Han Sen menghantamkan tinjunya ke dalam air. Permukaan air meledak, bayangan wanita itu juga ikut hancur lebur bersama gelombang air yang pecah. Namun di antara riak air yang bergoyang dan berantakan itu, senyuman jelmaan siluman yang berdistorsi itu masih terlihat.
Setelah permukaan air kembali tenang, Han Sen memperhatikan lebih dalam. Bayangan di air sudah kembali menjadi dirinya sendiri. Di mana lagi ada bayangan wanita itu?
Han Sen tahu persoalan ini belum berakhir. Raksasa iblis besar itu belum dipenggalnya. Bahkan dia tidak tahu bagaimana cara membunuh makhluk tingkat dewa itu.
"Ada apa denganmu?" Botak bertanya dengan kebingungan sambil mengawasi Han Sen.
“Tidak apa, cuma kelilipan. Kukira ada benih gen di dalam air.” Han Sen menjawab sembarangan lalu melanjutkan perjalanan.
Di sepanjang jalan, ia beberapa kali sengaja menatap bayangan di air, namun yang terlihat tetap wajahnya sendiri tanpa jejak raksasa iblis besar.
“Saudara, mau ke mana ini?” Si botak mengikuti di sisi Han Sen sambil bertanya.
“Kenapa kau mengikutiku?” Han Sen tidak menjawab, malah mengerutkan kening ke arah si botak.
Si botak terkekeh: “Daerah Sungai Suci Cahaya yang galak begini, makin banyak orang makin aman. Kau mau berburu benih gen atau cari gen? Aku bantu ya?”
“Tak usah.” Han Sen memutar wajah masam lalu berbalik pergi. Belum pernah ia melihat orang berlapis baja seperti ini - diselamatkan malah ngomong begitu, pantas disebut individu yang jenius langka.
“Tidak perlu sungkan, Saudara. Siapa namamu? Pemuda berbakat di Kota Yubi semua pernah aku kenal, tapi kenapa tak pernah melihatmu sebelumnya?” Si Botak sama sekali tidak malu, terus mengikuti Han Sen sambil bertanya macam-macam.
“Kalau kamu tidak pergi sekarang, nanti kalau ketemu bahaya lagi, aku tidak bisa menyelamatkanmu,” kata Han Sen.
Si Botak menepuk dadanya: “Selama tidak bertemu makhluk mengerikan seperti raksasa iblis besar, siapa yang bisa mengalahkan Kakak Botak ini? Kamu tenang saja, selama ada Kakak Botak di sini, meski bertemu entitas mengerikan sekalipun, aku bisa menjamin keselamatanmu.”
Han Sen langsung heran, malas berdebat lagi, diam-diam berjalan cepat ke depan.
Orang seperti Gongshu Jin yang ingin membunuh, pada dasarnya tidak perlu melakukannya sendiri.
Gongshu Fuzi termasyhur di seluruh dunia, telah menggali jutaan jalur ilahi yang menggemparkan alam semesta, mengoleksi gen langka tingkat tinggi tak terhitung, juga memiliki banyak gen kuat yang mengikutinya. Gen seperti Lou Jiu, jumlahnya tidak sedikit di keluarga Gongshu.
Apalagi para bos besar yang ingin menjaga hubungan baik dengan Gongshu Fuzi. Cukup dengan sepatah kata dari Gongshu Jin, banyak bangsawan kerajaan yang rela membantunya membunuh.
Sekalipun beberapa genetikus tewas, mendapatkan utang budi Gongshu Fuzi di mata para bangsawan itu jauh lebih bernilai daripada nyawa segelintir ahli gen.
Kematian Lou Jiu di hadapan Gongshu Jin membuatnya merasa kehilangan muka. Ia memutuskan untuk langsung memimpin anak buahnya membunuh Han Sen secara total, menyaksikan sendiri kematian Han Sen di depan matanya dengan cara yang sama sekali tidak mudah.
Namun Gongshu Jin bukanlah pribadi yang ceroboh. Meski kebenciannya pada Han Sen memuncak hingga ingin menyiksa sendiri, ia tetap ekstra hati-hati. Tak hanya membawa genetikus kepercayaannya, ia juga sengaja mengundang Hua Nongyue - salah satu genetikus paling dihormati oleh Gongshu Fuzi.
Hua Nongyue diselamatkan oleh Yang Fuzi dari sebuah aliran tanah. Untuk membalas jasa menyelamatkan nyawa Yang Fuzi, barulah Hua Nongyue mengikutinya. Kalau tidak, dengan kemampuannya, dia sama sekali tidak akan mau berada di bawah seorang guru.
Gongshu Jin tahu Hua Nongyue telah mengikuti ayahnya selama hampir lima puluh tahun. Namun wajahnya tetap mempertahankan penampilan seperti pria berusia dua puluhan, terlihat sangat tampan dan anggun, menjadi salah satu pria rupawan terkenal di Kota Yubi.
