Setelah membawa Bao'er ke tempat aman, Han Sen baru bertanya bagaimana Bao'er bisa sampai ke sini.
"Dia pemain senior penipu yang membawaku ke sini." kata Bao'er.
"Pemain senior penipu? Pemain senior penipu yang mana?" Han Sen membeku sejenak.
"Kakek tua yang memakai baju aneh sambil mengangkat bendera kain bertulis itu. Dia ahli menipu! Sepanjang jalan menipu makanan dan minuman, bahkan mencuri barang-barang berharga orang. Tak satu pun diberikan padaku." Bao'er mengatakannya dengan wajah merah padam.
"Han Jingzhi?!" Jantung Han Sen berdebar kencang. Ia segera meminta Bao'er menceritakan detail kejadiannya.
Barulah Han Sen tahu artefak Empat Kambing Perunggu ternyata bisa melakukan teleportasi ke dunia antimateri, tapi dengan syarat keempat kepala kambing harus ditekan bersamaan.
Si penipu tua awalnya ingin mencuri artefak itu dari Bao'er. Tapi Bao'er tak mudah ditipu. Akhirnya si penipu membawa Bao'er ke dunia antimateri. Yang lebih keji, setelah berhasil mencuri Empat Kambing Perunggu, dia malah meninggalkan Bao'er sendirian di tempat asing itu.
“Benar-benar kejam, menipu empat kambing perunggu saja sudah keterlaluan, bahkan meninggalkan Bao'er sendirian di sini.” Han Sen mendengar hal ini langsung membentak marah.
Tapi dari mana Han Sen tahu, Han Jingzhi bukan tidak ingin membawa Bao'er, melainkan trauma dimakan habis oleh Bao'er. Untuk memenuhi kebutuhan makan-minum dan bersenang-senang Bao'er, dia harus bekerja keras setiap hari selama beberapa waktu ke depan - bagaikan sejarah budak tani air mata darah. Akhirnya karena benar-benar tak sanggup menanggung, barulah dia mencari cara membuat perhitungan. Secara samar terprediksi bahwa Han Sen mungkin akan datang ke sini, dan Bao'er mungkin akan mendapat kemampuan khusus di tempat ini. Karena itulah dia meninggalkan Bao'er di sini menunggu Han Sen.
Adapun kemungkinan Bao'er tidak bertemu Han Sen, si penipu senior sama sekali tidak khawatir. Dari interaksi selama ini, dia tahu: jika Bao'er tidak membuat lubang plot untuk orang lain saja sudah syukur, mana mungkin ada yang bisa menjebaknya?
Bahkan empat kambing perunggu itu pun, si penipu senior harus mengeluarkan harga selangit baru bisa menukarnya dari Bao'er - sama sekali berbeda dengan versi cerita yang disampaikan Bao'er.
"Ayah jangan lagi melempar Bao'er. Bao'er sangat merindukan Ayah, ingin terus mengikuti Ayah." Bao'er memeluk leher Han Sen sambil berbasa-basi.
Han Sen mengusap kepala kecil Bao'er dengan penuh kasih: "Mulai sekarang Ayah dan Bao'er akan bersama selamanya, tidak akan pernah berpisah lagi. Ngomong-ngomong, bagaimana kabar Xiao Hua dan Ling Er? Ibumu baik-baik saja?"
Bao'er mengangguk: "Mereka semua baik-baik. Bao'er sudah dari dulu memberi tahu Ibu dan adik-adik kalau Ayah baik-baik. Ibu dan mereka sedang menunggu Ayah pulang."
"Pemain senior penipu itu kejam sekali! Ternyata dia menipu empat kambing perunggu kita. Kalau tidak, kita sudah bisa pulang reunian keluarga." Kata Han Sen dengan penuh kebencian.
"Hmm..." Bao'er merasa bersalah, tidak berani lagi menjelek-jelekan si penipu senior.
"Alam Semesta Raya Kekaisaran sedemikian luasnya, Han Sen pun tidak tahu harus mencari kemana si pemain senior penipu itu. Terpaksa melangkah selangkah dan melihat ke depan, untuk sementara membawa Bao'er ke bidang bintang kristal emas melanjutkan penggalian jalur ilahi."
Han Sen menanyakan beberapa kondisi Bao'er. Di dunia ini dia tidak merasakan tekanan apapun. Adapun mengapa Feiyu mengikutinya, bahkan Bao'er sendiri tidak bisa menjelaskan dengan jelas.
Han Sen sudah lama terbiasa. Seolah-olah apapun jenis makhluk hidupnya, bagi Bao'er selalu memiliki rasa suka yang besar. Makin tinggi level makhluknya, makin kuat kecenderungan ini.
"Asal-usul Bao'er pasti ilahi. Sebenarnya dia termasuk ras apa?" Di hati Han Sen meski ada beberapa hipotesis, tapi merasa ada yang tidak tepat.
Membawa Bao'er kembali ke bidang bintang kristal emas, pertama-tama mencari si botak dan Li Bingyu di sekitar planet itu. Syukurlah mereka tidak pergi, masih setia menunggu di sekitarnya. Han Sen justru dengan mudah menemukan mereka.
Dari mereka, Han Sen mengetahui kejadian setelah dirinya dan Raja Tianyuan pergi.
