Qin Bai menunjukkan wajah |panik, |terbata-bata tak tahu harus menjawab apa.
Han Sen |menyambung pembicaraan: "Yang Mulia sedang berlatih pedang di sini."
"Aku sedang berbicara dengan Putra Mahkota, |kapan giliranmu berbicara?" Sorot mata dingin Jia Sizhen |membelalak ke arah Han Sen.
Sikap Han Sen yang |terpaku menatap sambil mengucapkan kebohongan ini membuat Jia Sizhen semakin yakin bahwa dia adalah |penjilat |tanpa batas.
Permainan catur di samping baru separuh jalan, bahkan belum sempat |disimpan. Klaim bahwa Qin Bai sedang berlatih pedang ini, |pupus harapan Jia Sizhen percaya, |seandainya orang lain pun takkan mempercayainya.
"Guru Agung, aku benar-benar sedang berlatih pedang." Melihat Jia Sizhen tidak percaya, Qin Bai merasa tersinggung di hati. Setelah menderita begitu banyak di sini, jika Jia Sizhen masih mengira dia hanya bersenang-senang, bukankah itu tuduhan yang tidak adil?
Menyaksikan Qin Bai juga membuka mata dan berbohong, kerutan di dahi Jia Sizhen semakin dalam.
Dulu Qin Bai memang nakal, tapi ada satu kelebihan: berani bertanggung jawab. Tak pernah berbohong atau menyalahkan orang lain, apalagi berdusta di hadapannya.
Perilaku Qin Bai sekarang secara alami dianggap Jia Sizhen sebagai pengaruh Han Sen si penjilat ini.
Jia Sizhen bukanlah hijau tak tahu apa-apa. Tanpa bermaksud membongkar kebohongan Qin Bai, dia bertanya dengan datar: "Lalu bagaimana perkembangan latihan Putra Mahkota? Adakah hal yang belum dipahami?"
Qin Bai ragu-ragu melihat Han Sen. Dia hanya disiksa selama dua hari, belum pernah benar-benar memegang pedang atau bergabung dengan ikan gelombang sembilan lapisan. Hatinya sama sekali tidak punya keyakinan diri.
Han Sen malah mengangguk perlahan padanya. Belajar pedang yang penting adalah pemahaman, gerakan-gerakan itu sebenarnya nomor dua. Qin Bai yang sudah disiksa aura pedang riak simulasi Bao'er selama dua hari, sekalipun sebodoh apa pun, seharusnya sudah ikut merasakan dan belajar sedikit.
Apalagi Qin Bai sama sekali tidak bodoh, hanya suka bermain-main saja.
Tapi melihat wajah panik dan sorot mata memohon Qin Bai, Han Sen terpaksa berdehem pelan lalu menambahkan, "Putra Mahkota baru berlatih teknik pedang selama dua hari ini, belum berlatih fusi dengan ikan gelombang sembilan lapisan. Guru Agung mungkin lebih baik menguji teknik pedangnya dulu."
Kali ini Jia Sirhen tidak menghentikan Han Sen. Dalam hati ia menyeringai dingin: "Ucapan ini sungguh absurd. Tanpa menyatu dengan ikan gelombang sembilan lapisan, mustahil merasakan tenaga elemen air dan gaya gelombang bertumpuk. Jika tidak merasakan kedua hal ini, mustahil teknik pedang riak bisa dikuasai. Latihan apa lagi ini?"
Semua teknik di Alam Semesta Raya Kekaisaran membutuhkan kombinasi dengan benih gen baru bisa digunakan, kalau tidak hanya seperti rak kosong belaka. Jia Sizhen tentu tidak akan percaya pada omong kosong Han Sen.
Dia tidak membantah, hanya berkata pada Qin Bai: "Kalau sudah berlatih teknik pedang, demonstrasikan sekali, biar kulihat seberapa baik latihannya."
Qin Bai masih belum yakin, kembali menatap Han Sen. Han Sen justru langsung menyodorkan sebilah pedang ke Qin Bai, memberikan kode mata agar Qin Bai tenang mendemonstrasikan Teknik Pedang Bergelombang.
Qin Bai mengatupkan giginya, menerima pedang itu, lalu berjalan ke lapangan kosong bersiap mendemonstrasikan Teknik Pedang Bergelombang.
Jia Sizhen sama sekali tidak bicara, mengawasi demonstrasi Qin Bai. Seburuk apapun penampilan Qin Bai, dia tidak akan terkejut. Dia sengaja memanfaatkan kesempatan ini untuk mendidik Qin Bai agar menjauhi pengecut dan mendekati pria terhormat.
Terutama penjilat licik seperti Han Sen ini, sebaiknya segera putus pertemanan dengannya.
Jia Sizhen bahkan sudah menyiapkan alibi bagaimana memanfaatkan hal ini langkah demi langkah untuk mendidik Qin Bai.
Qin Bai sebenarnya tidak sepenuhnya buta teknik pedang, mengingat sudah bertahun-tahun belajar di bawah beberapa Guru Agung. Meski kemampuannya biasa, penerapan jurus dasar masih bisa dilakukan.
