Han Sen awalnya mengira di dalam Lembah Night Cry seharusnya tidak ada orang. Di sini hanya ada Bayinchong dewasa, saat ini tidak ada aliran tanah, ditambah lagi Bayinchong sulit ditangkap, seharusnya tidak ada yang datang ke sini.
Tapi begitu Han Sen memasuki lembah, dia melihat seorang wanita bertudung sutra hijau duduk di atas batu besar di Lembah Night Cry, matanya terpejam seperti sedang beristirahat.
Dari sikapnya, Han Sen tahu pasti wanita ini datang untuk menangkap Bayinchong. Serangga-serangga itu hanya keluar dari bawah tanah saat senja. Jelas wanita ini sedang menunggu matahari terbenam.
Sepertinya tidak menyangka ada orang yang datang, wanita itu membuka matanya dengan ekspresi terkejut, melirik Han Sen.
Meski wajahnya tertutup dan tubuhnya tersembunyi di balik jubah longgar, tapi sepasang matanya yang jernih bak air musim gugur itu membuatnya terlihat seperti gadis cantik nan menawan.
"Mungkin hanya matanya yang cantik, bagian lain wajahnya mungkin aneh. Kalau tidak, ngapain menutupi wajah?" Han Sen diam-diam menggerutu dalam hati.
Seandainya Han Sen mengenal wanita ini, dia pasti akan mengerti mengapa wajahnya ditutupi.
Feng Feifei, salah satu dari Tiga Diva Kekaisaran Qin Besar yang dijuluki "Nightingale Phoenix", memiliki status yang luar biasa tinggi dengan jutaan penggemar. Jika keluar tanpa cadar, kemacetan transportasi pasti terjadi di mana pun dia pergi.
Jangan samakan penyanyi Kekaisaran Qin dengan selebritas biasa. Dulu, Raja Musik Qin Zhong Liqing dengan satu lagu saja mampu mengusir puluhan armada invasi Zhao dari Planet Qianmo, menjadikannya salah satu petarung terkuat di masanya.
Tentu saja, itu terutama karena Zhong Li Qing memiliki benih gen tipe suara legendaris Mutlak Yin Jie. Meski status Tiga Diva tidak setinggi Zhong Li Qing, mereka tetap menjadi eksistensi kedua tertinggi setelah Raja Musik saat ini. Setiap dari mereka adalah petarung kuat yang memiliki benih gen tipe suara Tingkat Dewa, tidak sekadar selebritas penyanyi biasa.
Di alam semesta Kekaisaran, tanpa bantuan benih gen yang kuat, sangat sulit mencapai puncak di bidang apapun. Pada dasarnya, tokoh top di setiap industri adalah petarung yang sangat mengerikan.
Feng Fei Fei datang ke Lembah Tangis Malam tentu untuk menangkap Cacing Delapan Nada. Meski cacing yang sudah menetas tidak bisa disimpan dan bergabung lagi, tapi bisa digunakan untuk membuat cairan gen pemelihara suara. Ini merupakan barang bagus untuk para penyanyi.
Tentu saja, bagi Feng Feifei yang sudah mencapai tingkat seperti ini, Bāyīn Chóng biasa sudah pasti tidak bernilai di matanya. Sebelumnya dia mendengar kabar bahwa di Lembah Night Cry muncul seekor Bāyīn Chóng termutasi yang langka, ditambah keinginannya untuk sekadar jalan-jalan, sehingga barulah dia datang langsung ke Lembah Night Cry untuk menangkap Bāyīn Chóng.
Melihat Han Sen memasuki Lembah Night Cry, Feng Feifei tidak ambil pusing. Sekalipun Han Sen juga datang untuk menangkap Bāyīn Chóng, mustahil bisa merebut dari dirinya. Apalagi dia hanya mengejar Bāyīn Chóng mutasi, sementara Bāyīn Chóng biasa sama sekali tidak menarik minatnya.
Feng Feifei mengabaikan Han Sen, namun Han Sen justru menghadapi kesulitan. Dengan kehadiran orang luar, dia tidak bisa leluasa menggunakan Kitab Xuan Huang. Jika ada yang melihatnya memukul gen menjadi telur, entah apakah dirinya akan dipotong-potong untuk diteliti.
Selain itu, pandangan pertama Han Sen pada Feng Feifei langsung memberi kesan bahwa ini bukan karakter yang mudah dihadapi. Ini murni indra psikologis belaka, tanpa buti konkret apa pun.
Melihat Feng Feifei kembali menutup mata beristirahat, Han Sen menghindarinya dan melanjutkan perjalanan menuju kedalaman Lembah Tangis Malam. Ia berniat menjauh agar tak terlihat sedang menggunakan taktiknya.
