Han Sen merasakan indra bahaya dalam hatinya. Perasaan cintanya pada wanita itu semakin dalam. Dia tahu jika benar-benar mendekati sisinya, mungkin ada bahaya besar yang mengintai.
Setelah menemukan tamu utama, Han Sen tak lagi ragu. Kitab Xuan Huang meletus dengan gemilang, memaksakan diri merobek penindahan hukum alam semesta. Seluruh raganya bagaikan iblis jahat yang menyala-nyala dalam kobaran api darah.
Sungai di sekelilingnya menguap diterpa kilauan api. Ikatan cinta yang membelenggu itu langsung lenyap dari tubuh Han Sen.
Upaya Han Sen memaksakan diri melawan hukum alam semesta menimbulkan tekanan yang tak tertahankan. Kondisi ini tidak bisa dipertahankan lama-lama karena menguras tenaga raganya secara signifikan.
Tak mau membuang waktu, Han Sen menghujamkan pukulan ke arah wanita itu. Segumpal besar air sungai langsung menguap. Pupil mata sang wanita melebar menunjukkan wajah terkejut. Dengan gerakan halus telapak tangan, cangkang gioknya mengatup sempurna.
Dor!
Cangkang giok itu hancur lebur oleh pukulan Han Sen, tidak menyisakan apapun.
Han Sen tidak melihat kemunculan perempuan itu, entah apakah dia ikut hancur bersama cangkang. Tapi di hatinya, ia merasakan ini tidak sesederhana itu.
Sorot matanya menyapu area sekeliling, namun tak menemukan petunjuk apapun. Seolah-olah perempuan itu benar-benar telah hancur bersama cangkang.
Tak bisa berlama-lama melawan hukum alam semesta, Han Sen terpaksa menyembunyikan tenaganya. Indranya yang menyapu sekeliling tak mendeteksi keanehan lagi.
Si botak masih terombang-ambing di sungai, entah masih bernyawa atau sudah jadi mayat.
Han Sen menariknya ke tepian. Denyut jantung anggota ini sudah berhenti total - tampaknya benar-benar mati.
"Monster macam apa yang berani lancang di wilayah Dewa ini...koin emas..." Siluet perkasa menyembul bagai Tuhan yang turun ke dunia. Wajahnya langsung pucat melihat Han Sen di tepi sungai, ucapan terhenti di tengah jalan.
Han Sen tahu yang datang adalah dewa, hanya saja dia tidak mengenal dewa ini. Melihat rambut putih dan janggut putihnya, aura mistiknya mirip dewa tua. Jika bukan karena ekspresi terkejutnya saat ini, mungkin benar-benar memiliki aura dewa.
"Apakah di sini juga ada kuil? Apa gelar dewamu? Level dewa apa kamu?" Han Sen menatap dewa itu dan bertanya.
Dewa tua itu berdehem pelan dan berkata: "Dewa kecil Yu Xian, dewa tingkat sabotase. Tuan Koin Emas, bagaimana Anda bisa datang ke sini?"
Han Sen melihat Yu Xian justru sangat patuh padanya, hati pun dipenuhi kebingungan: "Tampaknya memang ada masalah. Sikap Yao Lian Shenzi terhadapku sudah aneh, yang satu ini bahkan lebih aneh. Masuk ke alam semesta lain yang sama, perlakuan terhadapku dan Qin Xiu sepertinya sangat berbeda."
"Yu Xian, nama yang bagus. Di mana kuilmu? Kenapa aku belum pernah dengar ada kuil di Bintang Gu Ya?" Han Sen menatap Yu Xian dan bertanya.
Yu Xian tersenyum pahit: "Kuil saya terletak di Gunung Suci Terang di sumber Sungai Suci Cahaya. Karena di sana terdapat Benih Genetika Langka, manusia biasa sama sekali tidak bisa mencapainya. Tidak aneh jika Yang Mulia tidak mengetahuinya."
Han Sen mengajukan beberapa pertanyaan lagi, namun tetap tak mendapat informasi penting. Meski Yu Xian bersikap hormat, tutur katanya terkesan menghindar dan tidak membocorkan informasi yang ingin diketahui Han Sen.
Ketika Han Sen menanyakan tentang Alam Semesta Genetik, Yu Xian justru menjawab dengan terbuka. Penjelasannya kurang lebih sama dengan yang diungkapkan Anak Dewa Yao Lian, membuat Han Sen merasa lebih tenang.
"Tahukah kamu di mana bisa menemukan Cahaya Murni?" Han Sen akhirnya mengalihkan topik setelah percakapan tak membuahkan hasil.
"Cahaya Murni sendiri cukup langka. Di Sungai Suci Cahaya pun jumlahnya terbatas, apalagi banyak yang sudah ditangkap manusia. Kini hanya tersisa beberapa di Cabang Sungai Daun Musim Gugur. Jika Yang Mulia membutuhkan, silakan mencari ke sana," jawab Yu Xian.
