Berita kematian Tie Mu di Kuil Salju Es, serta eksekusi Gongshu Zhi, Situ Ya, dan Lu Sanzhi di Kediaman Besi Kota Salju, seketika menggema ke seluruh Kota Giok.
Sebagai komandan pengawal kerajaan yang merupakan tokoh terkenal di Kota Giok sekaligus bertanggung jawab atas keamanan yang dipertahankan, hasilnya malah dieksekusi di rumahnya sendiri. Peristiwa keji seperti ini belum pernah terjadi di Kota Giok selama lebih dari seratus tahun.
Selain itu, meski percobaan pembunuhan terhadap menteri Qin oleh pembunuh dari kekaisaran lain bukan hal langka, namun kasus seperti Han Sen yang terang-terangan menyerbu kuil dan membunuh bangsawan darah ilahi Tie Mu sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya. Dampaknya bisa dikatakan sangat buruk.
Banyak pejabat dan bangsawan yang mengetahui peristiwa ini serta detail internalnya. Mereka awalnya mengira Feng Feifei dan Han Sen pasti menghadapi bencana besar. Siapa sangka, Han Sen justru tidak hanya selamat, malahan menyerbu kediaman klan Tie dan membunuh Tie Mu. Saat mendengar kabar ini, mereka tercekat tak bisa bicara karena keterkejutan.
Dampak insiden ini terlalu besar. Liu Xianxian dan yang lain segera melaporkan ke atasan, lalu mengerahkan pasukan elit Pengawal Kerajaan untuk segera bergerak menuju kastil kuno Feng Feifei.
Pengawal Kerajaan terdiri dari 14 divisi. Meski Tie Mu menjabat sebagai pemimpin, dia bukanlah petarung terhebat. Kemampuan bertarung sebenarnya berada di tangan Zhao Long dari Pasukan Naga Perang dan Liu Xianxian dari Divisi Bulu Phoenix. Dua inilah yang menjadi tulang punggung nyata Pengawal Kerajaan, terutama Zhao Long yang diakui sebagai jagoan terbaik di Pemerintahan Kerajaan.
Namun karena latar belakang keduanya relatif biasa, meski kekuatan mereka melebihi Tie Mu, mereka tetap harus berada di bawah komando Tie Mu dan dua wakil pemimpin lainnya.
Tapi Pasukan Naga Tempur dan Pasukan Bulu Angin yang mereka pimpin, bertanggung jawab atas area pertahanan yang merupakan dua wilayah terdekat dengan istana. Kemampuan tempur kedua pasukan kavaleri ini juga merupakan yang terkuat di antara 14 pasukan kavaleri.
Kini Tie Mu ternyata terbunuh, seluruh 14 pasukan kavaleri serentak bergerak. Zhao Long dan Liu Xianxian pun langsung memimpin pasukan kavaleri menuju kastil kuno Feng Feifei.
Awalnya mereka tidak terlalu berharap, karena siapa pun tidak akan kembali ke tempat berbahaya itu setelah melakukan kejahatan sebesar ini.
Tapi ketika mereka tiba di kastil kuno Feng Feifei, mereka terkejut menemukan Han Sen tidak hanya berada di dalam kastil itu, tapi juga sedang asyik bermain permainan catur lompat dengan Putra Mahkota Qin Bai dengan santainya seolah tak terjadi apa-apa.
"Han Sen, permainan catur lompatmu ini benar-benar menarik. Ayo kita main lagi satu ronde." Saat Zhao Long dan Liu Xianxian tiba di hadapan Han Sen, Putra Mahkota Qin Bai sedang berbicara dengan semangat kepada Han Sen.
"Yang Mulia Putra Mahkota." Zhao Long, Liu Xianxian beserta para komandan pengawal istana memberi hormat kepada Qin Bai terlebih dahulu, kemudian Zhao Long berbicara: "Han Sen telah memasuki markas Besi secara paksa, melakukan percobaan pembunuhan terhadap Panglima Besar Pengawal Besi Tie Mu dan komandan Pasukan Berkuda Singa Petir Lu Sanzhi, Gongshu Zhi, Situ Ya. Kami harus menangkapnya untuk diadili sesuai hukum negara."
Qin Bai dengan wajah terkejut melihat Han Sen, lalu menegakkan kepala ke arah Zhao Long bertanya: "Ada hal seperti ini? Kapan ini terjadi?"
Zhao Long menjawab: "Baru setengah jam yang lalu."
Qin Bai langsung menggelengkan kepala: "Pasti ada kesalahan. Han Sen sepanjang hari ini terus bermain catur bersamaku, bahkan tidak pergi sejengkal pun. Bagaimana mungkin dia pergi ke markas Besi untuk membunuh?"
Zhao Long dan yang lainnya langsung berubah pucat. Jika orang lain yang mengucapkan ini, pasti akan mereka abaikan, bahkan mungkin menangkap si pembicara untuk diinterogasi.
Tapi yang bicara sekarang adalah Putra Mahkota Qin Bai dari Qin, satu-satunya pewaris takhta. Tentu mereka tak bisa bertindak sembarangan.
"Yang Mulia, apakah Anda yakin dia terus bersama Anda sepanjang hari ini tanpa pernah meninggalkan penglihatan Anda?" Zhao Long mengerutkan kening.