Hanya saja teknik Gelombang ini memang belum banyak ia latih, hanya sebatas mengetahui gambaran jurusnya.
Saat didemonstrasikan, gerakannya terlihat kaku dan tidak lincah, tanda jelas kurang latihan.
Jia Sizhen yang sudah memperhitungkan ini sebelumnya tak terkejut. Ia hanya melirik Han Sen di sampingnya dengan tatapan dingin. Melihat wajah tenang pria itu seolah tak ada urusan, semakin yakinlah ia bahwa pertahanan orang ini benar-benar tebal.
Bagaimana mungkin Putra Mahkota sama sekali tidak berlatih kalau bukan karena diajaknya bermain? Tapi malah tak ada secuil penyesalan atau kegelisahan di wajahnya.
"Orang berwatak seperti ini harus dijauhkan dari Putra Mahkota bagaimanapun caranya," tekad Jia Sizhen dalam hati.
Melihat Qin Bai yang tersendat-sendat mendemonstrasikan teknik pedang Bolan, Jia Sizhen sudah tak sanggup menyaksikan. Andai bukan untuk membuat Qin Bai bangkit dari rasa malu, dia pasti sudah menghentikannya.
Tapi teknik pedang yang ditunjukkan Qin Bai selanjutnya membuat Jia Sizhen tertegun sejenak.
Awalnya, Qin Bai terlalu gugup sampai sama sekali tidak sadar apa yang dilatihnya, gemetar ketakutan. Namun setelah mendemonstrasikan beberapa gerakan, entah kenapa di otaknya tiba-tiba muncul aura pedang dahsyat dari serangan-serangan menghujam Bao'er.
Seperti pepatah: Membaca berulang-ulang 300 puisi Tang, meski tak bisa menulis pasti bisa melantunkan.
Qin Bai belum sepenuhnya memahami nuansa aura pedang itu, tapi karena pernah merasakan dampaknya, kini dengan meniru pola yang sama, hasilnya cukup lumayan. Bahkan dirinya sendiri merasakan gerakannya jadi lebih lancar.
Yang penting Qin Bai sudah memperlakukan kuda mati seperti kuda hidup, terus saja melanjutkan demonstrasinya sampai akhir.
Awalnya Jia Sizhen masih belum melihat dengan jelas, tapi seiring demonstrasi Qin Bai, jurus pedangnya memang terlihat tidak begitu mahir. Namun dalam gerakan pedang itu, ternyata mulai terlihat sedikit aura teknik pedang Gelombang.
Jia Sizhen sulit mempercayainya. Konsep aura pedang seperti ini sungguh sangat langka di Alam Semesta Raya Kekaisaran. Karena ketergantungan pada kekuatan eksternal, jarang orang melatih diri sendiri. Kebanyakan gen hanya mengejar kekuatan gabungan monster, tidak terlalu memperhatikan nuansa. Hanya jagoan level tertinggi yang sudah mencapai hambatan dalam kekuatan diri, baru sengaja mengejar konsep nuansa.
Di usia Qin Bai ini, selain dia sama sekali tidak suka belajar, sekalipun rajin, mustahil ada hubungannya dengan konsep nuansa.
Kini justru melihat nuansa dalam jurus pedang Qin Bai, membuat Jia Sizhen benar-benar terkejut. Bisa dikatakan ini sesuatu yang sulit dipercayainya.
Jia Sizhen memastikan berulang kali, semakin dilihat semakin yakin tidak ada yang salah. Dalam teknik pedang Qin Bai, ternyata benar-benar terdapat aura pedang. Gelombang demi gelombang nuansa riak itu pasti tidak mungkin keliru.
Qin Bai sambil mendemonstrasikan jurus pedang diam-diam mengamati Jia Sizhen. Melihat mentornya menunjukkan ekspresi terkejut, hatinya langsung dipenuhi kepuasan yang tak terkira.
Bertahun-tahun dia diajar oleh Jia Sizhen, namun belum pernah sekalipun melihat ekspresi seperti ini di wajah mentornya. Biasanya hanya berbagai nasihat dan peringatan dengan wajah masam, seolah dirinya adalah kayu busuk yang tak bisa dipahat.
Ini pertama kalinya dia melihat ekspresi seperti itu dari Jia Sizhen. Harga dirinya langsung melambung tinggi, seketika merasa seperti memakan buah ginseng surgawi, seluruh tubuhnya serasa melayang-layang seperti dewa.
Sebenarnya Qin Bai hanya terlalu takut pada Jia Sizhen sehingga gugup berlebihan. Kini semua kecemasannya tiba-tiba menghilang, teknik pedangnya pun langsung menjadi lebih lancar. Nuansa jurus Gelombang Beriak dalam pedangnya pun bertambah beberapa tingkat lagi.
Jia Sizhen semakin melihat semakin terkejut, dia sama sekali tidak bisa memahami, bagaimana mungkin ada aura pedang dalam teknik pedang Qin Bai?