Han Sen melihat peta, dengan cepat menemukan Sungai Musim Gugur yang merupakan cabang sungai di sisi lain, jaraknya tak terlalu jauh dari Sungai Qin Kecil.
"Jika Yang Mulia tak ada urusan lain, hamba mohon izin mengundurkan diri." Yu Xian memberi hormat dengan anggun.
"Tunggu! Sebagai pendatang asing di sini yang tak punya teman, bagaimana caranya aku bisa mengunjungi kuilmu kalau ingin mengobrol?" Han Sen memanggilnya sambil tersenyum manis.
Ekspresi Yu Xian langsung berkerut: "Kuil hamba sudah lama tak terurus, kini rusak parah. Khawatir akan mengotori raga Yang Mulia."
"Tak apa. Tempat tinggal sahabat adalah tanah suci. Selama ada teman bicara, kondisi bangunan tak penting." Han Sen mengangkat tangan menepis kekhawatiran.
Yu Xian menghela napas dalam hati, namun tak berani protes. Ia menunjukkan jalur rahasia ke kuilnya melalui sistem sungai bawah tanah yang aman dari serangan gen species kuat.
Tapi Yu Xian berulang kali mengingatkan Han Sen, saat mendaki gunung suci Terang, jangan sampai menimbulkan gerakan terlalu besar, kalau tidak akan memprovokasi benih gen legendaris di sana dan menimbulkan masalah besar.
Barulah Han Sen melepas Yu Xian pergi. Alasan dia ingin pergi ke kuil Yu Xian bukanlah benar-benar ingin mengobrol dengannya, melainkan ingin meminta Darah Dewa untuk Guru Yang.
Sekalipun Han Sen berhasil mendapatkan telur Guang Yuan murni, jika tidak ada yang menggunakannya tetap percuma. Han Sen juga tidak mungkin setiap saat berada di sisi mereka.
Jika Guru Yang bisa menggunakan telur gen, itu akan menghemat banyak masalah.
Setelah Yu Xian pergi, Han Sen baru teringat si botak. Mendekati si botak dan memeriksanya, siapa sangka nyawa si botak ternyata masih ada. Han Sen menghantam perutnya dengan satu pukulan, gaya menembus organ dalam. Si botak memuntahkan beberapa kali air liur, detak jantungnya kembali berdenyut, dan ternyata sadarkan diri.
“Apakah... apakah kamu yang menyelamatkanku?” Botak membuka matanya, melihat Han Sen di hadapannya, langsung menunjukkan ekspresi keraguan dan kecemasan.
Saat siang hari di tepi sungai, Han Sen yang memanggilnya di sebelah masih terekam dalam kesadarannya. Tapi setelah malam tiba, kehendaknya benar-benar lepas kendali. Jadi dia sebenarnya mengenal Han Sen.
“Bisa dibilang begitu.” Jawab Han Sen sembari lalu. Melihat kondisinya sudah pulih, dia berdiri dan bersiap untuk pergi.
“Jangan pergi dong! Namaku Xia Yufei, dijuluki Kakak Botak. Panggil saja Botak. Saudaraku, gimana caramu mengalahkan benih gen itu? Apa itu raksasa iblis besar?” Botak malah mengejar, langsung akrab menyebut Han Sen sebagai saudara.
“Raksasa iblis besar apa?” Han Sen balik bertanya.
"Yaitu benih gen yang menjebak kita. Tenaga gairah yang begitu kuat itu sangat mirip dengan Raksasa Iblis Besar legendaris yang menguasai tujuh keinginan duniawi, salah satu benih gen terbesar di dunia... Hehe... Hanya benih gen mengerikan seperti itulah yang bisa membuat Kakak Botak seperti aku terkena efek. Kamu tidak melihat benih gen itu? Lalu bagaimana caramu mengatasinya?" Si Botak bertubuh kekar berotot dengan penampilan yang sangat menakutkan, mirip bos preman.
Tapi ternyata dia adalah orang yang banyak omong, bicaranya tak ada habisnya.
"Aku tidak melihat Raksasa Iblis Besar apa pun," Han Sen menggelengkan kepala, namun di hatinya mulai merasakan keanehan.
Berdasarkan deskripsi Si Botak, perempuan yang dilihatnya itu benar-benar mirip dengan Raksasa Iblis Besar yang disebutkannya. Jika benar itu Raksasa Iblis Besar, dan sehebat yang dikatakan Si Botak, sepertinya tidak mungkin bisa dikalahkan dengan mudah seperti itu.
Han Sen secara tidak sadar melirik permukaan air di sebelahnya. Pandangan ini langsung membuat pupilnya menyempit tajam. Bayangannya di dalam air ternyata bukan gambaran dirinya sendiri, melainkan sosok wanita itu. Dan wanita itu masih tersenyum ke arahnya.