"Tentu. Dia terus menemani saya bermain catur. Pasti ada yang memalsukan identitas untuk menjebak Han Sen. Cepatlah selidiki! Jangan biarkan pembunuh sejati bebas berkeliaran. Bukankah itu akan membuat Almarhum Panglima Besar Tie tak bisa menutup mata?" Qin Bai membuat ekspresi ingin mengusir mereka.
Zhao Long tentu tidak percaya dengan ucapan Putra Mahkota borjuis yang terkenal ini, namun status lawannya terlalu mulia. Ia menahan sifat dasarnya dan berkata: "Yang Mulia Putra Mahkota, ribuan pengawal, pengikut setia, dan keturunan langsung keluarga Besi di kediaman Besi telah menyaksikan Han Sen membunuh. Sekalipun ini benar-benar konspirasi, kami tetap harus memintanya kembali untuk bantu penyelidikan. Jika memang ada yang memfitnah, hamba pasti akan memulihkan nama baiknya."
"Bodoh! Pasukan Pengawal Kekaisaran ini sampah idiot! Kalian yang bertanggung jawab atas keamanan Ibu Kota, malah membiarkan komandan tertinggi dibunuh di rumahnya sendiri? Kalian bahkan tidak bisa melindungi diri sendiri, apa gunanya kalian? Keamanan Ibu Kota Qin Besar bergantung pada sampah-sampah seperti kalian? Nanti mungkin ada yang menyusup ke istana memenggal kepala ayahanda dan aku, kalian pun tetap tidak sadar..." Qin Bai menunjuk hidung Zhao Long dan rombongannya sambil mengutuk.
“Hamba mengakui dosa.” Zhao Long dan yang lain terpaksa berlutut memohon ampun. Sang komandan pasukan pengawal kekaisaran ternyata terbunuh, ini benar-benar aib yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi pasukan pengawal kekaisaran.
“Pergi sejauh mungkin! Sudah kukatakan, Han Sen terus bersama aku. Dia mustahil pelakunya. Kalian sampah-sampah ini cepat cari pelaku sebenarnya!” Qin Bai membentak marah.
Zhao Long dan yang lain berekspresi masam, namun sadar tak mungkin membawa Han Sen sekarang. Status Qin Bai yang luar biasa sebagai saksi—entah benar atau palsu—tidak bisa mereka tentukan.
Zhao Long dan Liu Xianxian saling memandang, akhirnya memberi hormat dan mundur dari Kastil Kuno Phoenix.
Di kekaisaran lain, pernyataan satu-satunya penerus keluarga kerajaan—kaisar Qin masa depan—biasanya akan mengakhiri kasus ini.
Tapi Qin berbeda. Meski status Qin Bai mulia, Qin selalu menjunjung hukum. Bahkan Putra Mahkota sekalipun tak bisa berbuat semaunya.
Setelah Zhao Long dan yang lainnya keluar, mereka tidak segera pergi. Alih-alih, mereka menempatkan pasukan pengawal kerajaan berjaga mati-matian di luar kastil kuno, mengelilingi kastil hingga penuh sesak. Mereka juga melaporkan situasi saat ini ke atas, menunggu keputusan dari atasan.
Sebelum keputusan keluar, mereka sama sekali tidak akan membiarkan Han Sen keluar dari wilayah kendali mereka.
Kabarnya masuk ke istana. Banyak pejabat censor kerajaan mengutuk Qin Bai sebagai borjuis yang bebal, memprediksi bahwa di masa depan pasti menjadi kaisar yang lalim.
Jika di kekaisaran lain, hal seperti ini sama sekali tidak akan terjadi. Orang kerajaan salah sekalipun, bukan urusan para menteri untuk mengkritik, apalagi langsung membuka mulut menghina.
Tapi Qin memang unik. Meski semua tahu hukum Qin memiliki banyak ketidakadilan dan ketidakseimbangan, menteri Qin justru yang paling menghargai hukum dan berani berbicara tentang hukum.
Bahkan jika kaisar yang sekarang melakukan hal melanggar hukum, dia akan dikutuk habis-habisan oleh para menteri sensor sebagai penguasa yang lalim. Meski sang kaisar tua itu mengatupkan gigi marah, secara terbuka dia harus memuji mereka sebagai menteri yang taat hukum dan berani bersuara. Kalau tidak, dia akan dicap sebagai tiran yang melawan hukum leluhur.
Para menteri Qin juga sering membanggakan diri atas hal ini. Ditambah dengan sifat welas asih dan kebijaksanaan kaisar saat ini, praktik menghormati hukum semakin berkembang pesat di Qin.
Bisa dikatakan pemahaman Qin tentang hukum telah mencapai tingkat fanatisme dan kegilaan. Hukum yang tidak seimbang ini menciptakan Qin, tapi sekaligus membatasi perkembangannya.
Kasus pembunuhan Tie Mu terlalu besar. Tindakan Qin Bai ini semakin memancing amarah para menteri. Mereka yang mengklaim diri tak kenal kompromi bahkan langsung menulis surat petisi mati, bersumpah akan menghantam diri sampai mati di aula kerajaan jika kaisar tidak menghukum mati Han Sen.
Tentu maksudnya seperti itu, meski kata-kata dalam petisi resmi pasti lebih diplomatis.