Orang yang umumnya pandai bernyanyi, pendengarannya pasti sangat bagus. Feng Feifei adalah yang terbaik di antara mereka, apalagi dia memiliki benih gen khusus yang menyatu dalam tubuhnya. Meski tidak membuka mata, setiap gerakan Han Sen terdengar jelas di telinganya, langsung melukiskan pemandangan dinamis di otaknya.
Melihat Han Sen tidak mengenalinya dan langsung masuk ke kedalaman lembah, Feng Feifei diam-diam menghela nafas lega.
Kalau sampai dikenali, geraknya akan terbatas. Mungkin dia tidak bisa lagi mengejar Serangga Delapan Nada Bermutasi. Kalau tidak, terdengar kabar biduanita top generasi ini Feng Feifei berebut seekor Serangga Delapan Nada kecil dengan orang biasa, entah itu salahnya atau bukan, pasti akan dihype ramai.
Meski Feng Feifei tidak takut, hal ini tetap saja membuat suasana hati menjadi sangat tidak nyaman.
Sebenarnya Feng Feifei terlalu banyak berpikir—Han Sen sama sekali tidak tahu tentang masalah Delapan Serangga Suara yang Bermutasi, ia hanya kebetulan datang ke sini untuk menangkap Delapan Serangga Suara biasa.
Han Sen terus masuk ke kedalaman Lembah Tangis Malam. Meski sekarang baru sore hari dan langit belum sepenuhnya gelap, semakin jauh ia melangkah ke dalam lembah, lingkungan sekitar terasa semakin suram.
Di dalam lembah tidak ada pepohonan besar, yang tumbuh hanyalah tumbuhan herba. Namun banyak daun rumput yang tumbuh lebat, beberapa bahkan bisa mencapai tinggi lebih dari satu meter.
Alasan tempat ini disebut Lembah Tangis Malam adalah karena Benih Gen di sini pada dasarnya berkeliaran di malam hari, sulit ditemui di siang hari. Karenanya, sepanjang perjalanan Han Sen masuk ke dalam lembah, ia tidak melihat satu pun Benih Gen.
Baru setelah mencapai bagian terdalam lembah dan melihat tidak ada jalan lagi di depan, Han Sen akhirnya berhenti dan mulai menatap dengan seksama ke sekelilingnya.
Di sini sudah cukup jauh dari wanita itu, sosoknya sudah tidak terlihat lagi. Di sekeliling banyak semak-semak setinggi lebih dari satu meter. Selama wanita itu tidak mendekat, seharusnya Han Sen tidak terlihat.
Di bagian terdalam lembah terdapat kolam yang terbentuk dari mata air jernih. Luasnya sekitar setengah lapangan basket. Airnya begitu bening sampai dasar kolam yang dipenuhi batu kerikil terlihat jelas.
Di sekitar kolam terdapat banyak batu besar. Han Sen memilih yang tertinggi untuk didudukinya. Dari posisi ini, ia bisa mengawasi semua penjuru dan mendengarkan segala suara sebelum bertindak.
Langit mulai gelap saat mega merah hampir menghilang. Tiba-tiba Han Sen mendengar suara jangkrik yang nyaring. Suara ini sangat tidak asing baginya.
Han Sen mengikuti arah suara itu, namun tidak melihat bayangan jangkrik. Suara itu ternyata berasal dari celah bebatuan di tepi kolam.
Tepat ketika Han Sen bersiap untuk mendekat dan melihat apakah makhluk di dalam itu adalah benih gen, tiba-tiba sorot matanya berkedip. Tampak ada sesuatu yang bergerak di dalam air.
Menstabilkan diri tanpa bergerak, Han Sen mengamati dasar kolam dengan seksama. Meski cahaya di lembah semakin redup, kemampuan visualnya masih bisa melihat jelas: di dasar kolam, seekor makhluk hidup aneh sedang bergerak perlahan.
Benda itu terlihat seperti cicak besar dengan panjang lebih dari satu kaki. Tubuhnya berwarna hijau tua. Saat diam di dasar air, warnanya menyatu dengan lumut sehingga sulit terdeteksi.
Namun kini cicak besar hijau tua itu memutar tubuhnya dan merangkak di dasar air. Arah tujuannya ternyata menuju celah batu tempat suara "creek-creek" berasal.
Dengan cepat cicak besar itu merayap keluar dari kolam. Dengan tatapan tajam seperti harimau, ia mendekati celah batu secara perlahan, gerakannya mirip ular berbisa yang sedang memilih mangsa.
Tubuhnya yang hijau tua tidak memiliki sisik, namun dipenuhi benjolan-benjolan kecil seperti kutil beracun pada tubuh kodok.
Saat cicak besar hampir mencapai celah batu, tiba-tiba kilatan merah muncul dari celah tersebut disertai sesuatu yang menyembur keluar.
