Lou Jiu panik tak karuan. Seluruh tubuhnya terangkat ke udara oleh satu tangan Han Sen. Matanya menyaksikan aura ungu mengepul dari tubuh Han Sen, sepasang mata berkilau ungu aneh bagai iblis yang mengawasinya ketat. Hatinya gemetar antara takut dan marah.
Ingin memanggil benih gen untuk bergabung, tapi Lou Jiu semakin ngeri menemukan bahwa hubungannya dengan darah dewa justru terputus-nyambung. Benih gen pun gagal dipanggil.
"Kamu mau mati dengan cara apa?" desis Han Sen dengan suara dingin menusuk sambil terus menatap Lou Jiu.
Lou Jiu merasakan hatinya terasa berat. Lawannya ternyata langsung ingin mengambil nyawanya. Seiring dengan tenaga di tangan lawan yang semakin kuat, leher Lou Jiu hampir remuk. Napasnya tercekat, jelas lawan sama sekali tidak berniat menginterogasinya.
Tanpa Genospecies di tubuhnya, Lou Jiu tak berdaya melawan. Hatinya dipenuhi kengerian hingga puncaknya. Kedua tangannya mencoba melepas genggaman Han Sen. Selama masih bisa bicara, dari tenggorokan seraknya terpaksa keluar kalimat: "Aku hanya membawa uang orang untuk menanganimu... Tidakkah kamu ingin tahu siapa yang ingin melawanmu?"
"Utang ini akan kuhitung dengan Duke Shu Jin," kata Han Sen dengan tegas.
Tapi ucapannya hanyalah uji coba. Sebelumnya baru saja terjadi perselisihan dengan Duke Shu Jin, lalu muncul orang yang ingin nyawanya. Yang paling dicurigai tentu Duke Shu Jin.
Melihat ekspresi Lou Jiu yang berubah drastis, Han Sen langsung tahu tebakannya tepat.
"Ini adalah Kota Giok, kau membunuhku, kau juga tak bisa kabur." Lou Jiu meronta-ronta berkata, wajahnya memerah padam.
"Benarkah?" Han Sen mengawasi Lou Jiu dengan dingin, tenaga di telapak tangannya semakin kuat. Lou Jiu langsung tercekat tak bisa bicara, wajahnya berubah menjadi warna babi.
Tapi Han Sen tidak langsung mematahkan lehernya. Perlahan membuka bibir, kabut hitam menyembur dari mulutnya.
Melihat kabut hitam itu, bola mata Lou Jiu yang sudah menonjol tiba-tiba memancarkan ekspresi ketidakpercayaan. Yang keluar dari mulut Han Sen bukan kabut, melainkan kumpulan ulat pemakan organ.
Ulat-ulat yang seharusnya menjadi milik Lou Jiu itu, kini sama sekali tak bisa ia kendalikan. Ulat-ulat berkilau ungu itu langsung menerobos masuk ke mulut Lou Jiu.
Lou Jiu meronta-ronta mati-matian, namun di bawah genggaman Han Sen, bahkan kemampuan untuk menutup mulut pun tak dimilikinya. Ia hanya bisa menatap penuh kengerian saat cacing-cacing pemakan organ dalam menyusup masuk ke kerongkongannya.
Hingga tak tersisa satu pun cacing pemakan organ dalam yang masuk, Han Sen melepaskan cengkeramannya pada leher Lou Jiu. Memandangi tubuh Lou Jiu yang lunglai di tanah seperti anjing mati, ia berucap: "Ini cacing peliharaanmu sendiri. Nikmatilah."
Lou Jiu sama sekali tak punya keinginan untuk bangkit. Ia berusaha membangun hubungan dengan cacing-cacing itu, namun mendapati semua ikatan telepatinya terputus. Makhluk-makhluk itu tak lagi mematuhi perintahnya.
"Aduh!" Lou Jiu merasakan organ dalamnya seolah ditusuki ribuan jarum. Tangannya menutupi perut yang menggeliat kesakitan, mulutnya menyemburkan darah segar, wajahnya memucat bagai mayat.
Bangkit dari tanah, Lou Jiu menutup perut sambil tersandung-sandung berlari ke luar. Dia ingin bertahan hidup, sama sekali tidak ingin mati. Begitu terbayang organ dalamnya akan dimakan habis oleh cacing pemakan organ, cara kematian yang menyakitkan itu membuat tubuhnya semakin gemetar.
Di satu sisi menderita siksaan cacing menggerogoti organ dalam, di sisi lain dia lari mati-matian menuju kediaman Keluarga Gongshu. Mulutnya tak henti mengucur deras darah segar.
Han Sen menyaksikan kepergian Lou Jiu dengan tatapan dingin, tanpa sedikit pun menghentikannya.
Eksperimen sebelumnya mungkin dibumbui kebohongan Lou Jiu. Namun di ujung maut, sekuat apa pun kehendak seseorang pasti akan menampakkan celah, apalagi Lou Jiu bukanlah tipe yang berkehendak baja.
