Awalnya Han Sen mengira akan ada hambatan saat mereka ingin ikut mencaplok keuntungan. Tapi siapa sangka, setelah Ning Jing membawa mereka kembali dan memperkenalkan Yang Fuzi kepada para mitranya, orang-orang itu justru sangat antusias menyambut Yang Fuzi. Mereka sama sekali tidak ambil pusing dengan pengurangan dua puluh persen keuntungan untuk Han Sen dan Yang Fuzi.
"Lao Yang, tak kusangka reputasimu begitu mentereng!" kata Han Sen sambil tersenyum pada Yang Fuzi saat mereka beristirahat di kamar.
Yang Fuzi tersenyum pahit: "Reputasi tanpa substansi justru menyiksa. Meski aku menguasai ilmu pencarian jalur energi, tapi tanpa kekuatan untuk melindungi diri, ini seperti pepatah 'memiliki harta berharga adalah dosa'. Kalau bukan karena kehadiranmu, Ning Jing takkan segitu sopannya. Seandainya aku menolak pun, pasti tetap dipaksa datang. Dua puluh persen itu pun belum tentu benar-benar bisa kurengkuh."
Sambil mengobrol, Han Sen memasukkan daging yang digali dari tubuh serangga purba ke dalam oven.
Ini adalah sebuah hotel di dalam Kota Dewa Kuno yang legendaris, menyalakan api memang agak merepotkan, tapi adanya oven listrik juga cukup bagus.
Kucing kecil yang pendiam berjaga di samping oven listrik, matanya menembus panel transparan sambil terus memandangi daging panggang di dalamnya, air liurnya hampir menetes.
Setelah akhirnya matang, Han Sen membagi daging panggang menjadi tiga bagian. Awalnya berniat memberi satu bagian kepada Guru Yang, tapi sang Guru malah menggelengkan kepala berkali-kali: "Raga tuaku takkan sanggup menerima daging Gen ini, kalian saja yang menikmatinya."
"Apakah para bangsawan juga tidak memakan daging Gen?" tanya Han Sen penasaran.
"Jika persediaan makanan habis, mereka juga akan memakannya. Tapi biasanya tidak terlalu banyak. Daging Gen mengandung energi aneh yang berlebihan, raga manusia biasa takkan tahan menerima energi semacam ini. Hanya Gen yang bisa memakannya dalam jumlah besar." Sorot mata Guru Yang terus menatap Han Sen tanpa henti.
Melihat Han Sen melahap sepotong daging panggang dalam sekali gigitan, hatinya bergumam dalam hati: "Apakah Kakek ini benar-benar genospecies? Jika bukan, raga dan nafsu makannya ini jelas bukan level yang bisa disamai manusia biasa, persis seperti genospecies. Tapi kalau dia genospecies, mana mungkin genospecies bisa berasimilasi dengan genospecies lain?"
Han Sen dan si kucing kecil masing-masing melahap banyak daging Serangga Tyrant. Meski tubuh kucing itu kecil, porsi makannya setara dengan seekor banteng besar. Baru setelah perut mungilnya menggembung maksimal, ia meregangkan keempat kakinya sambil berbaring di atas alas. Cakar kecil kemerahan menekan perut bulatnya, wajahnya memancarkan kepuasan.
Setelah makan beberapa potong dan menyadari tidak ada petunjuk gen yang didapat, Han Sen merasa sedikit kecewa lalu berhenti melanjutkan.
Yang Fuzi hendak berbicara lagi, tapi tiba-tiba melihat langit malam di luar hotel berkilauan terang, seolah ada yang sedang menyalakan kembang api.
Han Sen dan Yang Fuzi sama-sama melihat ke luar jendela lantai besar. Seberkas sinar ungu membumbung ke langit, menembus lapisan awan, seolah tiang penyangga yang menghubungkan langit dan bumi.
"Itu posisi Kuil Yao Lian, apa yang terjadi di sana?" Han Sen berdiri di depan jendela, mengerutkan kening melihat sinar ungu itu.
Yang Fuzi terdiam beberapa saat sebelum berkata dengan nada iri: "Ada yang mendapatkan garis keturunan dewa Yao Lian yang lengkap. Siapa sangka Kota Dewa Abadi ini menyimpan bakat sehebat ini."
"Apa maksudnya?" Han Sen menatap Yang Fuzi.