Memang benar banyak jagoan yang datang, namun di planet itu tidak ada hasil sama sekali. Jangankan Darah Dewa, bahkan gen pun tidak berhasil digali setengah butir pun.
"Tentu saja tidak mungkin ditemukan. Barang bagus semua sudah dihancurkan oleh Feiyu ini." Han Sen melirik Feiyu yang mengikuti Bao'er seperti anak anjing, bergumam dalam hati.
"Lao Han, dari mana kau dapatkan gadis kecil ini? Kenapa dibawa ke sini?" Botak memandangi Bao'er penasaran.
"Ini putriku Bao'er. Bao'er, ini Kakak Gui Luocha, ini Paman Xia Yufei." Han Sen memperkenalkan Bao'er kepada mereka.
"Benar atau tidak sih? Kau ternyata punya putri sebesar ini, lagi lucu sekali?" Botak memandang Han Sen dan Bao'er dengan wajah sulit dipercaya, lalu protes, "Mengapa dia dipanggil kakak sementara aku jadi paman?"
“Kenapa? Tidak mirip? Semua bilang kami ayah-anak sangat mirip.” kata Han Sen.
“Aku tidak lihat kemiripannya. Putrimu jauh lebih cantik darimu.” Kakak Botak terkekeh, mengeluarkan sebutir gen dan menyerahkannya ke Bao'er: "Bao'er, ini hadiah dari paman."
“Terima kasih Paman Xia.” Bao'er menerima gen itu dengan sopan.
“Panggil saja Kakak Botak.” Si Botak hendak memamerkan asal-usul dan tingkat kelangkaan gen tersebut ke Bao'er.
Tanpa diduga, Bao'er langsung melemparkan gen itu ke mulut Feiyu kecil putih mengkilap di sampingnya yang langsung menelannya.
Si Botak langsung berteriak: “Jangan...!”
Tapi terlambat. Feiyu kecil sudah menelan gen itu. Si Botak terlihat ingin memuntahkan darah karena sangat menjerit-jerit.
"Cepat... cepat belah perutnya... keluarkan gen itu... itu gen tingkat Raja langka yang susah payah kugali..." Botak menangis tanpa air mata, langsung ingin menyerang Feiyu kecil untuk membunuh ikan dan mengambil telur.
Han Sen terkejut, buru-buru menghentikan Botak. Jika dia benar-benar berani menyentuh Feiyu kecil, itu sama saja dengan cari mati.
"Sudahlah, sudah dimakan, dikeluarkan lagi pun tak bisa ditetaskan," kata Han Sen pada Botak.
Bao'er justru memandang Han Sen dengan wajah masam sambil bertanya: "Ayah, apa Bao'er melakukan kesalahan? Bukankah Ayah bilang gen itu untuk memberi makan benih gen?"
Botak tersenyum pahit: "Tapi harus lihat gen jenis apa. Gen tingkat Raja langka ini sangat sulit didapat, memberikannya pada Feiyu kecil seperti ini benar-benar pemborosan."
Ikan Feiyu kecil jelas-jelas memahami ucapan Si Botak baru saja yang ingin membunuhnya, ditambah dengan sikap meremehkan sekarang ini. Sepasang mata ikan mati itu terus mengawasi ketat Si Botak tanpa henti.
Han Sen yang berdiri di samping merasa jantungnya berdebar kencang. Andai saja Bao'er tidak ada di sini, anggota bernasib malang ini pasti sudah mati menjadi abu. Mengingat sifat pendendam ikan terbang, pasti akan langsung membakar Si Botak menjadi abu beterbangan dengan satu semburan api.
Melihat ikan terbang membelalak, Si Botak yang masih tak sadar nyawanya ikut membelalakkan mata sambil berteriak: "Ikan busuk! Apa yang kau lihat? Leluhurmu di kuburan pasti sedang menari-nari bahagia karena kau bisa menelan gen langka tingkat Raja yang super langka ini. Dalam hidupmu, mungkin hanya sekali ini kesempatannya!"
Han Sen melihat Bao'er mengulurkan tangan mendekap erat ikan Feiyu kecil itu. Jika tidak, pastilah si ikan kecil itu sudah melesat menerjang Si Botak habis-habisan.
"Baiklah, lebih baik kita mencari aliran tanah. Reaksi jalur ilahi di sini sangat kuat, gen tingkat Raja seharusnya tidak sulit digali. Jika beruntung, mungkin bisa mendapatkan telur gen Tingkat Dewa." Han Sen tersenyum.
"Tempat ini begitu berbahaya, untuk apa kamu membawa putri ke sini?" Si Botak bertanya dengan khawatir.
"Dia sudah terbiasa mengikutiku. Karena kali ini aku pergi terlalu lama, dia benar-benar tidak bisa beradaptasi. Keluarga mengirimnya ke sini, jadi aku harus menjemputnya. Tapi tak masalah, selama ada aku, tak ada yang bisa melukainya." Han Sen tersenyum.
Si Botak merasa Han Sen terlalu sombong, tapi keadaan sudah seperti ini. Tak ada pilihan lain selain membawa Bao'er bersama mereka.
"Bao'er, jika terjadi sesuatu, ikutilah Kakak Botak. Dia akan menjagamu tetap aman." Si Botak khusus berpesan pada Bao'er.
"Terima kasih Kakak Botak, Bao'er mengerti." Jawab Bao'er dengan patuh.