Manusia di Alam Semesta Raya Kekaisaran terlalu sedikit mempelajari pengembangan diri. Mayoritas hanya mengandalkan pertolongan dari luar. Keteguhan kehendak sebagian besar manusia sama sekali tidak sekuat itu.
Lou Jiu tersandung-sandung berlari kembali ke Kediaman Keluarga Gongshu. Penjaga gerbang yang melihat keadaannya langsung terkejut, buru-buru menopangnya sambil bertanya: "Tuan Lou, ada apa denganmu?"
"Bawa... bawa aku menemui Tuan Muda Jin..." Setiap kali Lou Jiu membuka mulut, darah hitam menyemprot keluar bercampur potongan daging.
Pengawal segera memapahnya masuk ke dalam kediaman. Di sebuah gang sempit tak jauh dari situ, Han Sen menyaksikan pemandangan ini dengan senyum dingin mengembang di sudut bibir.
"Tuan Muda, Tuan Lou sudah kembali."
Gongshu Jin sedang menikmati tarian dan nyanyian di taman ketika tiba-tiba mendengar laporan pengawal. Sebelum sempat berkata-kata, Lou Jiu sudah menerobos masuk dengan tergopoh-gopoh.
Gongshu Jin langsung mengerutkan kening, hati dipenuhi ketidaksenangan. Perilaku Lou Jiu yang tak tahu tata krama ini membuatnya geram. Namun saat melihat kondisi Lou Jiu, raut wajaknya berubah drastis.
Lou Jiu tersandung-sandung nekat menerobos masuk, mulutnya penuh darah hitam yang membasahi kuyup bagian dadanya. Wajahnya pucat menakutkan, rongga matanya cekung menghitam, seluruh tubuhnya mirip zombie.
"T...Tuan... Tolong... Tolong... Haa..." Lou Jiu berlari ke arah Gongshu Jin sambil minta tolong. Namun saat jaraknya kurang dari tiga meter, tiba-tiba ia menyemburkan darah hitam bercampur organ dalam yang hancur bagai hujan darah, menyiprat ke segala penjuru.
Tubuh Lou Jiu terjatuh tertelungkup ke tanah. Matanya melotot, satu tangannya terulur ke arah Gongshu Jin masih mempertahankan sikap minta tolong. Tapi tak ada secuil vitalitas tersisa di raganya.
Gongshu Jin gemetar antara terkejut dan murka. Memandangi mayat Lou Jiu yang tak bisa menutup mata dan taman yang dipenuhi darah kotor serta remukan organ, ekspresinya suram bagai es abadi.
Han Sen kembali ke hotel. Melihat Jian Bugu dan Guru Yang duduk di ruang tamu menunggunya, dia mendekat dan bertanya: "Adakah metode khusus yang bisa mengantisipasi bahaya serupa dari benih gen?"
Dirinya sendiri tidak takut cacing pemakan organ dalam, tapi orang di sisinya bisa menjadi korban. Kali ini berkat kehadiran Jian Bugu mereka selamat, tapi bagaimana jika lain waktu Jian Bugu tidak ada?
Lagipula kali ini hanya cacing pemakan organ dalam, lain waktu mungkin akan muncul makhluk level lebih tinggi yang lebih mengerikan. Bisa jadi bahkan fisiknya pun tak akan mampu menahan.
Guru Yang merenung sejenak lalu berkata: "Ada. Benih gen bernama Diting konon bisa membedakan benih gen. Dalam jarak tertentu, Diting bisa langsung mendeteksi keberadaan benih gen. Tapi Diting sendiri hanyalah legenda, sama sekali tidak ada yang pernah menyaksikannya. Benih gen lain dengan kemampuan serupa memang ada, tapi jika levelnya terlalu rendah hanya bisa merasakan benih gen level rendah, tidak bisa mendeteksi semua jenis benih gen. Selain itu, barang sejenis itu juga sangat langka."
Han Sen kembali menatap Pedang Kesepian yang mengangguk pelan dan berkata: "Benih gen jenis ini memang sangat langka. Jika levelnya terlalu rendah, jangkauannya akan terlalu sempit. Lampu Rumput yang biasa digunakan para Genetikus termasuk dalam tipe ini. Level Lampu Rumput adalah Viscount, hanya bisa mendeteksi benih gen level Pangeran. Kemampuan deteksinya terhadap benih gen bersifat air sangat lemah. Bahkan jika ada Lampu Rumput, kita tetap tak bisa mendeteksi Cacing Pemakan Isi Perut level Marquis."
Setelah berpikir sejenak, Pedang Kesepian melanjutkan: "Ada satu benih gen dengan indra deteksi yang komprehensif. Meski levelnya hanya Raja, bahkan benih gen Tingkat Dewa sekalipun akan terdeteksi begitu masuk jangkauan. Namun telur gen jenis ini sangat langka. Sepengetahuan saya, Perusahaan Dagang Lü memang memelihara beberapa ekor, tapi semuanya adalah tubuh dewasa liar. Mereka bagus untuk dikurung di rumah, tapi tidak praktis untuk dibawa-bawa."