Yang Fuzi menjelaskan: "Garis keturunan dewa yang didapat orang biasa biasanya tidak lengkap. Seperti bunga teratai ungu satu atau dua kelopak yang kita lihat sebelumnya, bahkan empat sekalipun - itu semua bukan garis keturunan dewa yang utuh. Fenomena aneh ini menunjukkan ada yang mendapatkan garis keturunan dewa Yao Lian yang sempurna. Bakatnya sudah mencapai puncak, memudahkannya menaklukkan geneseed dibanding orang biasa. Ini berkah sekaligus takdir."
Di sini, Yang Fuzi tak bisa menahan kesedihan: "Antara manusia memang tak bisa dibandingkan. Aku hanya menginginkan setetes darah dewa tapi tak kunjung dapat, sementara orang lain bisa memiliki segalanya. Bakat luar biasa seperti ini, mungkin bahkan walikota Kota Dewa Abadi akan merekrutnya langsung."
"Apakah darah dewa benar-benar sepentas itu?" Han Sen sama sekali tidak setuju dengan hal ini.
Di tempat Han Sen tumbuh, yang diutamakan adalah usaha dan kemampuan individu. Selama punya kemampuan, di dalam Shelter seseorang bisa tumbuh dengan mengandalkan diri sendiri, terus menjadi kuat.
Tapi dunia ini sepertinya sama sekali berbeda. Darah dewa seolah menentukan takdir seseorang. Tanpa darah dewa, bahkan kesempatan untuk menjadi kuat pun tak ada.
"Sangat penting, darah dewa satu lotus ungu, ingin membuat gen tingkat Baron tunduk, membutuhkan percobaan terus-menerus untuk berkomunikasi dengannya, dan belum tentu berhasil. Sedangkan darah dewa Yao Lian yang lengkap, memiliki kesempatan membuat gen tingkat Raja langsung menyerah. Bayangkan, remaja belasan tahun sudah bisa menyatu dengan gen tingkat Raja untuk bertempur, bisa dikatakan meroket ke puncak, dalam semalam menjadi petarung top Kota Dewa Abadi. Menurutmu ini penting tidak?" Kata Yang Fuzi dengan wajah masam.
Gagal mendapatkan darah dewa merupakan luka seumur hidup baginya.
Saat mereka berbicara, sinar ungu itu telah mekar seperti bunga teratai, membentuk lotus cahaya ungu raksasa yang muncul di langit berbintang selama beberapa menit sebelum perlahan menghilang.
Han Sen kini semakin tertarik dengan kuil dewa. Ia sangat ingin tahu apa yang akan terjadi jika dirinya mengikuti uji tersebut.
"Apakah Anak Dewa Yao Lian akan menganugerahkan darah suci Yao Lian padaku?" Han Sen memandang arah Kuil Yao Lian dengan penuh minat.
Sayangnya terlalu banyak aturan tes kuil. Han Sen juga enggan mengandalkan kekuatan untuk menindas yang lemah dengan merusak aturan kuil, sehingga terpaksa membatalkan niatnya.
Adapun mengikuti aturan untuk menyembah Dewa Yao Lian, itu semakin tidak mungkin.
Di dalam kamar hotel terdapat AI utama. Teknologi dunia ini tampak cukup canggih, tidak kalah dengan Alam Semesta Raya. Pengoperasian AI utama juga sederhana. Han Sen masuk ke komunitas virtual kampus, menyelidiki banyak data, memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia ini.
Seperti yang diucapkan Yang Fuzi, dunia ini adalah alam semesta yang menggunakan darah suci membagi derajat. Tanpa penguatan darah suci, di manapun di tujuh Kekaisaran Alam Semesta, bisa dikatakan sebagai warga hina Lapisan Terbawah. Banyak yang bahkan diperlakukan seperti budak dalam transaksi.
Semakin kuat darah dewa yang diperoleh, semakin tinggi statusnya.
Tapi ini tidak mutlak. Memiliki darah dewa yang kuat tapi tanpa bibit gen pendukung yang cukup, juga tidak berguna.
Kaisar dari Tujuh Kaisaran Besar semuanya memiliki darah dewa tingkat kehancuran, sehingga mampu menguasai satu wilayah alam semesta.
Yang membuat Han Sen heran, di komunitas virtual ternyata tidak ada informasi tentang kuil restart dan dewa restart. Sepertinya tidak ada yang memperoleh darah dewa tingkat restart.
"Dewa tingkat restart seharusnya berada di dalam Kuil Gen. Tapi di dunia ini tidak ada legenda tentang Kuil Gen. Ini agak aneh." Saat menelusuri data, Han Sen menemukan fungsi virtual community yang menarik.
Fungsi ini ternyata bisa menguji kekuatan darah dewa, bahkan membagi level darah dewa menjadi banyak tingkatan.