Di saat yang sama, Gongshu Jin juga mengetahui taktik Hua Nongyue. Meski sifat aslinya sombong, tapi di hadapan Hua Nongyue dia tidak berani menunjukkan sedikit pun kesombongan itu, bahkan tutur katanya penuh dengan sikap hormat.
"Paman Hua, kami sudah menemukan jejak bocah itu. Menurut Paman, bagaimana cara kita menyerang?" Gongshu Jin dengan rendah hati memandang Hua Nongyue sambil meminta nasihat.
“Hua Nongyue memegang sebuah kipas lipat, namun tak pernah membukanya. Ia hanya mengetuk-ngetukkannya perlahan ke telapak tangan satunya sambil tersenyum berkata, "Dari jejak-jejak itu, sepertinya ada orang lain di sisinya. Lebih baik kita pastikan dulu identitas orang tersebut sebelum menyerang."”
“Ini mudah. Lao Zhao, serahkan hal ini padamu.” Gongshu Jin berkata pada seorang pria tua di sebelahnya.
“Jangan khawatir, Tuan Muda.” Pria tua itu mengiyakan. Ia memanggil benih gen berbentuk elang raksasa. Setelah menyatu dengan raganya, ia berubah menjadi monster berwajah elang. Dengan sekali kepakan sayap besar, ia terbang ke langit menuju arah Han Sen dan kawanannya.
Gongshu Jin tersenyum pada Hua Nongyue, “Lao Zhao dijuluki ‘Mata Elang’. Elang Penglihatan Spiritual yang diasimilasinya meski hanya level Raja, bisa melihat semut dari jarak 100 li. Sangat ahli dalam deteksi.”
Hua Nongyue mengangguk pelan, tetap tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Han Sen sepanjang jalan berpikir bagaimana menyingkirkan si botak, tapi anggota ini seperti permen karet yang lengket, tak bisa dilepaskan meski sudah dicoba berkali-kali.
"Saudara Han jangan pergi dulu, menurutku di sini pasti ada gen." Si botak menahan Han Sen, menunjuk ke sebuah bukit kecil di tepi sungai.
"Kau juga paham ilmu aliran tanah?" Han Sen memandangi si botak dengan tatapan terkejut, melihat postur berototnya yang sama sekali tidak mirip ahli yang sabar mempelajari ilmu aliran tanah.
Si botak terkekeh: "Tentu saja! Shifu-ku tak lain adalah kepala tiga guru terkemuka Qin. Teknik mencari aliran tanah dan menggali telur adalah keahlian lamaku. Meski kemampuanku biasa-biasa saja, tetap lebih baik dari guru kebanyakan."
"Baiklah, kau bisa menggali gen di sini. Aku ada urusan lain, duluan ya." Han Sen berkata sambil bersiap melangkah pergi.
Dengan si botak besar ini terus mengikuti, dia tidak bisa menggunakan Kitab Xuan Huang untuk mengubah benih gen menjadi telur. Sepanjang jalan ini tak terhitung kesempatan yang terbuang percuma.
“Saudara Han, dengarkan aku. Lihat, ini adalah titik pertemuan dua cabang sungai. Topografi seperti ini dalam ilmu aliran tanah memiliki julukan 'persetubuhan naga'. Artinya di tempat naga kawin, pasti akan menghasilkan telur gen yang tak ternilai.” Sambil berkata demikian, Botak kembali menatap sekelilingnya dengan seksama, lalu melanjutkan, “Sungai Suci Cahaya sendiri adalah aliran tanah super besar dengan medan magnet yang luar biasa kuat. Persetubuhan naga yang terbentuk di sini pasti akan melahirkan telur gen yang luar biasa. Karena Saudara Han telah menyelamatkan nyawaku, telur gen di sini kubayar sebagai utang budi. Setelah digali, semuanya jadi hakmu.”
“Benar atau tidak sih? Kedengarannya meyakinkan sekali?” Han Sen memandang Botak dengan curiga. Baginya, sosok Botak sama sekali tidak terlihat seperti ahli ilmu aliran tanah yang kompeten.
Botak menepuk dadanya keras-keras: “Aku berani taruhan! Jika kau tidak bisa menggali telur gen level tinggi di sini, silakan cabut kepalaku yang botak ini dan bawa pulang sebagai telur gen!”
"Apa gunanya aku mengambil kepalamu?" Han Sen tampak bingung antara ingin tertawa dan menangis.
"Itu hanya kiasan. Yang pasti di sini pasti ada telur gen level tinggi, minimal level Raja. Jika beruntung, mungkin bisa menggali telur gen Tingkat Dewa. Percayalah padaku sekali ini, Saudara Han." Si botak menunjukkan wajah penuh kesungguhan.
Han Sen sebenarnya tidak terlalu mementingkan telur gen. Tapi dia penasaran apakah si botak benar-benar punya kemampuan, akhirnya memutuskan ikut menggali di bukit kecil itu bersama si botak.
