bodoh tuan tanah ini ternyata masih mengingat urusan itu.
Han Sen berhasil menahan belasan sambaran petir, kedua tangannya nyaris bengkak terkena efek listrik. Melihat wanita cantik itu masih diam tanpa tanda-tatan berhenti menyerang, ia merasa ini bukan solusi. Dengan gerakan melompat tiba-tiba, ia mencoba menyergap wanita bak malaikat tersebut di udara.
Situasi ini terpaksa dilakukan Han Sen. Tubuhnya terus ditolak alam semesta ini, membuatnya tak mampu terbang. Satu-satunya cara adalah melompat, namun semakin kuat ia mengerahkan tenaga untuk melompat, semakin dahsyat pula efek penolakan yang diterimanya.
Tubuh Han Sen melesat ke langit bagai peluru. Namun sang wanita hanya menggetarkan sayapnya, menghilang dalam kilatan petir ke ketinggian yang lebih ekstrim. Genggaman Han Sen pun meleset, memaksanya jatuh kembali ke tanah dengan pasrah.
Sang dewi perang tak memberinya waktu mendarat. Pedangnya menghujam kejam sementara tubuhnya bergerak lincah di antara jalinan petir. Kilatan-kilatan listrik berubah menjadi jejaring pedang mematikan yang seluruhnya menyasar tubuh Han Sen.
"Wanita ini sakit jiwa ya? Ucapan pun tak ada, langsung mau mencabut nyawa, aku dan anak bodoh tuan tanah itu benar-benar bukan satu kelompok lho!" Han Sen merasa frustasi, di udara sama sekali tak bisa meminjam tenaga, bahkan menghindar pun tak mungkin. Petir di depan masih bisa dihadapi, tapi petir di belakang tak bisa ditahan, disambar petir satu per satu di punggungnya, membuat raga Han Sen gemetar seperti dicambuk.
Meski kekuatan seperti ini belum bisa melukai raganya, tapi rasa sakitnya sungguh tak tertahankan.
Han Sen langsung mengerutkan kening. Sekalipun mendapat penolakan dari kekuatan alam semesta, tenaga fisiknya tetap lebih kuat daripada wanita gila itu. Tapi si wanita mengandalkan petir dan kemampuan terbang, membuat Han Sen sama sekali tak bisa menyentuhnya, hanya pasif menerima serangan.
Saat Han Sen sedang frustasi, anak kucing dalam pelukannya tiba-tiba mengeluarkan suara kecil yang manja. Kemudian Han Sen melihat kilau merah pada tubuh kucing itu berkedip-kedip, ternyata berubah menjadi aliran cahaya merah yang menyatu ke dalam raganya.
Han Sen langsung merasakan tubuhnya dipenuhi tenaga panas membara. Detik berikutnya, dengan deru tenaga yang mengalir deras dalam raganya, dia tak kuasa menahan diri mendongak ke langit dan menggeram: "Meong!"
Bersamaan dengan raungan kucing dahsyat itu, sepasang telinga kucing merah menyala muncul di kepala Han Sen. Ekor kucing tebal bergoyang di punggungnya, bahkan pupil matanya berubah vertikal merah seperti kucing kecil.
"Akhirnya menggunakan Gen Seed." Sorot mata Ning Jing tajam tertuju pada Han Sen, ingin mengetahui Gen Seed macam apa yang digunakan petarung sekaliber ini.
Sementara Yang Fuzi ternganga seperti tersedak telur ayam. Suaranya tercekat di leher, tidak bisa berteriak maupun menelan, ekspresinya beku dalam keanehan.
"Ti-tidak mungkin... Bukankah dia Gen Seed? Bagaimana mungkin Gen Seed melakukan asimilasi transformasi dengan Gen Seed lain..." Otak Yang Fuzi benar-benar macet memproses fenomena ini.
Han Sen memandang wanita cantik yang terbang menghindar seperti petir, kekuatan misterius memenuhi kedua matanya hingga pupilnya semakin merah menyala.
Wanita itu melihat transformasi Han Sen yang menyatu dengan gen monster, kekuatan petir di tubuhnya semakin berkobar. Kedua tangan memegang pedang panjang, ia menghantam ke arah Han Sen dengan ganas. Petir terkristal membentuk siluet burung raksasa yang seketika menyambar ke depan Han Sen.
Dor!
Kilau merah tiba-tiba memancar dari mata Han Sen, dua sinar merah menyembur langsung menghancurkan elang petir itu. Sinar merah terus melesat ke langit bagai laser.
Darah segar menyembur deras. Dua sorot mata merah itu menembus tubuh sang wanita hingga ia mengerang kesakitan. Dengan tatapan penuh kebencian, sayap besar di punggungnya menggeleparkan diri berubah menjadi petir yang menyambar-nyambar. Sekejap mata, siluetnya telah menembus awan dan menghilang tanpa jejak.
Setelah sorot mata menyembur dari pupil Han Sen, ia langsung merasakan kekuatan aneh di dalam tubuhnya melemah drastis. Menyemburkan sorot mata kedua sudah mustahil dilakukan.
Wanita itu kabur tanpa jejak. Kekuatan di tubuh Han Sen juga ikut menghilang, berubah menjadi kilatan-kilatan merah yang menembus dadanya, lalu menyatu kembali membentuk sosok kucing kecil.
Namun kini kucing kecil itu terlihat sangat lemah. Dengan cakar mungil yang masih hijau mencengkeram baju di dada Han Sen, ia mengeong dengan suara tak berdaya: "Meong."
"Bagus, bagus! Akhirnya perawatanku tidak sia-sia. Jauh lebih hebat dibanding kucing tua brengsek itu." Hati Han Sen dipenuhi sukacita saking terus-menerus memuji sambil memeluk kucing itu.
"Ternyata aku juga bisa menggunakan kekuatan dunia ini." Setelah memeriksa tubuh kucing kecil dan menemukan ia hanya sedikit lemah, barulah hati Han Sen lega. Di saat yang sama hatinya mulai bergetar oleh kegembiraan.
Dulunya ia mengira tidak bisa menggunakan gen. Ternyata tidak demikian.
